webnovel

D E L A P A N

Ruby mengelus kepala Lisa sayang, iya selepas insiden yang menyakitkan menurutnya, Wanita berpipi mandu itu membawa Lisa untuk dibawa kerumah sakit, perihal kepribadian ganda itu dia harus benar benar memeriksakannya sendiri.

"Keluarga pasien?"

"Saya kakaknya dok"

"Luka jahitan pasca operasinya mengalami peradangan, tapi kita sudah tangani dengan baik, namun jika terasa nyeri dimohon untuk jangan dibawa untuk aktifitas yang berat dulu, mohon diberi tau jika sudah siuman"

"Baik dok terima kasih"

"Minum dulu By"

"Sejak kapan?"

"Apanya?"

"Kejiwaannya terganggu?"

"Dari kecil..."

"Lo tau dari mana?"

"Om Ali punya kenalan dokter alhi kejiwaan, dia periksain Losa waktu itu dan ya hasilnya lisa mengalami self identity disorder"

"Penyebabnya?"

"Ayahnya sendiri"

"Maksud lo?"

"Lisa... Lisa anak diluar nikah By, yang gak pernah diakui sama ayah kandungnya sendiri, dia dianggap sebagai pembawa sial, sewaktu bunda ngelahirin dia bunda koma 6 bulan, dan ayah benci dengan Lisa gara2 anggap Lisa penyebab itu semua"

Ruby menutup mulutnya tidak percaya, ada orang yang tega melakukan itu semua apalagi pada anaknya sendiri, seharusnya mereka bisa berfikir dewasa untuk masalah ini, kenapa harus Lisa?.

"Itu yang bikin bunda sayang banget sama Lisa, bunda gak mau siapapun nyakitin Lisa, cukup ayahnya aja"

"Bunda tau Lisa berkepribadian ganda?"

"Gak tau... Oca gak bolehin bunda tau, demi kesehatan bunda"

Ruby menghembuskan nafasnya kasar, demi apapun dia benar benar kasihan melihat kondisi Lisa yang seperti sekarang, dia mengutuk laki laki itu, kenapa dengan gampangnya menghancurkan perasaan seseorang dan menjadi pembunuh mental anaknya sendiri.

"Jangan kasih tau siapa siapa ya By, gue mohon"

"Oke Jis..."

"Dan perihal bekas luka operasi, lo jangan kasih tau juga ya"

"Loh kenapa?"

"Lisa juga nyembunyiin itu dari semua orang, cuma gue yang tau"

"Oke Jis gue janji"

๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ

Sementara jauh berkilo meter dari sana, Sheno diam terpaku di depan kamar kembaranya, Shani selalu seperti itu jika telah menyakiti Lisa, memeluk bantal guling warna kuning yang Sheno tau bantal kesayangan Lisa yang Shani curi sewaktu kecil di rumah Ocanya.

"Lo apain kakak?"

"Maaf Shen..."

"Gue duduk ya"

Shani menggangguk, air mata yang tak kunjung berhenti itu menandakan hati dan fikirannya sudah tak saling sejalan, egonya menguasai diri dan emosinya, dia menyakiti Lisa, bahkan selalu melakukan itu.

"Gue emosi...

"Lo tau pengorbanan apa yang kakak kasih buat kita?"

"Shen...

"Buat lo?"

"Gue...

"Kita prematur Shani.. hati lo bermasalah, semenjak umur 6 tahun aja lo udah dapetin hal yang paling berharga dari dia, dan sekarang apa yang lo lakuin ke dia?"

"Shen...

"Sedikit aja Shan... Sayangin kakak, gue gak tau jika kakak beneran nyerah dengan hidupnya kayak yang pernah dia lakuin waktu itu, gue gak mau dia mati konyol, keluarga kita bukan tempat yang baik untuk dia, jadi tolong gue mohon sama lo, hapus rasa iri dan benci lo sama kakak, dia baik shan.. demi Allah dia baik"

Sheno anak lelaki Jennie dan Nobani yang terpaksa bersifat dingin untuk menutupi kerapuhan hatinya yang melihat keluarganya hancur tidak terkira, bahkan seorang ayah bukan lagi super hironya, tak ada yang bisa dia banggakan dari seorang ayahnya. Nobani mendadak berubah jika Lisa ada disekitar mereka, ayahnya tak pernah menginginkan kakaknya ada dan hidup diantara mereka.

"Demi Allah Shan.... Jika ngebunuh ayah adalah hal yang terbaik untuk menebus semua hari buruk yang udah kakak lewati selama ini, gue akan lakuin itu"

"Shenooo.... Gak Shen jangan...."

"Hati ini... Bahkan gak pantes tumbuh di dalam badan kita Shan.. seharusnya kakak hidup dengan hati yang utuh, tapi dia ngorbanin dirinya, hati dan darahnya buat kita"

"Shen lo nangis?"

Untuk pertama kalinya lelaki itu menampakan air matanya, dibalik sikap dinginnya, dia sipenyimpan air mata yang handal, tidak ada satupun orang yang dapat melihat air matanya, namun sekarang sheno bukan orang yang tegar lagi, dia lelah untuk hanya sekedar pura pura kuat.

"Sheno sayang kakak....

Hikss

Hikss

Hikss

Mereka memeluk satu sama lain, tenggelam dalam rasa kalut kesedihan, apa yang bisa mereka lakukan untuk membalikan keadaan, bahkan sebuah perhatian begitu mahal untuk sedetik di dapatkan, ayahnya terlalu jauh untuk meninggalkan.

๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ๐ŸŒผ

Baby J cafe

18.00 PM

Sore yang begitu ramai, memang jam empat sampai jam 10 malam adalah puncak dari pengujung cafe bernuansa bali itu, makanan yang enak dan hamparan pemandangan yang luas mengarah ke sebuah danau buatan cafe menambah daya tarik dari tempat itu.

Nobani terdiam di tempatnya, meja yang penuh dengan berkas dari beberapa cafe cabang dan perusahaan mebel yang baru baru ini di rintisnya ikut meramaikan lamunannya kali ini.

Dia teringat kata gadis kecil itu beberapa tahun yang lalu, tentang arti sebuah kelahiran, Wendy yang notabene autis sedikit menyentil hatinya, dia bahkan diterima begitu hangat dalam keluarga kaya raya itu, kenapa dengan kisahnya tidak bisa seperti itu juga?.

"Om... Adek aku cantik ya, aku sayang banget sama Wendy"

"Tiara sayang adek Wendy?"

"Sangat om, kata mama adek Wendy itu anugerah dari Allah, dan harus dijaga karena dia punya kekurangan"

"Tapi kan susah jagain adek Wendy"

"Iya sih om tapi kata mama pahala kalau aku ngasuh Wendy dengan tulus, tuhan tidak menciptakan umatnya untuk menjadi beban untuk umatnya yang lain, kelahiran itu nikmat om, bukan petaka, jadi Wendy itu hadiah dari tuhan untuk aku, mama dan papa."

Kalimat itu selalu berputar ulang di otaknya, anak sekecil Tiara saja mampu dengan lapang dada menerima wendy, namun kenapa dia berat sekali, semakin dia ingin mencoba hatinya semakin menjauhkannya dari Lisa, dan dari bayipun Lisa seakan tidak pernah hidup dimatanya.

Dia menatap figura foto yang terpajang di meja kerjanya, hanya ada dia, Jennie dan kedua anak kembarnya. Liburan ke London kala itu, yang harus benar benar menjauhkan Jennie dari Lisanya, karena dia hanya ingin dengan keluarga yang diinginkannya bukan dengan bayi yang bahkan sudah bisa berlari kala itu.

Nobani menghembuskan nafasnya kasar, sampai kapan akan begini, dia tau perlahan lisa sudah sangat takut kepadanya, bukan hanya verbal, fisik Lisa pun pernah jadi bulan bulanannya kala itu. Anak berumur 9 tahun itu sudah menikmati pecutan ikat pinggang dan tangkai sapu, cocolan sambel pedas dan sulutan puntung rokok, bahkan membenamkannya di dalam bathup juga sudah dilakukannya, sadis? Memang kala itu dia benar benar bukan dirinya.

Mabuk mabukan kembali dilakoninnya sampai akhirnya, ginjal yang di dapatkannya secara susah payah itu kembali rusak parah, namun ajaibnya ada seorang yang mendonorkan ginjalnya secara cuma cuma.

"Ayah bahkan gak punya satupun foto kamu Lis"

"Atau entah kapan ayah siap untuk benar benar kamu panggil ayah...."

Next chapter