"Terik mulai tenggelam, sang jingga muncul dengan indahnya. Tampak sesosok bayang yang begitu menarik perhatian, indah Ciptaan-Mu sungguh indah" -Hyunjin Akhtar Farzan
.
.
Jisung dan Viona sudah sampai di sebuah taman tepatnya taman Brantas. Taman itu bertepatan dibawah jembatan dan di kelilingi sungai Brantas. Di taman itu ramai lalu lalang muda-mudi maupun orang tua sekalipun, bisa juga untuk rekreasi keluarga apalagi hawanya sangat sejuk walaupun berdekatan dengan jalan raya.
Banyak diantaranya anak-anak maupun orang dewasa yang bermain skateboard, tak jarang juga ada cewe dan cowo yang berpasang-pasangan. Ditemani alunan nyanyian dari orang-orang yang bermain musik klasik didepan taman Brantas, menjadikan taman itu semakin meriah walaupun hari-hari biasa sekalipun.
Jisung membawa Viona ke salah satu kursi yang ada di dekat sungai, malam itu bulan bersinar sempurna memantulkan bayangannya ditengah sungai, sangat indah.
Jisung mulai menatap kakaknya serius, "Kak..."
Viona pun menoleh, "Hmm, cepet gih cerita,"
"Itu kakkk," Jisung memainkan jari-jarinya.
"Cepett ihhh," dengus Viona kesal.
"Anu itu ahsan bingung,"
"Dek kalo suka sama cewe itu yang gentle dikit, lagian masih sma juga sok-sokan mau gebet anak orang, uang aja masih minta bunda sama gue," celoteh Viona.
"Ihhh kok gitu, jahat kakakkkk," rengek Jisung.
"Nah kan kek bocah, emang siapa sih cewenya?"
"Lucy, yang waktu itu kerumah buat ngerjain tugas bareng,"
"Oohhh yang wajahnya imut itu," sahut Viona sambil mengangguk-angguk. Jisung hanya menggigit bibir bawahnya sambil mengangguk.
"Lha terus masalahnya apaan, bukannya lucy care sama lu dek," Viona mulai memberi reaksi pada adiknya dari pada nanti sampai rumah bocah itu terus-terusan merengek mending ikutin alurnya aja dah.
Jisung bercerita tentang Lucy yang tiba-tiba deket sama dia yang ngebuat Jisung ceria dan semangat di kelas, terus awal mula Jisung mulai suka karena gadis itu sering curhat masalahnya ke Jisung. Jisung pendengar yang baik sama halnya dengan Viona, mereka berdua memiliki sifat yang sama makanya hubungan mereka begitu dekat beda dengan abangnya yang sifatnya cuek walaupun sebenarnya Doyoung sayang banget sama adik-adiknya tapi jarang banget nunjukkin ke mereka, Doyoung punya cara tersendiri untuk menunjukkan perhatiannya.
"Sebenernya ahsan juga nggak mau pacaran sih kak—"
"Nah makanya nanti dulu lah dek, kakak aja juga single," potong Viona.
"Bentarrr, tapi ahsan tuh sering bingung lucy kalo sama muel juga deket banget malah kadang jalan berdua,"
"Ini nih bocil labil yang sok-sokan mau gebet anak orang, udahlah dek belajar aja dulu kan bentar lagi juga mau ujian kalo niatnya lucy pengen lebih deket lagi anggap aja bonus kemungkinan juga dia anaknya emang ekstrovert sama semua orang, mending lo tuh mikirin mau lanjut kuliah dimana atau mau kuliah di institut kakak sama abang aja," jelas Viona.
Jisung yang mendengarkan penuturan Viona, seketika mendengus pasrah. Mau gimana lagi, Jisung masih di bilang anak-anak walaupun sudah SMA dan tubuhnya lebih tinggi dari Viona, dia tuh masih labil banget apalagi kalo udah sama Viona manjanya nggak ketulungan. Makanya Viona nggak yakin kalo adiknya itu bakalan menjalin hubungan, dia agak ragu kalau-kalau pada akhirnya Jisung nggak bisa ngontrol perasaannya.
"Lo tau kan maksud kakak, kakak cuma nggak mau lo lalai dek," ucap Viona selembut mungkin, menatap anak laki-laki yang tengah menunduk disampingnya, dia agaknya tidak tega melihat Jisung yang begitu lesu.
"Iya kak ahsan ngerti," sahut Jisung lirih.
"Jangan murung gitu dong, gue traktir pizza dehh," setelah mendengar ucapan kakaknya, Jisung langsung sumringah dan mengangguk dengan cepat.
"Yeee dasar tengilll," Viona menjenggut kepala adiknya lalu menggandeng tangannya untuk beranjak dari tempat duduk.
Kedua bersaudara itu kini telah sampai di tempat Pizza terdekat, mereka memasuki tempat makan itu. Viona memesan Pizza kesukaan adiknya, saat ingin berbalik ke tempat duduknya tak sengaja dia menabrak seorang lelaki dibelakangnya.
Viona menunduk sembilan puluh derajat, "A-ah ma-maaf,"
"Viona," ujar seseorang yang kini didepannya. Viona mendongakkan kepalanya.
"Ahhh renjun," kedua mata Viona melebar setelah tau seseorang yang tak sengaja dia tabrak. "S-sorry gue nggak liat hehe, kaki lo nggak papa kan,"
Renjun menggeleng, "Nggak papa santuy lah, lo sendirian?"
"Sama ahsan tuh," Viona menunjuk Jisung yang duduk disalah satu meja. "Lo sendiri?"
"Iya," ujar Renjun diikuti anggukan.
"Oh gabung aja sekalian yuk,"
"Boleh nih..."
"Ya boleh dong, yuk," Viona menarik tangan Renjun, laki-laki itu hanya menurut.
"Bang renjun..." Jisung melambaikan tangannya. Renjun menepuk pelan pundak Jisung, setelah itu duduk disampingnya.
"Kalian berdua darimana?"
"Tuh bocil lagi galau, e-eh nggak peace," Viona tidak melanjutkan ucapannya karena Jisung melotot dan memasang wajah marahnya.
"Biasa anak remaja haha," tawa Renjun.
"Iya kan bang, anak remaja harusnya lebih kreatif dan terbuka,"
"Nggak usah mulai deh,"
Renjun hanya tertawa geli melihat kedua bersaudara itu mulai adu mulut, sambil sesekali saling cubit dan tak lupa jenggutan maut dari Viona. Akhirnya dua buah pizza reguler yang baru saja diantar oleh pelayan memisahkan pertikaian dua bersaudara, Renjun menghela lega.
Di sela-sela makan, Renjun sedikit penasaran tentang kedekatan gadis di depannya yang kini sedang makan pizza begitu lahapnya dengan teman sekelasnya yaitu Jeno.
"Vi lo ada hubungan apa sama jeno?" ujar Renjun to the point.
"Hah? Hubungan apaan, kan temen njun," sahut Viona.
"Temen kok ngedate bareng," celetuk Jisung.
"Bocil tau apa hah," ketus Viona. "Nggak ada apa-apa kali njun, temen hunting novel doang soalnya kita punya hobi yang sama," lanjutnya dan hanya dianggukkan Renjun, lalu laki-laki keturunan China itu mengambil sepotong pizza lagi.
Setelah mereka menghabiskan satu setengah potong pizza reguler, sebenarnya yang lebih banyak menghabiskan pizza itu Jisung, Renjun hanya mengambil dua potong pizza sedangkan Viona dua setengah potong dan setengahnya lagi dimakan Jisung katanya sih untuk pertumbuhan. Terserah Jisung aja mumpung umurnya belum 20+, suka-suka dia.
Pizza yang masih sebagian mereka bungkus untuk diberikan ke abang dan bundanya yang ada di rumah. Viona dan Jisung berpisah dengan Renjun yang kini sudah mengendarai motornya keluar tempat parkir.
"Kak itu bukannya kak nada sama bang jaem," Jisung menunjuk kedua pasangan yang tengah menyeberang.
"Lah he'eh dek, anjim lah makin-makin si gembul, samperin yuk," Jisung mengangguk dan mengikuti kakaknya. Nada dan Jaemin yang kini sudah ada di depan halaman pizza sedikit tersentak ketika Viona menyetop di depan motor Jaemin.
"Hehh lu berdua udah official ya!!" Viona menatap tajam kearah Nada dan Jaemin bergantian.
"Gubluk...siapa juga yang official njir, gue sama gembul barusan ngerjain jurnal resep di sekar taji, lu ngadi-ngadi banget dah pake ngejogrok depan motor kalo gue nggak sengaja ngegas lu udah ambruk dodol," celoteh Jaemin kesal.
"Ya gue kaget lu berdua jalan bareng njir," ketus Viona tak mau kalah.
"Mau kemana bang?" Tanya Jisung yang dari tadi diem aja mendengar runtukan kakaknya.
"Mau fotocopy," jawab asal Jaemin. "Ohhh....." sahut Jisung menurut.
"Ya mau beli pizza dong san, kan tujuannya kesini bukan ke tempat fotocopy, polos amat sih adek lu vi,"
"Kan bisa aja mau puter balik buat cari tempat fotocopy," Jisung dan Viona itu sama-sama keras kepala, tapi lebih parah Viona karena kalo ada percek-cokan antar saudara dia pasti yang bakalan menang, akhirnya Doyoung dan Jisung harus mengalah.
"Iyain aja jaem, ahsan emang keras kepala," ujar Viona.
"Ngaca tolong mbanya," sahut Nada, Viona hanya memutar bola matanya.
"Minggir gue udah laper nih..." seru Jaemin, setelah Viona minggir dari depan motor Jaemin. Jaemin pun melajukan motornya ke tempat parkir.
"Gue balik kalo gitu, congrats ya jaem!!!" setelah Viona berseru dan melambaikan tangan ke arah Jaemin, Jisung melajukan motor keluar halaman parkir pizza.
"Congrats palalu," gerutu Jaemin. Nada yang di sampingnya hanya membuang muka mendengar gerutuan Jaemin karena kini jantungnya tengah berdesir.
♥♥♥♥♥
Jaemin menghantarkan Nada pulang ke kosannya, belum sampai didepan kosan Nada, mereka dikejutkan dengan kehadiran sebuah mobil sport yang terparkir di jalanan gang. Sesosok laki-laki keluar dari mobil itu dan tersenyum ramah ketika motor Ninja Jaemin berhenti tepat di depan mobilnya.
Nada yang sedikit terkejut, tidak menyangka bahwa laki-laki yang tidak sengaja bertemu di taman waktu itu datang ke kosannya. Nada pun turun dari motor Jaemin.
"K-kak vernon ngapain kesini?" Tanya gadis itu, ada rasa yang mengganjal di hatinya ketika tau laki-laki yang selama ini meninggalkannya tanpa pesan, kini tiba-tiba kembali yang bahkan Nada belum sempat melupakannya.
"Hai nad," sahut Vernon. "Sorry gue tiba-tiba kesini nggak bilang-bilang dulu, gue cuma pengen tau kosan kamu doang kok," lanjutnya.
"Kok bisa tau kosan aku kak?"
'Sial kenapa gue belum bisa ngomong informal sama kak vernon sih,' batin Nada. Jaemin yang lagaknya tau tentang arah pembicaraan mereka, dia pun meminta undur diri untuk balik ke kosannya.
"Nad gue balik dulu ya," ujar Jaemin dingin lalu menyalakan motornya.
Nada yang sedikit panik dengan perubahan sifat Jaemin, dia hanya mengangguk pelan. "Hati-hati jaem, thanks ya."
Jaemin hanya mengangguk lalu menjalankan motornya tanpa menengok ke arah Nada. Laki-laki itu sedikit kecewa dengan kedatangan Vernon, dia sebenarnya tidak tau tentang hubungan mereka tapi setelah mendengarkan perbincangan yang sedikit serius itu, dia lebih baik segera pergi dari tempat itu dan nanti menanyakannya pada Nada kalau dia sudah enak hati.
Nada masih saja berdiri kaku di tempatnya tanpa berniat untuk duduk di kursi yang disediakan tempat kosannya untuk pengunjung, karena kosan Nada khusus untuk perempuan jadi pengunjung laki-laki tidak diperbolehkan memasuki rumah.
"Kakak kenapa kesini?" Tanya Nada namun dengan suara yang lirih, dia agaknya sedikit kesal dengan Vernon. Nada bahkan enggan menatap Vernon yang kini sudah berdiri di hadapannya.
"Aku rindu nad," sahut laki-laki bule itu seramah mungkin. "Aku minta maaf—"
"Emm kak aku masuk dulu ya soalnya besok ada praktikum pagi," sebelum Vernon menghentikannya, Nada sudah memasuki pagar dengan tergesa-gesa tanpa melihat Vernon yang kini tengah mengacak rambutnya frustasi.
Nada segera memasuki kamarnya lalu menguncinya, sesak rasanya setelah begitu lama dia ditinggalkan Vernon. Gadis itu membantingkan tubuhnya ke kasur dan kini sudah terdengar isakan dibawah bantal. Dia sangat kesal sampai-sampai emosinya meluap dan berakhir menyesakkan. Perasaannya campur aduk malam ini, apalagi tadi Jaemin pergi tanpa melihatnya yang sedang meredam sesak didada. Dia tau kalau Jaemin sedang kesal, entah kesal dengannya atau dengan keadaan yang tiba-tiba.
Setelah lama menangis, gadis itu akhirnya tertidur dengan keadaan tengkurap dan kepala yang tertutup bantal. Bahkan dia lupa kalau besok pagi dia harus postest untuk praktikum, yang seharusnya malam ini dia belajar tapi mana mungkin dia bisa belajar kalau pikirannya saja terus-menerus fokus pada Vernon.
I tagged this book, come and support me with a thumbs up!
Like it ? Add to library!
Have some idea about my story? Comment it and let me know.