Hendo harus mengemudi dengan kecepatan ekstra menuju cafe tempat dia dan Yola biasanya bertemu. Dia bukan tipe anak yang suka mengemudi dengan kecepatan tinggi, tapi karena Yola memaksanya untuk datang dalam waktu lima menit maka mau tidak mau dia harus menambahkan kecepatan pada mobilnya.
Tidak biasanya Yola mengajaknya bertemu di masa-masa ujian seperti ini. Biasanya Yola rajin belajar dan bahkan tidak mau diganggu. Oleh karena itu, Hendo berpikir sepertinya ini penting dan mendesak sekali. Terlebih saat mendengar suara Yola yang terdengar sangat urgent tentang pertemuan ini. Hendo sampai buru-buru meninggalkan kamarnya yang masih berantakan dengan lembar-lembar skripsinya.
Sesampainya disana, Yola sudah menunggu di meja biasanya. Yola tak memesan minuman, Hendo jadi merasa curiga apakah pertemuan ini akan lama, baik-baik saja, atau seperti apa. Mengingat kejadian kapan hari yang membuat Yola bete. Emosi Yola sempat reda beberapa hari. Mereka baik-baik saja saat ini. Lalu apa yang ingin Yola bicarakan. Hendo jadi penasaran.
"Sayang, aku nggak telat kan?" tanya Hendo saat dia duduk di depan Yola.
"Enggak. Maaf aku nggak pesen minuman buat kamu, karena aku nggak pengen minum apa-apa saat ini. Kalau kamu mau pesen minum, silahkan. Aku tunggu," kata Yola dengan tenang.
Hendo semakin curiga. Apa yang sebenarnya Yola mau. Karena Hendo sudah hafal bagiamana sifat Yola (dia pasti ngambek kalau tidak dituruti permintaannya), maka Hendo pergi ke kasir untuk memesan segelas capuccino. Setelah membayarnya, Hendo kembali ke mejanya. Yola dengan tenang menatapnya.
"Ada apa kok kamu nelpon aku tadi? Ada masalah penting?" tanya Hendo.
"Iya, penting banget," jawab Yola dengan tenang.
"Ada masalah apa sayang?" tanya Hendo penasaran.
"Aku mau kita putus," jawab Yola dengan mantap tanpa ada rasa ragu dan penyesalan di dalamnya.
Hendo sangat kaget dengan perkataan yang baru saja diucapkan oleh kekasihnya. "Coba ulangi lagi!"
"Aku mau putus. Pokoknya aku mau putus," kata Yola.
Hati Hendo rasanya mencelos. Apakah dia salah dengar? Yola minta putus, tapi apa salah Hendo padanya? Hubungan mereka baik-baik saja. Kenapa kekasihnya minta putus?
"Tapi aku salah apa? Kenapa kamu minta putus? Kita kan baik-baik aja," tanya Hendo bertubi-tubi. Dia bingung apa salahnya sampai Yola ingin putus. Dia merasa tidak membuat kesalahan apapun. Apa Yola masih marah soal nasehatnya tempo hari, entahlah, Hendo tidak mengerti. Hendo pikir Yola sudah memahami perkataannya.
"Kamu nggak salah apa-apa. Aku cuma mau fokus sama kuliah dan organisasi aku aja," jawab Yola.
"Fokus kuliah dan organisasi? Apa aku selama ini mengganggu waktu kamu?" tanya Hendo dengan sabar. Dia berusaha menahan diri. Hendo orang yang sabar dan berkepala dingin. Dia nggak akan marah dengan Yola sekarang.
"Aku merasa sih akhir-akhir ini begitu. Kita sering ketemuan padahal aku ada banyak tugas dan rapat di BEM," jawab Yola.
"Bukannya itu mau kamu? Kamu minta kita ketemuan dan jalan karena kamu jenuh kan? Karena kamu capek. Bukan aku yang minta, aku tahu kamu sibuk, makanya aku nggak pernah minta kita ketemuan karena aku sendiri juga sibuk skripsian. Berapa kali aku sering telat ngasih draft ke dosen pembimbing aku karena aku sibuk ngurusin kamu..."
Yola tampak bete dengan perkataan Hendo. Dengan cepat Hendo buru-buru melanjutkan perkataannya.
"Aku nggak bermaksud untuk bilang kalau membebani aku atau bikin aku kelabakan, enggak. Aku nggak bermaksud bilang gitu. Cuma aku pengen kamu ngertiin aku. Nggak aku aja yang ngertiin kamu. Selama ini aku selalu mengalah lho, Yol. Jadi, kenapa kamu harus bilang kalau aku mengganggu waktu kamu?" tanya Hendo lagi.
Yola memutar bola matanya dengan malas, "Udahlah. Intinya aku pengen putus. Aku mau fokus kuliah dan organisasi. Aku pengen sendirian saat ini."
Hendo masih berusaha bersabar, tidak biasanya Yola seperti ini. Pasti ada yang membuat dia berpikir kalau dia sudah mengganggu waktunya.
"Kita bisa bicarain ini baik-baik. Kalau kamu emang aku ganggu waktu kamu, kita bisa bicarakan kapan kita ketemuan. Kamu juga bisa membatasi kontak sama aku. Tapi aku nggak pengen kita putus, oke," kata Hendo memohon pada Yola.
"Maaf, tapi aku udah nggak bisa. Intinya aku mau sendiri dan aku ingin putus," kata Yola seolah tak ingin dibantah.
Hendo diam sesaat. Dia kemudian memikirkan apa saja yang mungkin menjadi akar masalah hubungan mereka. Dia kemudian teringat kejadian kapan hari.
"Apa ini semua karena kejadian kapan hari? Soal teman kamu yang bernama Ardilo itu?" tanya Hendo hati-hati.
Yola tampak tersentak dengan pertanyaan Hendo. Tapi dia tetap tenang. Dia berusaha biasa saja walaupun Hendo bisa membaca gerak-geriknya.
"Bukan. Ini nggak ada hubungannya sama Ardilo," jawab Yola. Tapi Hendo orang yang peka dan hafal dengan kekasihnya itu. Dia tahu Yola berbohong.
"Aku tahu kamu sebenarnya sudah ada rasa kan sama Ardilo? Kamu jujur aja, aku nggak akan marah," kata Hendo dengan tenang.
"Enggak. Aku kan udah bilang ini nggak ada hubungannya dengan dia. Kenapa sih nggak ngerti-ngerti?" kata Yola kesal.
Hendo meraih tangan Yola tapi Yola menarik tangannya. Dia tidak ingin tangannya digenggam oleh Hendo.
"Sayang, dengerin aku ya. Aku tahu kamu sebenarnya ada rasa sama Ardilo. Aku hafal kamu tipe orang yang berambisi untuk mendapatkan sesuatu. Aku ngomong ini demi kebaikan kamu sayang. Kamu nggak akan bisa dapatin Ardilo, dia udah punya pacar kan. Kamu nggak boleh sampai ganggu hubungan mereka. Kamu cewek baik-baik. Aku nggak mau nanti sampai ada omongan kamu ngerebut pacar orang. Kamu nggak boleh lakuin itu..."
"Aku bilang ini bukan karena Ardi. Intinya aku mau putus dan nggak usah temuin aku lagi," potong Yola kemudian bangkit dari kursinya dan pergi keluar cafe.
Hendo segera menyusul Yola tapi dia sudah masuk ke mobilnya. "Sayang, tunggu...Yola.."
***
Hari Senin pukul 08.30, Ardilo mampir ke sekret BEM Fakultas Ekonomi sebelum menjalani hari pertama Ujian Akhir Semester (UAS). Dia sengaja datang kesana untuk menunggu ujian yang akan dilaksanakan pukul 10.00 nanti. Sekret BEM sepi karena semua pada sibuk persiapan ujian. Ardilo disana sendirian. Dia membaca buku sambil mondar-mandir menghafalkan materi yang akan diujikan.
Tiba-tiba Yola datang dan sambil menangis. Baru saja Ardilo ingin bertanya apa yang terjadi tapi Yola kemudian memeluknya. Ardilo otomatis sangat kaget dengan pelukan Yola yang mendadak itu. Yola tidak mau melepas pelukannya dan terus menangis. Mau tak mau Ardilo berusaha menenangkannya.
Rasanya hari itu adalah hari sial Ardilo. Putra dan Yuna yang juga sudah datang dan menunggu ujian tiba, pergi ke sekret BEM. Tapi langkah mereka terhenti di depan jendela saat melihat Yola memeluk Ardilo sambil menangis. Keduanya sangat kaget melihat pemandangan itu. Bahkan mereka sampai tidak sadar, bahwa di belakang mereka ada Taera.
Halo, aku update lagi. Terima kasih sudah membaca cerita ini. Kira-kira bagaimana kelanjutannya? Ikuti terus ya. Jangan lupa commentnya. Terima kasih :)