webnovel

Side Story: Shattered World

Oleh: Zoastria Kalpataru

Bertelinga, tapi tak satupun suara menghampiri. Bermulut, namun ia terkunci rapat, mengekang jutaan kata. Bermata, walau yang terlihat hanyalah padang luas beralaskan pasir putih. Berkaki, dan dirinya berjalan mendatangi panggilannya. Sampai akhirnya, ditemuinya sebayang sosok, yang berdiri tepat di depannya, menunjukkan sebuah buku besar berisikan kisah hidup kami.

Bertangan, kini keduanya berbicara tentang kesaksiannya. Diikuti oleh saudara-saudarinya, yang tinggal di tubuh yang sama. Sementara diriku, hanya bisa pasrah melihat mereka mengadu akan dosa-dosaku.

Aku takut, sedih, jantungku tak henti-hentinya berlomba. Namun dibalik semua itu, sosok di depanku mengakhiri pertemuan kita dengan senyuman menawan, penuh kasih, yang tak kan pernah mampu dibuat manusia. Kemudian datang teman-temannya, dan mereka membawaku berjalan menuju cahaya.

Tapi seseorang seketika menghampiri, menghentikan langkahku. Ia mengambil diriku, dari mereka yang membawaku. Sentuhannya membuat diriku tersadar, tenang dan berpikiran jernih. Lalu di sana, aku melihat terliliunan orang bediri di sekelilingku. Mereka semua terbagi dalam kelompok-kelompok yang aku tak mengerti didasarkan atas apa. Namun yang tersadar di antara mereka hanya sejumput, dan aku termasuk ke dalam golongan mereka.

Beliau yang menculikku, mengumpulkan kami di satu tempat dan mulai berbicara pada kami. Dari tubuh tinggi raksasanya aku ingat beliau berkata,

"Selamat datang di tempat berkumpul, saudara saudariku. Dan hari ini tentu saja, ialah hari perhitungan."

Mendengar penjalasannya, terdapat 7777 orang yang hadir di golongan kami. Namun hanya 158 yang berhasil masuk ke Surga, sementara sisanya, Gejolak api kian hausnya menunggu mereka. Mendapati hal itu, semua yang berdiri di sana hanya bisa gemetar ketakutan, memikirkan petaka apa yang akan menimpa kami begitu jatuh, terjun ke bawah sana.

Tapi kemudian, beliau lanjut berkata,

"Tak perlu khawatir, saudaraku! Kalian adalah 7777 barang yang terpilih dari ratusan juta yang tersisih."

Benar, beliau telah memintakan untuk kami, kesempatan ke dua. Tapi tempat kesempatan ke dua kami, tidaklah di Dunia yang sama. Pada masa paska kematian ini, Beliau tengah menciptakan Dunia baru, dan tugas kami para pendosa, ialah membangun dunia itu untuknya.

Dari sana, Beliau kemudian mengelompokkan kami menjadi 12 golongan. Dan di antara ke-12 itu, terdapat 2 golongan yang berjumlah amatlah sedikit. Hanya dari melihatnya kami semua langsung tahu bahwa kedua golongan itu adalah para penghuni Surga. Tapi juga ada 1 golongan yang jumlahnya paling banyak di antara golongan lainnya. Sementaranya berangka sama.

Akan tetapi untuk golonganku… hanya aku seorang.

Hahaha… bahkan di Dunia yang kekal ini, aku tetaplah sendiri. Setidaknya aku tak perlu merasakan rasanya kehilangan lagi. Karena dari awal, aku sudah tak punya apa-apa.

Namun di antara semua itu, sosok besar tadi menghampiriku. "Maaf…" ucapnya lembut.

"Seharusnya jiwa cantik sepertimu berada di atas sana, menikmati keabadian bersama mereka yang kamu kasihi, sebagai seorang... penghuni Surga."

Entah mengapa mendengarnya langsung, diriku tak mampu marah. Mungkin mereka telah menghapus emosi ini dariku, atau mungkin aku tidak berhasil menemukan alasan untuk kesal kepadanya. Dan kini dengan senang hati, aku akan datang ke dunianya.

Ke-11 golongan lain akan menunggu selama beberapa hari (waktu Akhirat) sebelum mereka turun ke Dunia yang baru. Sementara diriku, aku turun pada saat itu juga, menjelajahi Dunia ini, layaknya milikku seorang.

***

Setelah ribuan tahun lamanya aku hidup di Dunia baru, akhirnya orang-orang itu turun ke Dunia ini untuk menebus dosa-dosa yang telah mereka perbuat.

37 tahun lamanya mereka hidup, beribadah, berinovasi, membangun dunia Sang Pencipta. Akhirnya mereka melahirkan generasi setelah mereka, penduduk asli dunia ini. Sayangnya para pendahulu ini terlalu sibuk menebus dosa, generasi kedua tidaklah terdidik untuk bersahabat dengan alam ini.

Kemudian, 18 tahun pun berlalu semenjak reinkarnasi pertama Pohon Kehidupan. Generasi pertama sudah banyak yang beranjak untuk mengambil piala mereka. Kini generasi kedualah yang memegang kekuasaan atas dunia ini. Dan semenjak masa-masa itu tiba, yang aku lihat, hanyalah tetesan darah yang perlahan menumpuk, menjadi danau-danau kecil di atas muka Bumi ini.

***

"Whoa... aku tak menyangka kisah Ibunda akan se... semenyedihkan itu." Komentar Naema di saat tengah menyantap makan pagi bersama Amartya, sebelum mereka pergi menemui Zoastria di dalam Pohon Kehidupan.

"Aku tak yakin menyedihkan adalah kata yang akan aku gunakan untuk menggambarkannya." Balas si pemuda di antara suap nasinya.

"Yang jelas, semuanya pasti terasa... sepi."

"Oh... iya. Untuk datang ke Dunia ini seorang diri, aku tak yakin aku mampu menjalaninya." Ucap Naema.

"Kudengar juga, bangsa Guardian (penduduk asli Dunia ini) baru mulai diciptakan 1000 tahun setelah kedatangan Ibunda. Hal yang sama bisa dikatakan untuk berbagai spesies fauna dan para makhluk agung."

"Hmm, beruntung Ibunda bertemu dengan Pohon Kehidupan. Aku tak yakin ada seorangpun yang bisa bertahan 1000 tahun hanya menyindiri. Apalagi dengan belum ada permainan dan rekreasi."

"Ah, ngomong-ngomong soal itu. Ayah sempat bilang kalau Kalpataru menciptakan jelmaan dirinya dalam wujud manusia untuk menghibur Ibunda yang kesepian."

"Wah! Tuan Amartya serius? Menurut Tuan apakah beliau mau memperlihatkannya pada kita?"

"Apa salahnya? Lagi pula kita tak tahu bentuk dirinya. Mungkin saja kita sudah berpaspasan di jalan kita kemari."

"Hoo... iya, ya. Tuan benar juga."

"Dah ayo. Kita lanjut jalan!"

ตอนถัดไป