webnovel

Madiun Nostalgia Masa Lalu

"Bang kami pamit dulu ya," Bara dengan sopan menjabat tangan Andre yang kebetulan juga hendak pergi dinas itu.

"Hati-hati dijalan ya, Abang titip Nisa." Andre tersenyum, ia makin simpatik dengan sosok Abimana ini, ia cukup sopan.

"Pasti, Bang." Bara buru-buru melangkah dan masuk ke dalam mobilnya, Septi melambaikan tangan sebelum akhirnya mobil itu pergi dari depan halaman rumahnya.

"Di Madiun nanti tujuan kita kemana selain kerumah mu?" tanya Septi bersemangat.

"Aku ajak ke kedai kopiku, sekalian aku kenalin nih sama anak buahku di sana." jawab Bara sambil melirik Septi sekilas.

"Kedai kopi yang dulu Nindi cerita itu kah?" tanya Septi penasaran, Nindi memang pernah bercerita soal bisnis Bara yang satu ini.

"Iya, dia suka banget kalau diajak ke sana, aku harap kamu juga suka."

Septi hanya tersenyum dan mengangguk. Ia melirik sosok yang begitu serius di balik kemudinya itu. Benar-benar sosok idaman, dan Septi beruntung bisa mendapatkan hati laki-laki itu.

***

Kirana tersenyum kecut ketika mobil yang ia tumpangi berhenti di depan bangunan SMA itu. Disana lah dulu ia bersekolah. Mengenyam pendidikan sekolah menengah atasnya selama tiga tahun. Di sana pula ia kemudian mengenal sosok itu, sosok riang dan jahil yang kemudian jadi kekasihnya.

Namanya Bara Abimana Soeprapto, Kirana langsung jatuh hati ketika pertama kali menatap wajah itu, sorot matanya benar-benar membiusnya seketika. Satu tahun Kirana memendam rasa itu, mereka berbeda kelas. Kirana di kelas IPA, dan Bara ada di kelas IPS.

Hingga kemudian sebuah kejadian tidak terduga terjadi, awal mula kemudian benih benih-benih cinta itu mulai tumbuh dan mekar begitu indahnya.

Flashback ...

"Awas!!" Kirana mendengar teriakan itu, namun terlambat. Bola basket itu sudah menghantam kepalanya keras-keras. Dan seketika semuanya gelap.

Ketika sadar ia sudah berada di ruang UKS, dan ia terkejut luar biasa ketika sosok itu duduk di sisi ranjangnya.

"Ka ... kamu ...," Kirana benar-benar tidak percaya, yang duduk di sampingnya itu adalah Bara?

"Maaf, aku yang salah tadi, sampai kamu pingsan seperti ini." gumannya lirih. "Kepalamu masih sakit? Ayo aku antar pulang, sekolah sudah hampir sepi" gumannya lalu mengulurkan tangannya untuk membantu Kirana bangkit.

Dengan perasaan berkecamuk, Kirana menerima uluran tangan itu, ia dengan perlahan-lahan turun dari ranjangnya. Bara masih menggenggam tangan Kirana, dan Kirana pun juga tidak melepaskan genggaman itu. Mata mereka bertemu sesaat, hingga kemudian mereka saling terkejut lalu melepaskan genggaman tangan mereka.

"Rumah mu dimana?" tanya Bara sambil melangkah di sisi Kirana.

"Puri Kencana." Kirana benar-benar gugup, akhirnya ia bisa sedekat ini, berbicara dengan sosok ini.

"Pacar kamu nggak marah kan kalau nanti tahu kamu aku antar pulang?" tanya Bara yang langsung membuat Kirana terkejut.

Kirana tersenyum, lalu menoleh dan menatap Bara. "Nggak akan ada yang marah kok."

"Serius? Masa iya sih secantik kamu belum ada pacar, kayaknya nggak mungkin deh!" Bara tersenyum kecut, membuat Kirana makin salah tingkah.

"Serius, aku nggak punya pacar." wajahnya memerah, astaga mimpi apa dia semalam.

"Itu mobilku, ayo!" tunjuk Bara pada mobil warna merah itu.

Kirana hanya mengangguk, hebat! Ia baru tahu kalau cowok ini berani bawa mobil ke sekolah. Ia buru-buru masuk ke dalam, dan ia bisa lihat dengan jelas bahwa sosok ini benar-benar luar biasa. Wajahnya benar-benar membuat mata siapapun betah memandangnya.

"Kenapa?" tanya Bara ketika sadar Kirana sedang mengawasi dirinya.

"Oh tidak apa-apa kok." ia benar-benar gugup. Dan mobil itu mulai bergerak meninggalkan halaman sekolah mereka.

Sore itu adalah awal kedekatan mereka, setelah itu Bara dan Kirana makin dekat. Hingga akhirnya sepulang sekolah, seperti biasa Bara membawa Kirana mampir ke sebuah resto untuk makan terlebih dahulu.

"Kiran ...," panggilnya lirih sambil menatap Kirana yang sudah asyik menyuapkan steak ayamnya.

"Kenapa?" ia mendongak menatap Bara yang masih belum menyentuh makanannya.

"Aku suka sama kamu."

Sontak Kirana terkejut, Bara suka padanya? Bara nembak dirinya?

"Kamu serius?" tanya Kirana tidak percaya.

"Serius! Kamu mau jadi pacarku?"

Kirana hanya tersenyum, ia mengangguk cepat, bukankah ia sudah lama jatuh cinta dengan sosok ini? Dan sekarang cowok itu menyatakan cinta kepadanya?

***

Kirana tersenyum mengingat masa-masa itu, ia kemudian menghela nafas panjang.

"Lanjut yuk, Pak!" perintah Kirana pada supir pribadinya.

Mobil mewah itu kembali melaju, membuat ingatan Kirana kembali berputar mengingat masa-masa dulu. Yang paling tidak terlupakan dalam hidup Kirana adalah ketika ia kemudian menyerahkan milik berharganya pada Bara sore itu. Sepulang sekolah dirumah Bara yang selalu sepi itu.

Awalnya mereka hanya saling memangut bibir satu sama lain, memainkan lidah mereka, bertukar Saliva hingga kemudian lidah Bara mulai turun menjelajahi leher dan belakanf telinganya.

Tangannya mulai bergerak kemana-mana, menyelinap ke balik seragam OSIS nya itu, memainkan gundukan kemajuan Kirana yang tertutup bra.

Dari situlah semua berawal, mereka makin hilang kendali, Kirana hanya diam menukangi sentuhan itu hingga ketika Bara mulai melucuti seragamnya itu. Kirana sempat menolak, tapi Bara terus menyakinkan dirinya, dan ia pun luluh, pasrah dengan segala yang Bara lakukan kepadanya.

Hingga akhirnya Kirana memekik luar biasa keras ketika milik Bara merobek pangkal selangkangannya, begitu pedih dan sakit rasanya. Kirana masih ingat betul bagaimana rasanya.

Itulah pertama kalinya Kirana merasakan bagaimana hubungan seks itu. Kali pertama ia menginjakkan dunia yang seharusnya belum boleh mereka cicipi. Iya belum boleh! Karena dulu mereka masih duduk di bangku kelas dua belas!

Dan aktivitas itu terus mereka lakukan, bahkan sebelum Kirana resmi dilamar Yusrizal mereka masih saling menikmati tubuh satu sama lain, mereka masih bergumul luar biasa panas di apartemen Bara yang berada di Jogja itu.

Kirana menggelengkan kepalanya, ia begitu merindukan sosok itu, sentuhan Bara dan semua tentang Bara!

Ia memang telah belajar menerima Yusrizal sebagai suaminya, namun cinta itu jujur masih Kirana simpan untuk Bara. Seandainya boleh meminta, ia ingin bisa kembali merengkuh tubuh itu, memiliki hati itu.

Namun apa yang bisa ia lakukan? Memangnya dia bisa apa? Bisa melawan mertuanya yang berkuasa di seluruh penjuru negeri itu? Apalagi melawan ayahnya, Kirana paling tidak bisa! Kalau bisa tentu ia tidak harus menikahi Yusrizal bukan?

Kirana menatap nanar jalanan yang merekam dengan jelas kenangan masa lalunya itu. Ia rindu masa-masa itu, ia rindu kehidupannya dahulu dan tentu saja ia merindukan sosok itu. Bara ... Bara Abimana Soeprapto.

***

"Ini dia kedai kopinya sayang," Bara tersenyum, lalu membuka pintu dan turun dari mobilnya dikuti oleh Septi.

"Keren," guman Septi ketika akhirnya ia sampai juga di kedai milik tunangannya itu.

"Ini akan menjadi milik mu juga, Sayang. Yuk masuk?"

Septi mengangguk, Bara merangkul mesra gadis itu, lalu membawanya masuk ke dalam kedai kopinya.

Next chapter