Terdengar suara ketukan pintu dari arah luar, tampaknya seseorang sedang mengetuk pintu kamarku, dan memiliki urusan denganku. "Masuk." Aku bangkit dan duduk di ranjangku.
Kulihat pada alarmku, waktu menunjukkan pukul '06:30'.
"Nora kamu sudah sadarkan, jangan ngelamun nak," ucap Ibuku duduk di kasurku.
"Iya bu, namanya juga baru bangun tidur maklumi," ucapku saat tersadar.
"Nora, kamu mau jalan-jalan?" tanya ibuku.
Aku segera mengucek kedua mataku karena tertarik dengan topik pembicaraan.
"Kemana?" tanyaku. Ibuku tersenyum tipis lalu menarikku keluar.
"Ga usah banyak tanya, ayo siap-siap Nora, Lona aja udah siap." Ibuku mengambil handuk dan memberikannya kepadaku, lalu mendorongku masuk ke dalam kamar mandi.
.
.
Aku menatap ke arah cermin, hari ini aku menggunakan sweater hitam polos, dan celana jeans.
"Ibu aku sudah siap!" teriakku dari kamar. Lalu keluar setelah merapikan barang-barangku.
.
.
"Nora, ayo sarapan dulu!" panggil Ibuku dari meja makan. Aku melangkah menuju ke meja makan, dan memakan Grilled cheese buatan Ibuku.
"Ibu kita mau kemana sih?" tanyaku.
Ibuku tersenyum dan menempelkan jari telunjuknya pada bibirnya, "Rahasia."
"Sudah ayo cepat habiskan sarapannya,"
"Oke bu!"
.
.
"Ibu kok kita makin masuk ke dalam hutan" keluhku.
"Kamu tau, ini kampung halaman Ibu!" ucap Ibuku, aku terkejut pasalnya Ibuku tak pernah mengungkit tentang keluarganya selama ini.
"Jadi sekarang kita ke kampung halaman Ibu?".
"Tidak, kita ke tempat 'Dia',"
.
.
Kami berhenti di sebuah bangunan tua yang berlokasi di padang rumput hutan pinus.
"Nah, sudah sampi. Nora, Lona ayo turun!" panggil Ibuku.
Aku menggandeng tangan Lona dan turun dari mobil. Lalu mengikuti Ibuku yang telah masuk ke dalam bangunan tua tersebut.
.
Aku masuk kedalam sebuah ruangan yang sepertinya, hanya satu-satunya ruangan di rumah ini.
Aku terkaget.
Dapat kulihat seseorang, Ah mungkin sesosok makhluk, pasalnya dia memiliki sayap di kedua punggungnya dan tengah duduk di sebuah kursi yang menghadap kearah jendela kaca yang amat besar.
Dia menoleh kebelakang lalu tersenyum ramah kearahku
"Halo Nora, Lona!" sapanya padaku dan Adikku.
"Maaf tapi apakah kita saling kenal" ucapku sopan.
"Ilona, aku dilupain sama anakku sendiri," ucapnya seraya berpura-pura mengusap air matanya.
"Permisi, apa maksud bapak?"
"Aku ayahmu!" ucapnya senang dan segera memelukku lalu berpindah memeluk Lona.
Aku terbelalak dia ayahku sungguhkah.
Tapi dia memiliki sayap, aku benar-benar tidak dapat mempercayai mataku.
"Dios, kan dia 'kan udah lama gak ngeliat kamu," Ucap ibuku.
"Tunggu, apa maksud Ibu. Dia Ayahku?!" Ibuku menganggukkan kepalanya.
"Dan dia Dios," ucapku tak percaya.
"Ibu, dia Ayah?" tanya Lona seraya menunjuk ke arah Dios.
Ibuku mengangguk lagi, "Iya, dia Ayahmu dan dia seorang Dios Eungene," jelas Ibuku.
"Tapi bagaiman Ayah bisa mempunyai sayap?" bingung ku.
"Kamu gak tau?" tanya ayahku. Aku menggeleng.
"Ayah kan seorang Demigod, karena itu ayah memiliki sayap" jelasnya.
Aku bingung, "Ibu ini nyata?" tanyaku.
"Kenapa? kamu gak suka?" Ibuku kembali bertanya. Aku menggeleng cepat.
"Bukan-bukan begitu, maksudku Dios yang tertulis disejarah sungguh Ayahku"
"Nora jangan puji ayahmu nanti dia kegeeran," aku menoleh kearah ayahku benar saja dia sudah senyum-senyum tidak jelas. Aku tersenyum getir
"Heh, dia beneran Ayahku?" raguku. Ibuku tertawa terbahak-bahak.
.
.
"Jadi ayah bakal tinggal sama kita sekarang?" tanyaku.
"Iya, gimana kalian senang gak?" ucapnya.
"Lona, senang Ayah!" pekik senang Lona. Ayahku segera memeluk gemas Lona.
"Stop bercanda, yah" ucapku berbarengan dengan Ibu.
"Ih, Ibu sama anak kompakan aja nih" ucapnya.
Aku benar-benar gak nyangka, kukira awalnya ayahku adalah seorang yang serius, tetapi.
Memang masa depan itu tak terduga. Aku hanya dapat tersenyum getir memandangnya.
"Sabar ya Nora, Ayahmu memang kayak gitu kok, tapi kalo waktu serius dia bisa kok serius" ucap Ibuku.
Tapi entah kenapa aku meragukan perkataannya.
.
.
Aku dan Ibuku membantu ayah menyiapkan barang-barangnya yang akan di bawa.
"Dios sudah selesai belum?" tanya Ibuku.
"Oh! sudah ayo berangkat," sahut Ayahku.
Kita masuk kedalam mobil lalu pulang kembali kerumah bersama-sama.