.
.
.
"Mulanya, semua terasa luar biasa. Namun sekarang, kurasa menghilang begitu saja. Rasaku telah mati. Terkubur bersama hati yang sempat tersakiti."
.
.
.
-NEVER AGAIN-
.
.
.
Pagi sekali,bahkan pemilik sinar kehidupan belum sempurna menunjukkan kekuasaannya, Hyunki sudah bangun dan membersihkan diri. Berdiri di balkon sembari menikmati hembusan angin pagi, dengan tanpa atasan dan hanya memakai celana pendek diatas lutut.
Pandangan yang membuat siapa saja terkagum, tubuh proposional dengan kotak-kotak yang memenuhi perut nya, tatapan nan dingin dan tajam. Pahatan sempurna yg membuat semua orang iri karena merasa tak adil akan paras nya.
Rambut legam panjang nya berayun, sama seperti hatinya yang sudah tak karuan bentuknya.
'Kurasa,ini semakin rumit', batin Hyunki nelangsa.
Ketukan pintu membuyarkan pikiran Hyunki yang megelana.
Tokk.. tokk
"Tuan muda,maaf mengganggumu pagi-pagi sekali. Tuan besar memanggil anda di ruangan bawah."
Pelayan tua itu mengetuk pintu dengan berhati-hati,berharap sang tuan muda mendengar dan tak tersinggung hatinya.
Hyunki menghela nafas, gila sekali pagi-pagi ia dipanggil oleh 'pria tua' itu, jikalau ia belum bangun. Bisa habis pelayan tua itu ia amuki. Pikirnya.
"Ya, aku akan kebawah" dengus Hyunki. Jemarinya yang semula bertengger pada batasan balkon, beralih pada seonggok kain putih yang ia lemparkan tadi malam.
Cklekk
Blamm
Terlihat sang pelayan tua berdiri di sebelah pintu, menunggu dengan sabar dan segera mengikuti Hyunki ketempat sang tuan besar.
.
.
.
.
"Ada apa ayah memanggilku"suara dingin Hyunki menyapa Indra tua sang Tuan besar.
Si tuan besar,atau sebut saja ayah Hyunki hanya menyeringai melihat tabiat Hyunki yang jauh dari kata sopan. Di samping ayah Hyunki terdapat seorang wanita yang duduk anggun sembari melempar tatapan kebencian pada Hyunki yang mengambang di antara pintu.
"Kemarilah, duduk didepan ku"
"Ada apa, jangan bertele-tele, cepat katakan apa maumu, kau sangat membuang waktuku". Ujar Hyunki sembari mendekat dan mendudukkan diri.
Tak seperkian detik pun ia Sudi menatap seorang atau seekor wanita yang duduk disebelah sang ayah. Karena baginya ia bukan manusia melainkan binatang berkaki empat.
"Aku ingin kau menjadi pewaris sahku pada perusahaan J company"
mata Hyunki terbelalak. Tetapi ia berhasil menyembunyikan keterkejutan nya akan ucapan manusia dihadapannya ini, ia tak habis pikir. Lain halnya dengan sang wanita yang berteriak protes.
"Apa maksudmu!, Dengar jeon Ji-Sung! Jangan sampai kau melupakan putri semata wayangmu !!" Teriaknya meluapkan emosi.
Perusahaan J adalah salah satu perusahaan terkaya ke-lima di Asia. Sekalipun Hyunki tidak mengambil alih perusahaan utama, ia tetap akan kaya raya dengan anak perusahaannya. Tetapi sekarang, sang ayah malah ingin mewariskan perusahaan J.
Bisa kau pikirkan seberapa kaya-nya Hyunki?Sangat-sangat kaya:)
"Aku tak lupa, tapi aku tak bisa mewariskan perusahaan utama pada putriku" suara tegas itu membuyarkan pikiran kolot Hyunki.
"Kenapa!, Apa karena ia perempuan?! Dia juga cerdas dalam memimpin!, Bukan seperti dia yang senang menghambur-hamburkan uang !!" Teriak wanita itu tak terima, sembari tangan nya menunjuk-nunjuk muka Hyunki.
"Apa maksudmu?, Menghambur-hambur kan uang? Jika kau tak tau apa kebutuhanku JANGAN SOK TAU SIALAN!" sentak Hyunki. Ia tak terima di tuduh dan di tunjuk-tunjuk seperti itu man, jangan lupa ia memiliki ego yang tinggi.
"DIAM KAU ANAK HARAM!, Jangan bersikap menjadi sok benar !, Aku istri tua disini! Dan anakku berhak menjadi pewaris utama!.
Brakkk
Hyunki menggebrak meja dan menatap wanita itu dengan tatapan yang tajam, nafas nya memburu. Ia menahan mati-matian emosinya agar tidak menembak mati sang wanita.
"Apa maksudmu anak haram?!, Jangan lupakan putrimu yang hamil diluar nikah dan menggugurkan kandungannya, jadi siapa disini yang lebih parah?, Dan jangan mengaku kau istri tua hanya kau mengandung lebih dulu. KARENA PRIA TUA INI MENIKAHI IBUKU LEBIH DULU DARIMU JALANG!" Teriak Hyunki menusuk marah,matanya menggelap. Ia benar-benar benci akan orang yang sok tau dan menuduh dirinya dan ibunya.
Sang kepala keluarga hanya memijit pelipis. Merasa pusing dan tertekan, ia hanya ingin pensiun dan menikmati masa tuanya tanpa konflik yang terjadi disetiap detik nafasnya.
Wajah si wanita total memerah, antara malu dan marah akan fakta yang di lontarkan oleh Hyunki. Ia memalingkan wajah, merasa malu karena hampir kalah berdebat.
"AKU TAK MAU TAU! PEMBAGIAN SAHAM PERUSAHAAN J HARUS DI BAGI RATA" sentak wanita itu pada ayah Hyunki.
Ayah Hyunki menatap tajam. "Aku akan memberikan putrimu anak perusahaan J,walaupun tak setara dengan saham perusahaan J. Tapi cukup untuk putrimu"
"Tidak!, Setidaknya jika dia tidak mendapatkan perusahaan utama, maka anak lelakimu harus mendapatkan yang setara!"
"Apa maksudmu?, Kau ingin perusahaan yang kubuat susah payah bangkrut?"
Ayah Hyunki mendengus," jangan kekanakan!, Aku sudah memikirkan dengan matang, bahwa Hyunki lebih pantas memimpin"
Hyunki menyeringai menang.
Dengan muka yang merah padam, wanita itu keluar dengan menghentakkan kaki. Ia membanting pintu dengan emosi. Sungguh kekanakan bagi seorang wanita yang hampir setengah baya.
Hyunki menatap sang ayah, matanya masih sedikit menggelap dengan tangan yang mengepal , ingin sekali meninjukan buku-buku jarinya pada wanita itu.
"Kau harus lebih memantapkan diri, setelah kau tamat. Kau akan segera ku Lantik menjadi pemimpin perusahaan, untuk 'kakak'mu jangan khawatir. Biar ia jadi urusan ayah"
"Cih, kakak? Aku sudah bilang kepadamu, Dia bukan kakakku." Sentak Hyunki tajam.
Ayah Hyunki hanya menatap mata Hyunki dengan dingin, terlihat kilatan emosi yang kentara pada mata sang anak.
Hyunki segera berlalu dari ruangan biadab itu, meninggalkan sang ayah yang menatap sendu sang anak.
Ingin ia mendekap anaknya itu, satu-satu nya anak lelakinya. Anak yang menjadi dambaan nya, ia ingin sekali mengulang waktu, ketika ia menimang Hyunki dan bermain pedang-pedangan selayaknya anak lelaki dan ayahnya. Tapi itu hanya sekedar harapan yang sia-sia.
.
.
.
.
.
.
.
-flashback-
Di mansion kediaman keluarga Park. Terlihat dikamar Youra, ia kembali berbaring di kamar, setelah menangis. Ia merasa lelah. Ia segera mandi dan berendam, kepalanya sangat sakit.
Terlihat di ruang tamu, jihoon yang menatap layar TV dengan pandangan kosong. Ia memikirkan kejadian yang ia alami dan Youra. Ia sangat merasa bersalah, ia tau. Bahwa kedatangan bayi itu sangat merusak kebahagiaan Youra. Dan itu karena dirinya.
Tapp.. tapp..
Suara sandal rumah yang beradu dengan tangga membuyarkan pikiran jihoon, ia melihat kesumber suara. Youra yang sedang menuruni tangga dengan keadaan lebih baik.
Jihoon segara pura-pura menatap TV setelah ia ketahuan memperhatikan Youra yang turun ke lantai bawah.
Youra berjalan melewati ruang TV yang terdapat jihoon, terlihat wajah anak itu sangat tegang. Youra hanya cuek dan melewati dengan santai.
Youra sangat lapar. Tujuannya dapur sekarang.
Cklekk
Blamm.
Cklekk..
Blamm
"Ck, dimana stok makanan sih" gumam Youra, Jemari putihnya sibuk membuka lemari-lemari didapur.
Jihoon memperhatikan sang kakak yang terlihat kelaparan, sebenarnya ia tau tempatnya. Tapi ia sangat takut mendekat dan sekedar memberitahu Youra.
'Tidakkk jangan disituu, Aiishh bukan disitu ! Itu naa ! Itu ! Disebelah kulkas lemari ketiga dari arah kiri !' Batin jihoon gemas
"CK! DIMANA SIH" dengan muka kusut, Youra mendudukan diri pada kursi meja makan.
Dengan menopang dagu, Youramenatap acak dengan tatapan datar.
"Ya! Park jihoon, aku tau kau disana. Beritahu aku dimana letak makanan, aku sangat lapar. Malas sekali aku keluar" ucapnya datar.
Jihoon tersentak, dan segera berlalu menuju yoongi dengan tatapan takut-takut.
"E-eumm.. se-sebentar nanti Hon ambilkan dulu, ah! Maksudnya nanti aku ambilkan dulu"
Dengan cepat jihoon mengambilkan makanan yang berada di dalam lemari. Sup dan nasi, sengaja disiapkan oleh paman Johnny. Karena ia tau Youra belum pulih.
Jihoon mendekat dan menaruh piring dengan ragu. Ia menyiapkan segalanya, dari mangkuk, sumpit,sendok,minum, dan sebagainya. Ingin melakukan yang terbaik untuk sang kakak,pikirnya.
Youra tersenyum tipis,sangat tipis. Melihat tingkat jihoon yang sibuk melayani dirinya.
"I-itu kak.. silahkan dimakan, jihoon pamit dulu" tanpa sadar, jihoon memanggil dirinya dengan sebutan namanya sendiri. Sungguh menggemaskan.
"Ya.. pergilah" sahut Youra dingin.
Jihoon tergugu ditempat, padahal dihatinya ia sangat mengharapkan Youra tersenyum dan mengatakan terima kasih. Ia meringis, sepertinya ia terlalu berharap pada kakak kulkasnya.
"Ahh oke.." jihoon berlalu, setelah setengah jalan ia tersentak karena satu kalimat.
"Park jihoon, terima kasih" ucapan ketus dan dingin itu seperti tak tulus jika didengar.
Tapi bagi Park jihoon, itu seperti awal dari suatu harapan terbentuk nya hubungan yang ia harapkan.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
~~~~~~~~~~
#alv