Di ruang UKS, Nada terbaring di atas ranjang dan di temani tiga sahabat perempuannya yang lain.
Ia mengerenyit kesilauan dengan lampu ruangan yang menyorot ke matanya. Nada menutup matanya dengan tangan kanannya dan bertanya, "Aku dimana?" Kemudian ia bangkit dari posisi terbaringnya untuk duduk dengan benar.
"Di UKS!" Nada mendengar jawaban dari Icha yang membantunya untuk duduk dengan benar dan menaruh sebuah bantal di punggungnya agar ia dapat bersandar. Nada mulai membuka matanya untuk melihat siapa saja yang ada di sana bersamanya. Dan ia dapat melihat tiga perempuan di hadapannya saat ini.
"Kamu kenapa bisa gini sih?" seorang gadis yang memiliki tinggi badan sempurna, langsing, dan putih itu menghampiri Nada sambil bertanya. Ia melipat kedua tangannya kedepan, seakan-akan sedang memarahi Nada dengan pertanyaannya tersebut.
"Dia cuma lupa sarapan pagi, Lac!" Jawab seorang gadis cantik berambut panjang hitam, ia memakai sarung tangan dan dengan jaket hitam yang panjang. Tubuh kecil dan kurusnya itu membuat penampilannya bak seseorang yang tidak akan terlihat jika ia tidak mengeluarkan suara.
"Predict bener, Lac. Nada lupa sarapan, gw tadi udah mau ngajak dia ke kantin. Eh… Dia keburu pingsan!" Icha membenarkan perkataan Predict yang seharusnya tidak perlu di benarkan olehnya itu, karena Predict memang dikenal dengan sebutan peramal oleh semua orang. Sesuai dengan namanya… Prediksi. Semua hal yang ia katakana benar-benar nyata.
"Ini diminum dulu." Lilac yang sedari tadi sibuk dengan gelas dan sendok itu pun akhirnya memberikan secangkir the manis hangat kepada Nada. Setidaknya untuk membuat perempuan itu bertenaga, sebenarnya mereka sudah membeli beberapa roti, tetapi tidak mungkin juga jika Nada harus langsung memakan roti ketika ia baru sadar dari pingsan, bukan?
Predict melihati Nada yang kini sedang menyeruput teh miliknya, kemudian berjalan menuju pintu luar dan memanggil teman-teman yang lain. Teman lelaki mereka yang sedari tadi stand by di depan ruang UKS. "Leo, Dhani, Fatur! Nada sudah sadar!" Ketiga lelaki yang sedang berbincang di kursi yang telah di sediakan di depan ruang UKS itu pun segera bangkit dari posisi mereka dan masuk ke dalam ruang UKS. Guru yang berjaga di ruangan UKS atau dokter sekolah sudah memberitahu pada mereka jika ia harus mengikuti rapat bersama guru-guru lainnya dan kepala sekolah, sehingga ia tidak bisa berada di sana, dan jika terjadi sesuatu mereka di minta untuk segera memanggilnya.
Saat ketiga lelaki itu masuk ke dalam ruang UKS, ketiganya melihat Nada yang duduk bersandar di atas ranjang. Meminum secangkir teh, dengan wajah yang pucat. Dhani yang memang sangat dekat dengan Nada pun segera menghampiri perempuan itu meski tidak terlalu dekat. "Da... Kamu baik-baik saja kan? U okay right?" Dhani bertanya untuk memastikan. Ia cukup terkejut ketika mendengar Nada jatuh pingsan pagi tadi, ia pun segera datang ke ruang UKS bersama dengan Lilac yang kala itu sedang bersama dengannya.
"Aku sudah baik-baik saja kok, Dhan." Nada tersenyum saat menjawab pertanyaan Dhani padanya, kemudian ia kembali meminum teh miliknya untuk menghindari tatapan dari Leo yang berada di samping Dhani. Nada tidak sengaja menyadari tatapan tersebut dan kembali mengingat bahwa dirinya tengah marah pada lelaki itu. Sehingga ia memilih untuk melanjutkan rasa kesalnya yang sudah terjadi cukup lama.
Icha melihat bahwa saat ini Nada menghindari Leo. Ia juga mengingat ketika tadi sebelum Nada jatuh pingsan, Leo mengatakan maaf pada Nada. Sehingga Icha dapat menarik kesimpulan bahwa kedua temannya itu sedang berseteru. Dan ia juga tahu bagaimana sifat Nada yang tidak ingin mengalah sebelum Leo benar-benar meminta maaf padany. "E-eh… Kita kekelas yuk!" Icha berdiri dari duduknya dan menatap pada seluruh teman-temannya yang cukup terkejut dengan seruan tersebut. Fatur yang mengerti maksud dari perempuan berpita pink ini hanya berpura-pura untuk tidak mengerti dan hanya terdiam seolah-olah terkejut, sama seperti teman-temannya yang lain.
Dari mereka semua yang paling terkejut adalah Leo, ia menatap pada Icha dengan tidak percaya seraya berjalan menghampiri perempuan itu. "Tapi kan Nada baru aja bangun, Cha!" Protes Leo pada ajakan Icha ke mereka semua.
Icha tidak membalas ataupun menimpali protesan tersebut, ia hanya menatap Leo dengan santai dan dengan wajah tanpa bersalah miliknya. "Ya sudah… Gini aja, Leo! Kamu temani Nada di sini, kita semua masuk ke kelas. Oke?" Akhinya Predict lah yang memberikan usulan serta jalan keluar untuk pertikaian kecil mereka. Dan tidak ada yang menolak usulan tersebut, mereka semua setuju termasuk Leo sendiri.
"Ok deh!" Jawab Leo, pada akhirnya mereka semua pergi dari ruang UKS dan kembali menuju kelas.
Dhani yang kebingungan dengan apa yang terjadi pun melirik pada Fatur yang berjalan di sampingnya. "Fat!" Panggilnya pada lelaki itu. Lelaki dengan paras rupawan itu pun menoleh padanya dan bertanya 'Apa?'. Sementara ketiga teman perempuannya masih berjalan di depan mereka berdua, berbincang asik. Membicarakan sesuatu yang tidak Dhani pahami.
"Kenapa kita harus ke kelas? Bukannya guru-guru lagi rapat ya?" Tanya Dhani yang kebingungan dengan teman-temannya itu. Mendengar pertanyaan tersebut, ketiga perempuan yang ada di depan keduanya menoleh serempak kearah belakang untuk menatap Dhani.
"Serius lu gak nyadar, Dhan?" Tanya Icha tidak percaya dengan Dhani yang sama sekali tidak mengerti dengan situasi yang sedang mereka alami tadi. Dhani dengan polosnya mengangkat bahu dan menggelengkan kepalanya. Fatur, lelaki rupawan itu tersenyum dan menertawakan Dhani, sama seperti ketiga teman perempuan mereka.
"Astaga! Kamu harus minum banyak vitamin Dhan supaya pinter." Cetus Lilac seraya tertawa memegangi perut rampingnya. Dhani membelalakan matanya mendengar ucapan tersebut, kemudian ia menyenggol pelan tubuh model cantik itu dengan sikunya seraya berucap.
"Aku nggak sebodoh itu, Lilac!" Dhani protes dan kesal karena keempat temannya itu menertawakan dirinya yang tidak mengerti situasi yang terjadi saat ini. Dan menurut Dhani, hal itu tidak ada hubungannya dengan pintar atau bodoh… Ia hanya sedikit telat dalam menyadari sesuatu hal yang terjadi di sekitarnya.
"Oke oke… Sorry. Lagian sih… Diantara kita, cuma kamu yang nggak mengerti situasi ini." Lilac merangkul Dhani, mengatakan maafnya karena telah menyebut Dhani bodoh. Dhani membuang nafasnya dengan keras lalu menjawab ucapan model cantik itu.
"Kalau begitu jelasin dong… Aku kan butuh penjelasan!" Dhani berucap setengah merengek, mereka akhirnya menjelaskan pada Dhani mengapa mereka memilih untuk kembali kekelas sementara para guru sedang rapat. Mereka pun masuk ke dalam kelas yang sangat ribut itu dan duduk di kursi yang tidak di tempati karena memang para siswa lainnya tidak duduk di bangku mereka masing-masing. Mereka lebih memilih untuk berkumpul dengan teman mereka di satu bangku sehingga memperlihatkan dengan jelas kelompok-kelompok yang ada di dalam kelas itu.
"Oh… Jadi kalian sengaja! Biar Leo sama Nada bisa baikan gitu?" Tanya Dhani setelah ia mendengar semua cerita yang di jelaskan oleh Icha dan Lilac. Predict lebih memilih untuk diam karena ia tahu Dhani akan mengerti bagaimana kesimpulannya meskipun hanya Icha dan Lilac yang menjelaskan, sementara Fatur yang memang basicnya pendiam… Memang dia tidak banyak bicara sehingga dia menyerahkan itu semua kepada dua teman peremuannya itu.