webnovel

Navy Mahesa & Kirana Mei Sarah (Sebelum lahirnya Navy Abbiyya)

Hari ini Mahesa tengah bersantai dipinggir pantai. Menatap para wisatawan yang menikmati waktu liburan bersama dengan keluarga dan pacar. Mahesa hanya bisa tersenyum melihat tingkah anak-anak yang begitu menggemaskan tengah bermain-main dengan ombak pantai.

Ha~,Mahesa menghela nafas, dia penasaran. Bagaimana rasanya mempunyai keluarga sendiri, mempunyai anak atau istri? Ck, Mahesa berdecak saat teringat akan pertanyaannya barusan. Bahkan Mahesa belum pernah pacaran.

Di usianya yang sudah 30 tahun ini selalu di tanya oleh sang ibunda tercinta. Kapan nikah? Kapan bawa calon mantu? Pertanyaan keramat yang tak bisa dia jawab.

Navy Mahesa, Pangkat dia sebagai Kapten tim elit, Umur?  Bukankah sudah dijelaskan jika dia sudah 30 tahun. Sebenarnya Mahesa tertarik dengan perempuan yang ada di Sekitarnya. Hanya saja, dia tidak ada waktu untuk berkenalan apalagi mengajak mereka berkencan. Tuntutan tugas yang selalu membuat nya sibuk dan tidak ada waktu mencari pacar. Sudahlah, dari pada pusing lebih baik dia duduk di bawah pohon rindang itu.

Dia langkahkan kaki nya yang berbalut celana loreng tentara menuju pohon rindang tersebut. Mahesa baru sadar jika dibawah pohon itu ada sosok remaja yang mungkin berumur 17 tahun tengah duduk membelakanginya. Di kedua telinga remaja itu terdapat erphone, rambut panjangnya berkibar mengikuti arus angin, gadis itu tidak sadar jika rambut panjangnya sedikit mengenai Mahesa.

Tak ada niat untuk menyapa gadis remaja itu. Entah mengapa melihat wajah damainya saja membuat perutnya bergelitik seakan ada beribu-ribu kupu-kupu berterbangan. Hatinya bahkan mulai merasa ada getaran aneh.

Tanpa sadar dia menyentuh surai rambut gadis remaja itu. Menghirup aroma citrus yang keluar dari surai rambut tersebut.

Srak!

Gadis dihadapan nya tiba-tiba saja berdiri, tangan mungilnya berusaha menyingkirkan pasir yang menempel di rok tutu panjang birunya. Tubuh gadis itu benar-benar sempurna, ramping dan cantik. Bahkan Mahesa tak berkedip sama sekali.

Gadis itu perlahan mulai menjauh, dia nampak kesusahan membawa tumpukkan buku tebal. Tak sesuai dengan tubuhnya yang mungil. Mahesa berlari menghampiri nya, tubuh mereka saling berdempetan karena Mahesa menahan pinggang rampingnya. Gadis itu membelalak kaget akan perlakuannya, maklum saja siapa yang tidak kaget jika kalian di sentuh oleh orang yang tidak di kenal?.

Mahesa langsung melepaskan pelukkannya dan mulai memungut buku yang berhamburan. Ya, Dia memiliki alasan memeluk gadis itu, gadis itu hampir saja jatuh jika dia tidak menahannya.

" Terima kasih, maaf merepotkan anda. Padahal anda bisa membiarkan saya jatuh " Suaranya bahkan benar-benar lembut. " Aku tidak tahu harus melakukan apa untuk anda "

Mahesa menggelengkan kepalanya, " Melihat mu saja membuat ku senang " ucap Mahesa tanpa sadar.

Gadis itu tertawa mendengar ucapan Mahesa. Nampaknya gadis itu meanggap jika ucapan Mahesa sebagai hiburan nya. Mahesa nampak kecewa, " Siapa namamu?" tanya Mahesa penasaran.

" Kirana Mei Sarah" jawab Kirana sambil meulurkan tangannya kepada Mahesa. Mahesa dengan senang hati menerima uluran tangannya, bahkan tangannya benar-benar mulus, sepertinya Kirana melakukan perawatan terhadap tubuhnya.

" Navy Mahesa " kata Mahesa memperkenalkan diri.

"Kapten!! "

Muhammad Ilham, letnan satu disingkat lettu sekaligus wakil Mahesa kini tengah melambaikan tangannya. Dia tahu jika Ilham pasti menemui nya karena ada tugas dari atasan mereka. Mahesa dengan berat hati meninggalkan gadis yang membuat nya jatuh cinta pada pandangan pertama.

Ya~jatuh cinta...

" Tunggu! "

Langkah nya terhenti, Mahesa bisa melihat jika Kirana berlari kearahnya. Wajahnya bersemu merah karena malu dan itu tak luput dari penglihatannya.  " Apa kita bisa bertemu lagi? " tanya Kirana.

" Entahlah " Mahesa bisa melihat raut wajah kecewa Kirana. Bukan tanpa alasan dia mengatakan seperti itu. Mahesa seorang tentara, dia tidak tahu kapan dia bisa ada waktu luang untuk sekedar bertemu.

Mahesa mengelus surai hitam nya, berharap jika perlakuan nya dapat membuat Kirana merasa baikkan.

" Tapi jika kita sudah jodoh, pasti kita akan bertemu " Kata Mahesa lalu pergi meninggalkan Kirana yang nampaknya tengah memikirkan perkataan Mahesa.

***

Mahesa dan Ilham baru saja sampai ke tempat tujuan mereka. Padahal Mahesa masih ingin menikmati pantai sekaligus berduaan dengan gadis remaja yang baru saja dikeenal.

Ilham nampak merentangkan kedua tangannya, mengerak-gerakkannya agar otot-ototnya yang kaku menjadi rileks, " Ku harap tugas kita di ringankan " kata Ilham yang kini berada di samping Mahesa.

Mahesa tersenyum sinis kearah Ilham sedangkan Ilham nyengir kuda, memamerkan deretan gigi rapinya.

Di ruang rapat, para tentara memandang Mahesa dan juga Ilham dengan tatapan errr.... agak-agak aneh.

"Kapten! " teriak kopka Doni senang saat melihat kehadiran Mahesa.

" Aura gadis remaja " cibir Serda Jefri sambil memajukan bibirnya itu. Lettu Noen hanya tersenyum saat Mahesa menatapnya, meminta penjelasan mengenai gadis remaja yang diucapkan Sersa Jefri.

" Kenapa gadis remaja itu gak di ajak, Mahesa?" Tanya Serma Tina sambil mengibas-ngibas rambut pendek sebahunya, tangan kanannya sibuk memegang kipas mini hello kitty.

" Ck, apa-apaan sih kalian? Lagian dari mana kalian tau masalah gadis remaja itu? "

Semua mata tertuju kepada Lettu Ilham. Mahesa langsung menatap sinis kearah Ilham, " Aku bisa jelaskan, ko " Kata Ilham sambil melangkah perlahan menjauh dari Mahesa.

" Kapten!  Halalin dulu lah. Main peluk-peluk anak orang " goda Serda Dani heboh.

" Aku membayangkan saat malam pertamanya sama kapten. Aku yakin pasti tuh gadis langsung kabur "

" Kalian "

Mahesa mulai marah. Lagian kenapa juga Ilham memfoto Mahesa saat Mahesa memeluk pinggang gadis remaja cantik yang memiliki nama Kirana.

" Kalian ini, bukan nya ngebahas tugas besok malah ngebahas percintaan kapten Mahesa "

Sontak saja mereka kaget saat para Jenderal berada dipintu masuk, mereka langsung memberi hormat kepada para Jenderal yang baru saja datang.

" Ternyata kalian rajin juga, ya? " canda jendral Joko

" Kami kan selalu Rajin! " ucap Lettu Rahman yang mulutnya itu minta ditampol wajan.

Jenderal  Joko bukannya marah, dia malah tertawa bahagia mendengar jawaban dari Lettu Rahman. Ya, Jenderal-Jenderal yang memimpin mereka ini tak pernah membeda-bedakan pangkat. Mereka sudah meanggap mereka semua sebagai keluarga. Tapi mereka semua tahu posisi, sebab itulah mereka tetap menghormati Jenderal-Jenderal mereka.

Jenderal Joko menepuk-nepuk bahu kokoh Mahesa, " Selamat kapten Mahesa, bentar lagi mau dapat istri muda " canda nya lagi.

Entah mengapa Mahesa mendoakan setiap perkataan jendral Joko . Semoga saja dia benar-benar menjadi suami gadis remaja tersebut.

***

[ tiga tahun kemudian ]

" Kapten! " panggil Ilham.

Mahesa tersentak dari lamunannya, Mahesa menatap Ilham yang kini berdiri di hadapannya dengan kedua tangannya di pinggang dengan ekpresi wajah kesal. Sepertinya Mahesa benar-benar tak mendengar panggilan Ilham.

" Makan malam sudah siap, Serda Dani dan Serda Jefri ngomel tak jelas. Katanya cacing-cacing diperut sudah pada demo "

Mahesa tertawa mendengar perkataan Ilham, Niat hati Ilham ingin bercanda dengan Mahesa rupanya berhasil, Apalagi saat Ilham bercanda dengan ekpresi wajah datar. Sedatar tembok rumah.

" Mahesa, kamu kenapa sih? " tanya Ilham.

Kalau sudah panggil nama Mahesa sudah pasti Ilham mulai bicara serius. Mahesa hanya bisa menyandarkan tubuhnya di bawah pohon rindang sambil menatap bintang-bintang yang menghiasi langit malam.

Ilham mendudukan dirinya di samping Mahesa, ikut menatap bintang-bintang bersamanya.

" Aku memikirkan seseorang " jawab Mahesa jujur.

Ilham mengernyit heran, " siapa yang kau pikirkan? " tanya Ilham. 

Bahkan Ilham mendekatkan wajahnya agar bisa mendengar semua penjelasan Mahesa dengan baik. Maklum, suara tawa dari arah tenda begitu keras hingga terdengar jelas sampai ketempat kami berada.

Mahesa menatap Ilham, " Gadis remaja yang ku temui tiga tahun yang lalu " Kata Mahesa.

Ilham tiba-tiba tersedak, dia langsung memukul dadanya seakan shock dengan perkataan Mahesa. Mahesa jadi panik, dia langsung saja memukul punggung kokoh Ilham.

" Kamu pedo!! " teriak Ilham tepat dihadapan Mahesa.

Entah dimana rasa hormatnya pada atasannya itu, tapi Mahesa menyukai sifat Ilham. Dia akan hormat pada Mahesa jika berada dalam tugas.

Ilham sudah Mahesa anggap sebagai adik nya sendiri. Bahkan Mahesa sering curhat kepada Ilham tentang permasalahan yang Mahesa hadapi dan Ilham  dengan senang hati mendengarkan dan memberi solusi.

" Kau ini, aku bukan pedo " sanggah Mahesa, ya walau ia akui jika umur Kirana pasti sudah 20 tahun sedang kan Mahesa 33 tahun.

Ilham nampaknya tak memperdulikan perkataan Mahesa. Terlihat jelas di mata Mahesa, Ilham malah tidur-tiduran di atas rerumputan halus yang menutupi tanah.

" Semoga saja kau tidak kena penyakit malarindu " Kata Ilham.

Mahesa menatap Ilham keheranan, " Ha? Malarindu? " kata Mahesa yang jelas tak mengetahui jenis penyakit tersebut.

" Oi...  Ayo makan! "

Mahesa dan Ilham teringat, jika mereka sudah di tunggu oleh Sersan Dani dan Jefri.

"Ayo kita makan. Takut di amuk anak-anak "

***

Sudah tiga tahun Mahesa tidak pulang kerumah. Hari ini Mahesa berniat ingin pulang kerumah sekaligus berpamitan kepada ibu dan ayah nya karena dia akan ada misi penyelamatan para sandraan yang akan dilaksanakan seminggu lagi, membantu tim khusus.

Keluarga Mahesa tidak tahu jika Mahesa terpilih menjadi anggota tim elit. Itu agar keluarga nya tidak diketahuan oleh musuh-musuhnya.

Taxsi yang dia tumpangi kini berhenti di depan rumah besar milik kedua orangtua Mahesa. Mahesa membayar dan mengucap kan terima kasih kepada sang sopir lalu keluar dari taxsi.

" Baru pulang? " tanya Mahesa saat melihat adik nya, Navy Reza yang masih mengenakan seragam putih abu-abu.

Reza yang posisinya membelakangi Maheaa pun menoleh kebelakang. Terlihat jelas jika Reza terkejut akan kehadiran Kakaknya.

" Kamu kenapa? " Kata Mahesa.

" Tidak, sepertinya ibu ada tamu " kata Reza.

Mahesa mengikuti arah pandangan Reza, kedua matanya membelalak kaget saat melihat sosok yang dia rindukan. Kira Mei Sarah kini tengah bercanda tawa dengan ibu nya, bahkan ibunya sesekali membuat Kirana tersipu malu.

 " Siapa dia? " tanya Mahesa sekedar memastikan jika penyakit malarindu nya tak mencapai stadium 4.

" Mantan tunangan kakak " jawab Reza enteng.

" Apa? " kaget Mahesa, jadi selama ini Kirana itu tunangan Mahesa yang di ceritakan oleh ibu satu bulan yang lalu. Ck, rasanya Mahesa menyesal menolak pertunangan yang di ajukkan ibu kepada Mahesa. Kalau tahu jika dia akan di tunangkan dengan Kirana sudah pasti Mahesa akan menerima pertunangan tersebut.

Reza menatap datar kearah Mahesa, " kakak kan menolak pertunangan kalian? " heran Reza. Nampaknya Reza tak menyangka jika Mahesa akan mengeluarkan ekpresi terkejut.

" Kak, kalau kakak menolak biar gadis itu untuk abang Rizki, ya? " Kata Reza.

Secepat mungkin Mahesa menolak permintaan Reza, " Dia calon kakak ipar mu! " Sudah diputuskan, Mahesa akan membujuk ibunda tercinta.

Mahesa masuk tergesa-gesa membuat Kirana dan Yola menoleh menatap Mahesa dengan ekpresi wajah terkejut. Navy Yolanda, Ibu Mahesa langsung memberikan senyuman terbaiknya untuk Mahesa, " Sudah pulang? Bagaimana pekerjaan mu? " tanya Yola sambil menarik lengan kekar Mahesa untuk duduk di samping Kirana yang masih terdiam.

" Mahesa, kalau kamu menolak Kirana, Ibu akan menjodohkan Kirana kepada Rizki, ya?"

" Tidak!  Aku tarik perkataan ku. " elaknya langsung. Ayolah Mahesa sudah kena penyakit malarindu gara-gara gadis di sampingnya ini.

Yola nampak mengernyit terheran-heran, "Kenapa? Bukannya kamu sudah menolaknya? "

" Ya, kan aku gak tahu, bu. Kalau di jodohkan sama gadis segar seperti dia udah dari awal aku setuju"

Platak! (Suara Jitakkan maut dari Yola)

Jitakkan manis dari Yola membuat Mahesa mengelus kening. Mahesa yakin keningnya akan memerah akibat ulah manis sang ibunda.

Mahesa melirik kesamping melihat reaksi Kirana yang begitu mempesona. Satu senyuman terlukis di wajah Mahesa saat melihat tawa Kirana yang melihat intraksi Mahesa dengan Yola.

Cantik.

" Woy, ingat umur " Kata Yola menghancurkan suasana hati Mahesa.

" Iya, bu " Jawab Mahesa.

" Kirana kapan kamu mulai kuliah? " tanya Yola saat selesai menceramahi Mahesa.  Mahesa jadi ikut penasaran.

Kirana menatap Mahesa, " Dua hari lagi " bukan Kirana yang menjawab. Tapi,adik laki-laki nya, Navy Reza.

Reza dengan santainya duduk di samping Yola, ibunya . Nampaknya adiknya dan Kirana saling kenal.

" Kalau begitu setelah Kirana Kuliah kalian langsung nikah aja ya? " Kata Yola.

Mahesa tersedak kaget karena minumannya membuat Kirana yang duduk di samping Mahesa langsung mengelus punggung Mahesa. " kamu kenapa sih? " heran Yola.

" Bu, apa tidak minta persetujuan kedua orang tua Kirana? " Tanya Mahesa.

" Masalah itu gampang, boss. Besok kita akan pergi kerumah Kirana untuk meminta restu kepada orang tua Kirana. Kamu siap kan, Mahesa? Ibu pengen nimang cucu soalnya"

" Aku sih tak masalah, tapi aku kasihan sama Kirana. Apa tidak apa-apa jika Kirana nikah muda? " Mahesa menatap khawatir Kirana, Takut terbebani. Namun Mahesa terkejut akan respon Kirana, " tidak apa-apa " jawab Kirana membuatnya senang entah kenapa.

***

Tak terasa, hari berganti dengan cepat. Hari ini Mahesa, Bu Yola, Pak Arul, Rizki dan Reza berangkat ke rumah calon mertua.

Sepanjang perjalanan Mahesa tak bisa menghilangkan rasa takutnya. Bahkan ini lebih menakutkan dari pada berperang melawan musuh.

Yola sadar akan gelegat anak keduanya itu, dia langsung saja menggenggam tangan Mahesa yang sudah berkeringat dingin.

" Tenang, Mahesa " Kata Yola.

" Bu, bagaimana kalau kedua orang tua Kirana menolak ku karena aku lebih tua? " Tanya Mahesa.

Yola terkekeh geli ," Tua tapi wajah masih umur 20an, Mahesa " jawab Yola yang berusaha menenangkan anak keduanya.

Arul, menatap Mahesa sekilas,"Dulu ayah juga takut saat melamar ibu mu " Kata Arul, sibuk mengemudi mobil.

" Kan beda,yah..." protes Mahesa.

" Apa yang beda? "

" Ayahkan sudah lama pacaran sama ibu, pasti sudah dapat restu. Lah aku baru ketemu sudah mau minta restu aja" Kata Mahesa.

Riski yang duduk paling belakang bersama dengan Reza menghela nafas berat, " Dek,  aku heran deh sama kamu. Saat tes masuk tentara kamu biasa saja, pas mau ketemu calon mertua kamu jadi takut. payah!" Ejek Riski.

Mahesa benci dengan senyuman jahatnya itu.

" Kamu itu jangan ngurus hidup ku. Urus tuh hidup kamu yang bentar lagi berusia 45 tuh. Sudah tua gak punya istri " omel Mahesa pada Rizki.

Rizki masih saja mempertahankan senyuman jahatnya, " Tenang,bentar lagi nyusul ko" jawab Rizki. Sombong sekali kakaknya ini.

" Ngomong-ngomong ya, bu. Kenapa secepat ini sih? " Kata Mahesa.

Mahesa Kaget aja saat ibu nya pengen nyatuin Mahesa dengan Kirana. Padahal belum juga saling kenal atau istilahnya PDKT.

Yola tersenyum misterius, " Ibu kan udah tua. Ya... Ibu pengen nimang cucu lah " kata Yola.

Oh, good...

Jawaban Yola membuatnya terdiam sesaat. Aku tak bisa membayangkan tidur sekamar dengan Kirana dan melakukan ritual yang.....

" Tapi bu, kasian Kirana nya. Masa dia mau nikah muda? "

" Ssttt... Kamu ini, Kirana nya aja mau kok" omel Yola.

Keras kepala sekali ibu kandungnya ini.

" PDKT nya sesudah nikah aja, kak " usul Reza.

Arul angguk-angguk kepala, nampaknya ayahnya setuju dengan usulan Reza.

" Ayah setuju! " jawab nya.

Mahesa menghela nafas berat lalu menghembuskannya secara perlahan, menghilangkan rasa pusing yang tiba-tiba menyerang kepalanya.

" Ya udah,  aku nyerah aja deh. Kalah aku berdebat " jawab Mahesa.

Reza dan Yola saling adu tos dengan senyuman kemenangan. Sedang Arul hanya tersenyum senang mendengar perkataan Mahesa barusan.

***

[Mansion Keluarga Rakhmat ]

Mahesa kaget, dia pikir pak Rakhmat  calon mertua nya itu merupakan rekan bisnis ayah. Tapi, tak disangka beliau malah bekerja sebagai polisi berpangkat Irjen pol dan paling mengejutkan dirinya, ternyata mansion yang mereka tempati ini hadiah dari keluarga Sayuti rekan bisnis Navy.

Rakhmat, siapa yang tidak mengenalnya?. Berbagai prestasi dalam kesatuan kepolisian sudah ia torehkan dengan baik. Anak dari pengusaha kaya Nur Afifah dan Arbani.

Alasan Rakhmat tidak ingin menjadi penerus perusahaan ayahnya karena dia tidak suka dengan dunia bisnis.

Mahesa memberi salam kepada kedua calon mertua nya. Rasa gugup dan takut masih ada saat ini. Nur Aini,calon ibu mertua yang bekerja sebagai pendisainer ternama kini memberikan senyuman terbaik nya kepada Mahesa.

" Sebentar ya, maklum lah anak perempuan " kata Aini ramah.

Mahesa paham maksud nyonya Aini,  Perempuan kalau dandan memang lama. Tak lama, Akhirnya Kirana turun dari lantai atas menuju ruang tengah. Manik hitamnya tak bisa berkedip sama sekali, melihat kecantikan calon istri nya saat ini.

Kirana menghampiri Mahesa lalu memberi salam, Mahesa membalas salam Kirana. Kini mereka duduk bersampingan, menatap keluarga mereka yang tengah asik mengobrol mengenai topik acara pernikahan mereka.

" Duh, lama gak ketemu ya " Kata Yola heboh sambil menggenggam kedua tangan Aini.

Aini meanggukan kepalanya, " Apa lagi sebentar lagi kita akan jadi satu keluarga " Kata Aini dengan nada ramahnya.

" Jadi kapan acara nikah nya? " Tanya Pak Arul yang baru saja menikmati kopi buatan Aini.

Aini dan Yola saling bertatapan, lalu mereka berempat menatap Mahesa dan juga Kirana.

" Mahesa, kamu mau kan nikahin anak kami setelah kirana masuk kuliah? " tanya Aini.

Mahesa menatap Aini dan Rakhmat secara bergantian lalu menatap Kirana yang terdiam kaku.nampak nya bukan hanya Mahesa saja yang terkejut disini. Dengan senyuman agak kaku, " Siap!  Tapi bagaimana persi—"

" Ah! jangan dipikirkan, mama udah siapin semua nya bersama kedua orangtua mu dan suami ku" jawab Aini.

" Beneran? "

" Bener! " jawab Yola dan Aini kompak.

" Jadi Mahesa nginap di rumah kami,ya " tawar Aini ramah.

Mahesa mengingat-ingat,apakah dia bisa menginap di rumah calon mertua nya atau tidak bisa.

" Bisa, tapi saya akan pergi ke barak dulu  " Jawab Mahesa.

" Iya, asalkan bisa nginap " jawab Aini pengertian.

" Pak Rakhmat, bolehkah saya mengajak putri anda untuk pergi jalan-jalan malam ini? " Tanya Mahesa dengan nada sesopan mungkin.

" Iya, boleh. Sekalian PDKT" Jawab Rakhmat mengizinkan.

Mahesa hanya bisa tersenyum senang mendengar perkataan Rakhmat. Ya, setidaknya dia bisa berduaan dengan Kirana malam ini. Memulai PDKT singkat mereka.

Saat mereka tengah asik mengobrol, Mahesa mendekatkan dirinya dengan Kirana.

" Grogi? " Tanya Mahesa sedikit berbisik.

Kirana meanggukan kepalanya membuat Mahesa merasa bersalah atas ketidak nyaman kali ini.

" Maaf! " bisik Mahesa lagi.

" Ka Mahesa tak usah minta maaf, kita jalani saja... "

Mahesa tak bisa berkata-kata lagi, perkataan Kirana benar. Kita jalani saja.

***

[sabtu malam : Hari Kencan]

Mahesa kini tengah berkumpul dengan anak-anak Tamtama. mereka tengah bernyanyi untuk menemani suasana malam kali ini.

" Abang Mahesa, mau nyanyi gak? " tawar mereka sambil menyerahkan gitarnya pada Mahesa.

Mahesa menolak, "Bentar lagi aku harus menemani seseorang " Jawab Maheaa jujur.

Semua sontak saja menggoda Mahesa dan menanyakan Mahesa berbagai pertanyaan yang harus dia jawab satu persatu. Mahesa menceritakan semua kronologi awal pertemuan nya dengan Kirana hingga dia akan menikahinya.

" Asik..  Makan gratis "

" Uh, makan gratis Mulu"

Kring... Kring.. Kring...

Sayangku.

Gawat, Kirana menelpon Mahesa. Padahal dia sudah janji akan menunggu nya di depan gerbang.

Mahesa cepat-cepat keluar dari barak menemui calon istrinya yang sudah menunggu nya di luar. Membuka pintu gerbang lalu menghampiri nya yang tengah duduk di bawah pohon.

" Lama " kata Kirana.

Kirana kini mengenakan sweater cowl neck putih gading, rok panjang berwarna hitam malam dan platform (heels yang tebal di bagian depan).

" Maaf, habisnya ada beberapa yang harus aku urus " Jawab Mahesa .

Kirana menatap Mahesa , dia menggenggam kedua tangan Mahesa. " Apa sesibuk itu? Kalau begitu kita tidak usah kencan saja. Biar kita kencannya pas sudah nikah "

Mahesa jadi tak tega, " Kita kencan hari ini. Aku sudah izin sama atasan " Kata Mahesa.

" Dengan pakaian tentara? " Terlihat Kirana tidak nyaman melihat Mahesa.

Kirana nampak tidak yakin dengan penampilan Mahesa. Mata bulatnya memutar kekiri-kekanan seakan ingin mengatakan sesuatu keoada Mahesa, hanya saja sangat susah untuk mengatakan nya.

Mahesa mengapit tangan kanan Kirana,

" Cie.... Cie...  Yang bentar lagi mau punya istri~"

Mahesa dan Kirana melihat Kopka Doni tengah membawa dua kardus berisikan air mineral.

kedua alis Doni naik turun seakan-akan menggoda mereka berdua.

" Kapten, kasian tuh gadis mungil mu

grogi " Kata Doni.

Benar kata Doni, wajah Kirana memerah sambil bergetar karena gugup. "tuh kan~" godanya lagi membuat Kirana menyembunyikan wajahnya ke dada Mahesa.

"Hahahahha.... "

Awas kau Doni, seenak nya mengoda calon istri ku, pikir Mahesa saat ini.

Mahesa langsung memeluk tubuh mungil Kirana agar Doni tidak bisa melihat wajah Kirana .

" Pergilah, serahkan barak pada kami" kata Doni lalu melanjutkan kegiatannya mengantar air mineral .

" Kirana " panggil Mahesa saat sudah berduaan dengan Kirana. Kirana mendongakkan kepalanya, mata bulatnya nya berkaca-kaca. ' awas kau Doni... ' Umpat Mahesa.

Mahesa menghapuskan air mata yang keluar indah di mata cantik Kirana." Ssttt... Ayo kita kencan" Kata Mahesa sambil menenangkan Kirana yang baru saja menangis.

***

Waktu tempuh menuju restoran yang sudah di pesan olehnya khusus untuk kencan mereka memakan waktu selama 20 menit dari barak. Mahesa fokus menyetir mobilnya sambil sesekali melirik Kirana yang tengah menikmati cemilan yang 5 menit lalu mereka beli di minimarket.

Kirana benar-benar menyukai makanan manis seperti coklat, permen,es krim dan manisan. "Nanti gosok gigi, ya " Kata Mahesa mengingat kan calon istri nya itu.

Kirana meanggukan kepalanya sambil mengunyah coklat batangan bermerek, "Nanti pulangnya beli lagi, ya " Kata Kirana.

Duh, gemes deh. Pengen cubit pipi tembem nya yang belepotan coklat, Pikir Mahesa.

" Boleh " Jawab Mahesa. Tak masalah bagi Mahesa membelikan cemilan manis untuk Kirana.

Kirana itu tipe gadis penurut, semua perkataan kedua orangtua nya selalu dia turuti. Mahesa bisa membayangkan bagaimana jika Kirana menuruti perkataan nya jika sudah berstatus istrinya. Jadi tak sabar.

" Sudah sampai " kata Mahesa saat manik hitamnya melihat restoran yang akan mereka jadikan tempat kencan.

Restoran itu sebenarnya milik ibu Mahesa, Navy Yolanda. Kakek-nenek dan orang tua Mahesa memang sudah membuka beberapa cabang di bidang kuliner dan sekarang Ibu Mahesa meneruskan nya.

Mahesa turun terlebih dahulu, membukakan pintu untuk Kirana. Kirana benar-benar cantik malam ini.

"Aku berasa punya anak,ya " Kata Mahesa.

" Habisnya ka Mahesa memakai baju tentara, kan sudah Kirana bilang untuk ganti " Omel Kirana.

" Ya, malas lah... Nanti kalau ada tugas dadakan bisa langsung berangkat " Jawab Mahesa. " Lagian kita harus punya nama kesayang... " lanjut Mahesa.

" Daddy? " Kata Kirana dengan senyuman jahilnya.

Entah mengapa Mahesa setuju dengan perkataan Kirana, " Bagus. Mulai sekarang kamu harus panggil aku,Daddy ".

"Eh? "

Maheaa tertawa lepas melihat ekpresi lucu Kirana, reaksinya benar-benar di luar dugaan Mahesa. Dia langsung saja merangkulnya dan mengajaknya masuk ke dalam restoran.

Makanan andalan restoran yang mereka kunjungi adalah Veggie Burgers – Burgreens. mereka menikmati suasana romantis kali ini, mendengar alunan piano yang memanjakan indra pendengar mereka.

" Kamu suka? " Tanya Mahesa penasaran, sesekali dia mengambil beberapa cemilan yang tersedia diatas meja.

" Um! Kirana suka " Kata Kirana begitu ceria.

Senyuman menghiasi wajah mereka berdua yang tengah berbahagia. Tangan mereka saling menggenggam erat seakan tak rela untuk di lepaskan. Ah!  Mahesa baru ingat, dia langsung saja merogok celana lorengnya dan menyerahkan benda persegi tersebut kepada Kirana.

Kirana menerimanya dengan senang hati, "Wah... Cincin" Kata Kirana saat membuka kotak tersebut.

" Aku tidak tahu apa kesukaan mu, jadi aku membelikan mu cincin " Kata Mahesa.

" Berdua dengan ka Mahesa pun, Kirana sudah bahagia ko... " Kata Kirana.

Aduh, Mahesa jadi salah tingkah mendengar jawaban dari Kirana. Tanpa aba-aba Mahesa langsung memeluk tubuh mungilnya sambil mencium keningnya.

" Aku mencintaimu " bisik Mahesa tepat di telinga Kirana. Kirana tidak menjawab, tapi Mahesa tahu jika Kirana juga mencintainya.

Mahesa dapat merasakan pinggangnya di peluk erat oleh kedua tangan Kirana. Wajahnya dia sembunyikan di dada bidang Mahesa. " Aku mencintaimu " bisik Mahesa lagi sambil mengelus rambut panjang Kirana.

Next chapter