webnovel

Hiburan Huru-hara pt.3

"Sekarang kita harus pergi ke tempat lain sebelum---"

Belum sempat Lysander menyelesaikan ucapannya, dari kejauhan terlihat gerombolan orang berjubah hitam itu mendekat ke lokasi pertunjukkan La Prouda Melodys.

"Oh bagus, sekarang kita harus kemana? di sini jalan buntu." Lysander mengusap mukanya gusar.

"Tidak ada cara lain selain bersembunyi." Liana menjawab dengan yakin.

"Sembunyi?...tapi kemungkinan besar kita akan tertangkap," sahut Alwhin.

"Ada solusi lain?" tanya Liana.

Alwhin dan Lysander melirik satu sama lain lalu menggelengkan kepala. Bagaimana tidak? Meloncat ke bawah hanya ada jurang terjal, pergi ke luar sudah dihadang gerombolan orang berbahaya, diam ditempat sama saja menyerahkan diri mentah-mentah. Opsi terbaik hanyalah bersembunyi sekarang ini.

Liana dan yang lainnya berlari dan bersembunyi sekarang. Untung saja mereka sempat melakukannya sebelum tertangkap gerombolan orang-orang berjubah hitam tersebut.

"Di sini sepi sekali. Apa para 'suplai' sudah diangkut ya?" tanya salah satu dari orang-orang berjubah hitam tersebut.

Liana menyernyit heran. Apa itu suplai? bukan, Liana tahu arti suplai dalam pemahaman umum. Tapi yang membuat Liana penasaran, orang-orang itu nampaknya menyebut korban ulah mereka itu dengan sebutan suplai. Apa jangan-jangan mereka akan disantap?

Tapi tunggu...Liana menyambungkan semua ini, dari pernyataan Alwhin, ucapan wanita berambut ungu, dan perkataan orang-orang berjubah tersebut. Tidak salah lagi, mereka sedang mengumpulkan energi dan kekuatan magis dari para masyarakat yang terjebak di festival untuk seseorang yang mereka sebut 'Tuan'. Pasti orang yang mereka sebut 'Tuan' itu adalah pemimpin utama mereka.

Liana, Lysander, dan Alwhin begitu tegang sekarang. Mereka bersembunyi di tempat yang terpisah, agar kalau salah satu dari mereka tertangkap. Dua dari mereka masih bisa menyelamatkan yang tertangkap.

'Aku menyesal lupa membuat ramuan penidur tadi.' Lysander mengumpat dalam hati.

"Aku curiga kalau para 'suplai' kabur. Tapi kalaupun kabur, pasti ada yang membangunkan mereka. Kita harus menangkap penganggu itu."

Sekarang Liana, Lysander, dan Alwhin benar-benar kesulitan bernafas. Bukan, bukan karena kehabisan nafas, namun karena atmosfer yang mereka rasakan kini begitu menyesakkan. Mereka diujung tanduk sekarang ini.

Memang terlihat mudah kalau Liana menyerang langsung dan mengubah orang-orang itu menjadi weapon. Tapi apa selancar itu? oh tentu saja tidak. Liana bisa mengubah orang menjadi weapon dengan persyaratan ia harus menyentuhnya. Kini ia hanya bersama Lysander dan alwhin, mereka pun belum menyusun rencana untuk menyerang.

Lagipula kalau mereka membuat kagaduhan sekarang, bisa saja itu malah membuat semuanya semakin runyam. Ada masyarakat lain yang bisa jadi sudah dibawa oleh kelompok misterius tersebut. Banyak sekali hal yang menjadi pertimbangan Liana untuk menyerang sekarang. Jadi ia memutuskan untuk diam terlebih dahulu.

Suara letupan terdengar, semuanya yang ada di situ terdiam. Hening, bahkan dalam tempat persembunyian, Liana dapat mendengar deru nafasnya sendiri.

"Aku tahu siapa penyebab bunyi itu."

Ah sudahlah, tinggal menebak saja siapa yang akan tertangkap lebih dahulu, begitulah fikiran Liana.

"Korsh, ini pasti karena kau."

"A...hehe, hehehe iya...hehe," jawab orang yang bernama Korsh tersebut dengan kekehan canggung.

"Aku tandai wajahmu Korsh, sampai di markas nanti akan aku balas bau kentut terkutukmu itu," sahut seseorang lain di antara mereka.

Liana, Lysander, dan Alwhin menghela nafas lega. Tapi semenit kemudian mereka hampir asma. Bau menyengat menusuk indra penciuman mereka. Lysander hampir pingsan dibuatnya.

'Setelah pulang nanti aku bersumpah tidak akan memakai baju ini lagi. Baju ini sudah terkontaminasi molekul aroma yang busuk sekali,' batin Alwhin sambil menutup hidungnya.

"Baiklah," ujar seseorang dari mereka menyudahi percakapan. "Ayo bereskan semua atribut ini. Pengguna kekuatan magis angin sebaiknya tetap di sini. Aku dan yang lainnya akan patroli ke tempat yang lain."

Liana, Lysander, dan Alwhin merasa tubuh mereka tergerak. Kenapa?

Ya! karena mereka bersembunyi dalam kotak-kotak atribut yang sedang diangkat oleh kelompok orang berjubah tersebut.

"Aku merasakan ada energi magis di dekat sini. Apa jangan-jangan masih ada 'suplai' yang tertinggal?"

Liana beserta Alwhin dan Lysander bisa kena serangan jantung kalau begini terus. Sungguh ini merupakan situasi menegangkan bagi mereka bertiga.

'Ya tuhan...selamatkan lah kami bertiga. Kami belum siap kalau sekarang harus menyerang tanpa rencana...Amen,' batin Lysander seraya menyebut tuhan bapa.

"Mari buka kotak yang ini!"

Sudahlah, mereka bertiga pasrah. Apapun yang terjadi, seandainya mereka ketahuan. Mereka akan menyerang balik dengan sekuat tenaga.

*****

Seseorang tengah mengunyah hidangan di piringnya. Tungku api penghangat ruangan menemani acara makan nya yang khidmat tersebut. Tanpa diperlihatkan wajahnya karena terhalang oleh sofa mewah yang empuk nan tinggi. Hidangannya tampak menggeliat karena kesakitan.

"Orland, kenapa hidangan ku hari ini penuh semangat? apa kau tahu?"

"Tidak Tuanku, hamba yang kurang akan pengetahuan ini tidaklah mengetahui maksud dan arti dari segala sesuatu yang anda miliki dan anda ketahui. Ampuni kebodohan hamba ini Tuan," ujar Orland yang kala itu menunduk, wujud hormat pada 'Tuan' nya tersebut. Padahal 'Tuan' nya itu sedang membelakanginya sekarang.

"Ah!" Orang itu meletakkan sendoknya, lalu bersandar pada sofanya dan meletakkan tangannya pada lengan sofa. "Kau ini selalu merendah, kau itu adalah salah satu 'anakku' yang paling pintar dan rendah hati. Baiklah kalau kau bilang begitu. Alasan hidanganku ini begitu semangat adalah, karena aku sebagai penyantapnya akan mendapat sumber tenaga lagi dari para 'suplai' ku yang sangat indah. Aku sangat tidak sabar tatkala melihat aura energi magis mereka yang masuk dan melewati saluran peredaran darah dan pernafasanku. Ini benar-benar suatu hal yang sangat menggeletik batinku. Aku selalu ingin tertawa membayangkannya, hahahaha."

"Tuan, saya pamit undur diri dulu. Saya hendak memeriksa penangkapan para suplai. Hamba permisi," pamit Orland dan melangkah mundur.

"Silakan Orland, aku setia menunggu hasil pekerjaan mu di sini. Maafkan Tuanmu yang renta dan banyak permintaan ini, hahaha," tawa renyah orang itu terdengar memiliki banyak arti.

Tidak ada jawaban, berarti Orland benar-benar sudah tidak ada di ruangan itu lagi. Masih menjadi pertanyaan, kenapa festival membawa bencana ini tidak terendus oleh pemerintah. Bahkan mendapat izin untuk diadakan di bumi Kerajaan Ellenia. Entah ini dikarenakan anggota kelompok kejahatan ini yabg terlalu pintar mengelabuhi pihak perizinan dan keamanan kerajaan, atau ada sesuatu hal lain yang masih menjadi misteri.

"Astaga...sudah mati. Kau tidak bersemangat seperti yang aku fikirkan tadi. Kau benar-benar mengecewakanku!" seru si 'Tuan' tersebut lalu melemparkan hidangannya ke tembok ruangannya.

Bercak darah berhamburan di situ. Apakah kalian tahu apa hidangannya yang menggeliat tersebut?

Itu hanya sebuah hidangan yang entah keberapa dia makan hari ini. Ular yang masih hidup dan dikuliti sedikit demi sedikit, di susul dengan kalajengking, kelelawar, dan beberapa hewan ekstrim lainnya. Hewan-hewan itu masih hidup, dan ia makan langsung. Sungguh menjijikan, bau amis merebak dalam ruangan tersebut. Sosok yang sangat sadis, eksentrik (lebih ke aneh), gila, dan menyeramkan.

"Suplai...ya, aku sangat menginginkannya sekarang. Aku ingin mendengar jerit kesakitan mereka ketika kekuatan magis mereka dicabut paksa. Sungguh lantunan melodi yang mengharu biru dan menghanyutkan jiwa. Ah! sekarang aku ingin tidur dulu." Orang itu mengakhiri monolognya lalu beranjak pergi dari sofa tersebut. Tidak lupa sebelum itu ia menjilat sedikit darah yang ada di piringnya tadi.

ตอนถัดไป