=Ami POV=
Ge mendengkus seraya tersenyum, aku bahkan hingga merinding melihatnya. Dia nampak seperti seorang pembunuh berdarah dingin yang sedang mengincar korbannya dengan tenang.
"Kalian tidak perlu memaksakan diri untuk mengakui dan menerimaku nanti. Aku juga di posisi yang sama dengan kalian. Terkejut. Bahkan kurasa aku lebih terkejut dari kalian karena aku bahkan tidak pernah mengingat mengenai hubunganku dengan keluarga presiden di masa lalu. Tapi jika memang ini telah direnungkan oleh beliau, kurasa aku tidak boleh menyia-nyiakannya. Jika kalian ingin aku berjalan di jalan yang sesuai dengan kalian, maka iringi aku."
Keduanya saling menatap.
Bang Raffan membuang pandangannya. Dia seperti menyesai sesuatu namun ego dalam dirinya nampak sangat kuat.
"Kamu?" bang Raffan menatapku. "Apa kamu senang dengan ini?"
"Tidak," sahutku tanpa pikir panjang. "Aku tidak peduli dengan wasiat presiden. Namun jika itu memang untuk warga, aku akan mendukungnya."
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com