webnovel

Sebuah Rahasia

Sia mengepalkan kedua tangannya dengan berani berkata kepada Ana “Aku sudah tidur dengan nya” Ucap Sia.

Aku tersentak, pernyataan yang Sia lontarkan seketika membuat darah ku meluap dan mendidih bagai gunung berapi yang hendak meletus untuk menghancurkan semua yang bernyawa, yang ada di dekatnya. Aku mengepalkan kedua tanganku dan menatap Sia dengan penuh amarah.

Aku melayangkan tangan kanan ku tepat di pipi kiri Sia. Dan terdengar suara keras yang membuat suasana menjadi hening mencekam. Kali ini aku benar-benar menampar wajahnya dengan sangat keras.

Yah, aku menampar wajah sahabatku itu.

“Munafik…” gumam ku. Sia melihat ku dengan tatapan sinis…

ตอนที่ถูกล็อกไว้

สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com

ตอนถัดไป