=Ami POV=
"Jadi, kamu sudah mengetahuinya, ya? Tidak kusangka ini lebih dibanding dengan yang kupikirkan." Tuan Hadiyaksa menyeringai dengan menatapku lekat.
"Tapi kamu sungguh salah jika menyerangku. Tuan Presiden lah yang melakukan ini semua. Ritual dengan kegelapan, dialah yang melakukan semuanya. Seharusnya kamu menyerang dia, bukan aku." Tuan Hadiyaksa nampak sangat santai. Dia bahkan masih memberiku sebuah senyuman.
Tak kugubris perkataan beliau. Kupejamkan mata untuk beberapa detik lalu kukumpulkan energiku. Belum sempat aku menyerang, pria itu telah terlebih dulu menyerang dengan mencekikku dengan gerakan yang sangat cepat.
Aku menempel pada dinding ruangannya, napasku mulai habis sangat sulit untuk memberikan perlawanan dalam keadaan seperti ini.
Pria menatapku tajam, kali ini sangat jelas kalau menik matanya berubah merah terang sama dengan sorot mata makhluk hitam berbulu yang sangat mengerikan itu.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com