Keesokan paginya, Lisa bangun dengan segar. Tubuhnya sudah kembali pulih, tidak ada rasa lelah ataupun lemas seperti kemarin. Ia bangkit dari tempat tidurnya, membasuh muka dan menyikat gigi, tak lupa berganti pakaian. Pagi ini adalah hari pembukaan acara perayaan ulang tahun perusahaan Petersson Communication!
Lepas berias, Lisa mengunjungi kamar Andien yang nampaknya masih tertidur. Wanita itu mengetuk pintu kamar Andien dengan keras dan berteriak, "Ndien bukain! Udah jam berapa ini!"
Sesaat kemudian, seorang wanita bertubuh sintal membuka pintu kamarnya. Benar dugaan Lisa, Andien masih mengenakan baju tidurnya dengan wajah lesu dan mata yang sembab.
"Apaan sih lo Lis, masih pagi tau nggak? Gue ngantuk banget nih!"
"Ndien cepetan lo sikat gigi sama cuci muka doang deh, hari ini kan pembukaan acara ultah perusahaan! Ntar kita kesiangan terus ketinggalan kan nggak seru!"
Lisa mendorong Andien ke kamar mandi dan menyiapkan sebuah sikat gigi yang dilumuri dengan pasta gigi. Ia menjejalkannya ke mulut Andien yang masih mengantuk.
"Duh Lis! Pelan dong ah lo napa sih kok semangat banget?" tanya Andien dengan suara parau.
"Ayolah Ndien, lo masa nggak seneng sih setelah sekian lama duduk di depan komputer ngurusin laporan keungan di kantor akhirnya lo bisa keluar dan liburan?" tanya Lisa di sebelahnya.
"Ya tapi kan ini acara pasti gitu – gitu aja, sama kayak tahun kemarin!"
"Ah sudahlah banyak bacot lu Ndien, cepet lah abis ini kita turun ke ruang pertemuan!"
Lima belas menit kemudian, kedua sahabat itu sudah turun menghadiri pembukaan acara hari jadi perusahaan. Mereka duduk di kursi paling belakang, nampaknya mereka agak kesiangan.
Di depan panggung, Johan Dhirgantara selaku manajer perusahaan yang berada di bawah Oscar sedang berpidato mengenai sepak terjang perusahaan Petersson sedari ia didirikan. Membosankan memang, tetapi mau tidak mau Lisa dan Andien harus terjebak di dalam ruang pertemuan dengan pidato panjang lebar dari sang manajer.
Tidak lama kemudian, Oscar naik ke panggung dan berpidato dengan sangat singkat. Ia paham semua karyawan sudah bosan menunggu dan ingin segera langsung berpartisipasi ke dalam perlombaan.
"Dengan ini, acara peringatan hari jadi Petersson Communication resmi dibuka!" kata Oscar dengan lantang dan lugas. Pria itu berbalik badan dan meninggalkan panggung. Para karyawati yang menghadiri acara itu langsung berteriak histeris melihat pesona dari pria bertubuh tinggi semampai itu seperti penggemar boyband Korea melihat acara konser!
Lisa memutar bola matanya, kesal dengan sikap genit karyawati – karyawati pemuja Oscar. Seandainya pun Lisa bukan istri Oscar, ia masih tetap sebal.
"Jangan lupa sarapan secukupnya biar nggak lemas nanti waktu lomba ya!" ujar Johan sebelum ia meninggalkan panggung.
Andien yang duduk di sebelahnya mendadak melontarkan sebuah pertanyaan kepada Lisa. "Eh Lis, lo udah tanya dia nggak hadiahnya bakal apa aja?"
"Dih mana gue tau! Dia gue tanyain ga dijawab!"
"Hehe, gue harap sih salah satu hadiahnya ya laptop yang kemaren gue omongin Lis!" tambah Andien bersemangat. "Kalo hadiahnya laptop mah gue bakal semangat banget ngikutin lomba!"
Lepas sarapan, seluruh karyawan Petersson Communication tak terkecuali Oscar langsung bergegas ke area kolam renang. Tempat itu mendadak sangat ramai! Seorang pembawa acara sudah siap dengan mikrofonnya dan mengumumkan tata cara perlombaan pagi itu.
"Selamat pagi semuanya! Semoga semuanya sudah sarapan yak biar nggak letoy gitu jeng hihi. Oke karena sekarang semuanya udah pada ngumpul, gimana kalo eike jelasin hari ini lombanya gimana," jelas si pembawa acara genit.
"Wah gimana dong? Kasi tau dong cin!" sahut rekan pembawa acara genit itu.
"Jadi gini loh jeng, pagi ini adalah kompetisi renang! Setiap kelompok terdiri dari satu lekong eh, Laki jeng! Sama satu cewek gitu jeng. Jadi ntar tiap kelompok diberi satu balon dan mereka harus bisa membawa balon itu ke garis finish tapi harus sambil renang!"
"Wah seru juga ya kayaknya cin?"
"Eh iya dong jeng! Yang menang hadiahnya nggak kalah keren loh! Yaudah yuk jeng yang mau ikutan silahkan angkat tangan!" ucap si pembawa acara genit sambil melihat – lihat ke arah kerumunan karyawan. Mereka semua angkat tangan! Si pembawa acara sampai kebingungan memilihnya.
"Waduh jeng yang pingin ikutan kok sekampung gini ya? Duh eike kan pusing milihnya jeng."
"Giman kalo pesertanya kita aja deh yang milih cin? Biar kolam renangnya nggak luber gitu cin."
"Ah bener juga kamu jeng! Yuks kita pilihin aja. 9 cewek dan 9 lekong eh laki ding!"
"Gimana kalo kita milihnya acak aja deh cin," ucap si rekan pembawa acara seraya menyerahkan sebuah topi berisi kertas – kertas bertuliskan nama perserta.
"Oke deh jeng, eike ambil ni yah." Si pembawa acara genit itu memasukkan tangannya dan mengaduk – aduk isi topi. Setelah mengaduk isi topi, ia mengeluarkan kertas itu satu per satu sesuai dengan jumlah yang telah ditentukan untuk mengikuti lomba.
"Oke jeng, peserta cewek terakhir adalah…. Lisa Soewandi!" teriak si pembawa acara dengan semangat. "Oke semuanya silakan ganti baju renang ya jeng, kalo nggak punya atau lupa bawa boleh deh pake kaos oblong, pokoknya jangan pake bikini deh ntar bikin ngiri duh jeng!"
Mendengar suara pembawa acara yang menggelegar itu, Lisa dan Andien terkejut!
"Looooh kok lo sih yang dipanggil!?" keluh Andien yang sangat ingin berpartisipasi.
"Mana gue tau setan! Gue aja nggak kepingin ikutan kalo urusan renang gini!"
"Lah tadi pagi yang nggedor kamar gue terus teriak – teriak kayak anak kecil siapa kalo bukan lo Lis?"
"Masalahnya gue nggak tau kalo lombanya harus di dalem kolam renang! Ndien lo masa lupa gue kan!?"
Andien terdiam sebentar, ia mendadak lupa jika sahabatnya itu tengah hamil. Jika Lisa turun dan mengenakan baju renang. Semua karyawan akan mencurigai perutnya yang mulai menggelembung!
"Yaudah deh gue aja yang turun gimana?" tanya Andien yang masih ingin berpartisipasi.
"Nggak deh, gue aja lah. Lagian itu nama gue yang dipanggil."
"Hmm yaudah deh, eh semisal lo yang menang Lis hadiahnya buat gue deh. Boleh ya? Lo kan istrinya si 'itu' Lis, bisa minta apa aja kapan aja hehe."
Lisa mendengus mendengar kalimat sahabatnya itu. Tetapi itu bukan apa – apa, Andien ada benarnya juga. Lisa dapat meminta apapun dan kapanpun kepada Oscar dan pria itu pasti mengabulkannya!
Tiba – tiba pembawa acara memecah suasana. Ada sesuatu yang ingin ia sampaikan, "Eh semuanya ada pengumuman! Pak Wahyu katanya lagi sakit jadi peserta leking eh laki-nya kurang satu nih. Ada yang mau gantiin nggak ini jeng?"
"Saya!" teriak seorang pria dari balik kerumunan karyawan dan karyawati yang bergerombol di tepi kolam.
Lisa terkejut. Oscar menggantikan posisi Wahyu yang seharunya bersama Lisa! "Oke, ini nggak bagus.. Ndien! Lo aja deh gantiin gue!"
"Hah lo napa Lis kok?" tanya Andien keheranan.
"Jangan main curang, kamu kan tadi yang dipanggil Lisa." Oscar menggenggam pundak Lisa dengan kuat dan memutar tubuh Lisa agar berhadapan dengannya.
"Oscar! Eh maksudku Pak Oscar!" serunya kaget.