webnovel

Pra-Gathering

Hari ini hari Sabtu, Taera tidak ada kelas dan sebagian besar mahasiswa lainnya juga sedang libur. Sella sedang menikmati waktu liburnya untuk tiduran, sementara bagi Sonia dan Hyona yang sedang mengerjakan skripsi, tidak ada waktu libur bagi mereka. Keduanya sibuk di kamar masing-masing mengerjakan draft skripsi. Taera yang sedang free dari tugas, hari ini mau ikut acara pertemuan perdana dengan Departemen Seni Budaya BEM Fakultas Ekonomi.

Segera setelah pengumuman penerimaan anggota BEM Fakultas Ekonomi, masing-masing ketua Departemen langsung memasukkan anggota masing-masing departemen ke dalam grup Departemen dan grup BEM Fakultas Ekonomi. Taera sangat senang karena ini seperti awal baru untuk memulai aktivitas yang selama ini tidak pernah dia impikan. Semuanya menjadi berubah sejak dia bertemu dengan Ardilo.

Saat di grup Departemen Seni Budaya, Taera sangat aktif dan bisa bergaul dengan baik dengan yang lain. Taera juga senang karena mereka adalah orang-orang yang asyik dan baik. Tetapi saat di grup BEM, Taera lebih banyak diam. Dia takut orang-orang akan curiga dengan kedekatannya dengan Ardilo. Kadang Taera mengamati obrolan orang-orang dalam grup. Taera dapat melihat kalau Ardilo dekat dengan Yola. Yola seolah tahu banyak hal soal Ardilo, kadang membuat Taera cemburu dan minder sendiri.

Taera memakirkan mobilnya di sebuah cafe yang tak jauh dari kampusnya. Dia dan teman-teman dari Departemen Seni Budaya janjian mau ketemuan disitu sebelum acara Pra-Gathering esok hari. Sesampainya disana, Taera orang kedua yang sudah datang. Ketua Departemen Seni Budaya, Belinda, sudah datang duluan.

"Taera, sini!" panggil Belinda.

Taera langsung mengenali wajah Belinda yang dia lihat di foto profil akun chat-nya. Belinda mungkin terlihat jutek dan tidak ramah. Tapi, aslinya Belinda itu anaknya baik banget, ramah, dan mengayomi. Taera dapat merasakannya sejak mereka berkenalan di grup.

"Sudah lama kak?" tanya Taera kemudian duduk di dekat Belinda.

"Enggak kok, gue baru datang juga. Tadi sebelum kesini, gue ngerjain tugas kelompok bareng Koko. Tapi dia pulang dulu katanya mau ngambil sesuatu ada yang kelupaan. Nggak tahu apaan," jelas Belinda.

Taera manggut-manggut saja. Saat itu, Anna datang. Anna yang merupakan adik tingkat Belinda, langsung saja tahu kalau itu Belinda dan Taera yang duduk di dekat jendela.

"Halo, kak Belinda," sapa Anna kemudian duduk di samping Taera. Taera tersenyum kepada Anna.

"Pasti ini Taera," kata Anna kemudian mengulurkan tangannya pada Taera.

Taera menyalami Anna, "Iya, lo Anna?"

"Iya. Kak Belinda nggak cerita?" tanya Anna.

"Sengaja emang nggak cerita. Biar kalian bisa kenalan satu sama lain dulu," kata Belinda kemudian tersenyum.

"Hmmm kak Belinda gitu ah. Masa adik tingkat sendiri nggak dikenalin?" gerutu Anna.

Saat itu, Koko datang sambil membawa sekotak kue yang tampaknya sangat lezat. Dia kemudian duduk di dekat Belinda, di seberang Anna dan Taera.

"Halo semua, gue Koko. Temen sekelasnya Belinda. Kakak tingkatnya Anna," sapa Koko.

"Salam kenal, kak Koko," kata Taera.

"Ini pasti Taera, ya?" tanya Koko.

"Kok lo tahu, kak?" tanya Anna bingung. Taera dan Belinda sama bingungnya.

"Gue pernah lihat lo jalan bareng Ardilo sama gengnya di parkiran. Udah lama juga sih. Tapi gue masih ingat muka lo," jelas Koko pada Taera.

Taera mendadak harap-harap cemas. Bagaimana jika orang-orang tahu dia dekat dengan Ardilo. Dia tidak ingin ada gosip yang menyebar.

"Bener, Tae?" tanya Belinda.

"Oh itu...waktu itu gue kebetulan lagi sama temen gue, Stefa. Dia kenal sama kak Alex sama kak Hano, gengnya kak Ardilo. Terus gue diajak jalan bareng mereka. Nggak berduaan aja sama kak Ardilo kok," jelas Taera.

"Oh, Stefa yang jadi sekretaris 2 itu ya?" tanya Belinda lagi.

"Iya kak, dia kan saudaranya kak Yuna," jawab Taera.

Semuanya manggut-manggut. Mereka sepertinya mengerti apa yang Taera jelaskan dan tidak salah paham. Taera sangat lega.

"Oh ya, ini gue bawa kue. Tapi ntar aja ya dimakan bareng kalau yang lain udah datang," kata Koko.

"Oke kak," kata Anna. Yang lain juga setuju.

Selang beberapa saat, anak-anak Departemen Seni Budaya yang dari jurusan Manajemen sudah datang. Ada Erlita, Gaga, dan Danisa. Mereka segera duduk di kursi yang disediakan dan saling berkenalan.

"Taera sendiri ya yang anak Akuntansi," kata Belinda.

"Iya, kak. Gapapa. Gue seneng bisa kenalan dengan yang lain. Nambah temen," kata Taera.

"Kayaknya muka lo nggak asing deh," kata Erlita.

"Nggak asing kenapa kak?" tanya Taera bingung.

"Kayaknya gue pernah lihat lo makan bareng Ardilo di kantin Fakultas Ekonomi. Beneran lo ya? Apa bukan? Soalnya waktu itu heboh banget," tanya Erlita.

"Oh...berita yang waktu itu? Iya iya gue ingat. Iya, beneran itu lo Tae?" tanya Gaga.

Danisa dan yang lainnya menatap Taera menunggu jawaban dari Taera.

"Itu...itu....waktu itu sebenarnya gue lagi makan bareng temen gue. Terus temen gue diajak kak Hano makan di kantin FMIPA. Jadilah gue sendirian. Terus ada kak Ardilo yang ikutan makan bareng gue. Gitu," jelas Taera. Dia berharap mereka mengerti dan tidak memikirkan yang tidak-tidak.

"Oh, kebetulan aja ya? Gue kira kalian janjian," kata Erlita.

"Iya, anak-anak Manajemen tingkat dua udah pada heboh tuh kak. Kak Ardilo makan berdua bareng cewek. Mereka ngira pacarnya," komentar Danisa.

Mereka masih melanjutkan obrolan soal Ardilo. Taera hanya mendengarkannya saja. Dia menanggapi dengan senyum saja. Mendadak dia merasa ada beban dalam dirinya jika orang-orang tahu kalau dia memang dekat dengan Ardilo. Bahkan Ardilo sudah menyatakan perasaannya padanya. Gitu aja mereka udah heboh, bagaimana nanti jika Ardilo jadian dengan Taera? Pasti akan sangat heboh. Mendadak Taera jadi khawatir dan ragu untuk menerima perasaan Ardilo.

***

Stefa sedang mengikuti pra-gathering dari BPH (Badan Pengurus Harian) BEM Fakultas Ekonomi. Mereka kumpul di sekret BEM. Setelah perkenalan dan ngobrol-ngobrol santai. Ardilo mengajak mereka membahas konsep serta visi misi dari BEM Fakultas Ekonomi periode tahun ini. Stefa yang sudah mengenal Ardilo lewat Hano dan teman-temannya jadi biasa saja. Ada hal yang mengganggu Stefa. Entah kenapa yang paling bersemangat adalah Yola. Dia tahu kalau Yola sudah dekat dengan Ardilo sejak lama. Tapi respon Yola kadang membuat Stefa berpikir apakah mungkin kalau Yola menyukai Ardilo.

"Stefa, lo kenapa diam aja?" tanya Ervan yang memperhatikan Stefa seperti memikirkan sesuatu.

"Oh...gue gapapa. Gue cuma sedikit sakit perut. Gue ke toilet dulu ya," pamit Stefa pada yang lain.

"Mau diantar nggak?" tanya Airin, Bendahara 1.

"Nggak usah. Gue sendiri aja," jawab Stefa.

Stefa kemudian segera berjalan ke toilet yang tak jauh dari sekret BEM. "Apa mungkin ya kak Yola suka sama kak Ardilo? Pandangannya gitu banget. Kayak suka sama kak Ardilo. Gue jadi penasaran," gumam Stefa.

Halo, aku update lagi. Jangan lupa tinggalkan jejak ya. Makasih udah baca cerita ini. Tunggu kelanjutan ceritanya :)

mirnanatacreators' thoughts
Next chapter