Punggung tegap miliknya selalu terlihat mempesona. Pemuda itu berjalan menuju unit apartemennya dengan tangan kanan membawa kantong plastik berisi buah yang baru dia beli.
Langkahnya terhenti tepat di depan pintu apartemennya. Dia memencet password apartemen dan berniat membuka pintu. Sayangnya, dia urung melakukan hal itu saat ponsel yang berada di dalam saku celananya berdering.
Tangan yang tadinya berniat membuka pintu, kini beralih meraih ponsel dan menjawab panggilan tanpa nama tersebut. Meski tanpa nama, Afka dapat mengenalnya dengan baik. Dia hafal dengan nomor tersebut.
Itu adalah nomor telepon dari salah satu mata-mata yang dia kirim untuk mengawasi Lily.
"Ada apa?" Suara Afka terdengar berat dan mendesak. Dia merasa harus cepat-cepat menemui Ghirel sebelum istrinya mengamuk. Sambil menelfon, dia berjalan memasuki apartemen yang terlihat cukup sepi.
"Target kita menghilang." Balas seorang pria di seberang sana.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com