Jun dan Ricki baru saja pergi karena Troy sudah dalam perjalanan pulang ketika James tiba-tiba muncul di rumah Troy. Wajah pria itu tampak pucat. Carol seketika merasakan jantungnya seolah diremas. Papa. Pasti sesuatu terjadi.
"Ada apa? Apa sesuatu terjadi pada Papa?" buru Carol begitu mereka masuk ke dalam rumah Troy.
"Tuan Harlan dalam keadaan kritis," beritahu James.
Kaki Carol seketika lemas. Ia sampai harus berpegangan di sofa agar bisa tetap berdiri.
"Aku … aku harus pergi. Aku harus menemani Papa." Carol melangkah ke pintu, tapi James menahannya.
"Nona tidak bisa pergi ke sana dalam keadaan seperti ini!" bentak James. "Saat ini, mereka pasti berusaha keras menemukan Nona untuk menyingkirkan Nona selamanya. Sebelum Tuan Harlan meninggal, Nona juga harus lenyap. Itu yang mereka harapkan, Nona."
Carol mengempas tangan James kasar. "Lalu, kau memintaku tetap di sini sementara aku mungkin tidak akan bisa mendampingi Papa di saat terakhirnya?"
"Kita hanya harus berharap malam ini Tuan Harlan bisa melewati masa kritisnya," James berusaha menghiburnya.
Carol menggeleng. "Kalau Papa pergi seperti ini, selamanya aku tidak akan bisa memaafkan diriku sendiri."
"Tuan Harlan juga pasti tidak ingin Nona membahayakan nyawa dengan pulang ke rumah itu!" bentak James. "Nona, tolonglah …"
Carol mendengus jijik pada James. "Apa sekarang kau juga akan memisahkanku dari Papa? Setelah apa yang kau lakukan pada Mama …"
"Saya akan mencari cara untuk mempertemukan Nona dengan Tuan Harlan," bujuk James. "Saya berjanji. Karena itu, tolong tetap di sini. Saya akan mencari tahu dan saya akan berusaha membawa Nona pada Tuan Harlan dengan selamat. Jadi, tolong … berita apa pun yang Nona dengar tentang Tuan Harlan di media, jangan percaya. Saya kemari hanya untuk memberitahukan itu pada Nona."
Carol tertegun. "Jangan bilang, mereka …"
"Saat ini kondisi Tuan Harlan sedang kritis, tapi media memberitakan dengan cara yang mengerikan. Mereka sudah menyebut tentang para ahli waris perusahaan. Saya yakin, itu adalah rencana mereka untuk memancing Nona. Saat ini, mereka sudah putus asa untuk menemukan Nona dan akan melakukan apa pun untuk menemukan Nona, untuk menyingkirkan Nona."
Carol mengepalkan tangan marah. Ia benci ketidakberdayaannya saat ini. Ia tak bisa pergi menemui papanya, dan ia tak bisa melakukan apa pun untuk melawan orang-orang itu.
***
Ketika James keluar dari rumah Troy, ia mendongak menatap langit malam dan menghela napas berat. Malam ini begitu sunyi dan gelap. Seketika mengingatkan James pada kejadian mengerikan sepuluh tahun lalu.
James baru akan melanjutkan langkah ketika ia tiba-tiba dibekap dari belakang dan ditarik ke jalan sempit di samping rumah Troy. Ketika James terus berusaha melawan, didengarnya penyerangnya berbicara,
"Ini aku."
Troy.
Begitu Troy melepaskannya, James langsung berbalik, kaget dan panik melihat Troy di sana. Apa dia mendengar semuanya?
"Jadi, dia tidak hilang ingatan?" Suara Troy terdengar berbahaya.
"Troy, aku benar-benar minta maaf. Aku harus melakukan ini untuk melindunginya," terang James. "Gadis itu …"
"Bagaimana kau mengenalnya?" tuntut Troy. Suaranya terdengar tak ramah.
"Dia … aku mengenal orang tuanya. Dulu aku dokter keluarganya," terang James.
Troy mengernyit. "Dokter … keluarganya?"
James mengangguk. "Dan orang yang bertanggung jawab atas kematian ibunya."
"Apa?"
James menghela napas. "Karena itu, aku harus memastikan anak itu aman. Saat ini, nyawanya dalam bahaya. Dia sendirian, harus menghadapi orang-orang yang menginginkan kematiannya. Aku tidak bisa membiarkan dia sendirian, Troy. Karena itu, aku memaksanya tinggal denganmu. Karena aku tahu, di sini adalah satu-satunya tempat di mana dia aman."
Mata Troy menyipit tak suka. "Dengan kata lain, dia memanfaatkanku demi bertahan hidup?"
"Nona Carol tak punya pilihan lain! Papanya sekarat dan bisa meninggal kapan saja. Dia bahkan tak bisa menemui dan menemani papanya saat ini. Karena jika dia kembali, orang-orang itu akan langsung membunuhnya. Satu-satunya cara agar dia bisa selamat adalah kematian papanya. Tidakkah itu terlalu kejam untuk gadis itu?" James berkata.
Troy mendengus sinis. "Setelah apa yang kau lakukan pada ibunya, kau masih bisa berkata seperti itu?"
James menunduk, menggeleng. "Aku … aku bahkan tak bisa memberikan pembelaan apa pun tentang itu."
"Bagaimana kau membunuh ibunya?" tuntut Troy. "Apa dia tahu?"
James menggeleng. "Jika Nona tahu, dia mungkin akan menyalahkan dirinya sendiri."
Troy mengerutkan kening. "Apa maksudmu?"
"Sepuluh tahun lalu, aku melepaskan ibu Nona, menyuruhnya kabur. Tapi, dia tidak mau kabur dan memaksa aku membunuhnya, dengan janji aku akan menjaga putrinya sebagai bayaran atas nyawanya," sebut James. "Ketika aku melepaskannya, wanita itu bunuh diri di depanku. Dia memberikan nyawanya untuk melindungi nyawa putrinya. Bagaimana aku bisa memberitahukan itu pada gadis itu?"
Troy mengernyit dan membuang muka kasar.
"Aku tahu kau marah, tapi tolong …. Aku tidak akan meminta apa pun lagi, Troy. Hanya gadis itu. Lindungi dia," pinta James.
Troy mendengus. "Setelah dia menipuku dan memanfaatkanku?"
James mengernyit cemas. "Apa kau … akan membalas gadis itu?"
Troy tak menjawab.
"Kau bisa melakukan apa pun padaku, tapi tidak pada gadis itu, Troy. Jika kau meminta nyawaku, aku akan memberikannya. Tapi, tolong … jangan gadis itu. Dia dipaksa untuk tetap hidup oleh kedua orang tuanya dengan mengorbankan nyawa mereka. Bahkan saat ini, dia sudah cukup terpukul akan kenyataan bahwa dia bisa hidup jika ayahnya meninggal," ucap James sedih.
"Aku akan memikirkan apa yang harus kulakukan pada gadis itu," ucap Troy dingin.
"Troy …"
"Sampai saat itu tiba, gadis itu tidak akan pergi ke mana pun," putus Troy. "Jika kau mencoba membawanya kabur atau menyembunyikannya dariku, detik itu juga kau dan gadis itu akan mati di tanganku."
James terdiam.
"Dan jangan beritahu pada gadis itu jika aku sudah tahu," ucap Troy.
"Tentang keluarganya?"
"Tentang dia yang membohongiku."
Setelah mengatakan itu, Troy meninggalkan James. James menatap punggung Troy yang semakin menjauh dalam kegelapan dan hanya bisa menghela napas. Setidaknya, Troy tidak akan membunuh Carol.
Karena, jika itu yang akan dia lakukan, saat ini James pasti sudah tergeletak tak bernyawa di sini.
***
Ketika Troy masuk ke rumahnya, Carol menyambutnya dengan riang.
"Aku baru saja berniat menyusulmu lagi karena kau tidak juga datang," ucap gadis itu.
"Jangan pernah keluar dari rumah sendiri, terutama di malam hari," Troy mengingatkannya.
Carol hanya tersenyum dan mengangguk. Troy tak melihat sedikit pun kesedihan di matanya. Bahkan setelah apa yang didengar gadis itu dari James tadi tentang kondisi papanya …
"Kau baik-baik saja?" Troy tak tahan untuk bertanya.
Carol mengerutkan kening. "Memangnya aku kenapa? Tentu saja aku baik-baik saja."
Troy mendengus dalam hati. Gadis ini benar-benar jago berakting. Karena itu, dia berhasil mengelabui Troy. Troy sudah menghadapi banyak orang yang berpura-pura di depannya dan ia bisa langsung tahu jika ada yang berbohong padanya. Namun, bagaimana bisa ia tertipu oleh gadis ini?
Tidak. Di satu waktu, Troy mungkin sudah sadar, ada yang disembunyikan gadis ini darinya. Namun, Troy memilih untuk mengabaikannya. Troy dengan sukarela memercayai kebohongan gadis ini. Troy secara tidak sadar sudah membiarkan gadis itu memanfaatkannya. Kenapa?
Karena jika Troy mengakui bahwa gadis itu menyembunyikan sesuatu darinya, membohonginya, memanfaatkannya, seperti saat ini, Troy tak tahu harus melakukan apa. Jika saja Troy bisa membunuh gadis ini saat ini juga, itu mungkin lebih mudah baginya.
Namun, bagaimana bisa ia mengambil lagi kehidupan kedua yang telah ia berikan pada gadis itu?
***