webnovel

Mulai Hari Ini Kamu Tinggal Dengan Saya!

Sepulang dari pengadilan. Bella langsung berlari menuju pintu pagar, membukakan pintu ketika mobil Alphard hitam milik Oscar menepi di depan rumahnya. Lisa, Kumala, dan Pria tinggi semampai berambut pirang itu kemudian turun.

Lisa menjabat tangan pria itu dengan mantap, sambil mengucapkan terima kasih. Di sampingnya, Kumala menundukkan kepala seraya berkata, "Saya ucapkan terima kasih banyak lagi ya nak. Berkat bantuanmu, saya resmi bercerai dengan suami saya. Saya tidak tahu harus membalas budi seperti apa, ya maklum saya kan bukan orang kaya seperti anda."

Alis Lisa agak terangkat satu mendengar kalimat terakhir yang dilontarkan oleh Ibunya. Ternyata meski sudah lama tinggal di ibukota, sikap ibunya masih agak norak pikirnya. Lisa menyikut lengan ibunya agar berhenti berbicara.

"Maaf, Ibu saya kalau sedang senang seringkali bicaranya agak ngelantur!" sahut Lisa menahan malu karena kalimat ibunya tadi.

"Hey it's okay! Saya memang berniat membantu Lisa." ucap Oscar sopan dan memaklumi.

"Bagaimana jika kamu mampir ke rumah sebentar untuk makan bersama?" ajak Kumala. "Sebagai ucapan rasa terima kasih saya.i"

"Ide bagus, kalau begitu Dani!" Oscar melambaikan tangannya. "Kamu boleh kembali ke kantor, nanti saya hubungi jika sudah selesai!"

Ketika Lisa dan Kumala memasuki rumah, Oscar mengikutinya dari belakang. Pria itu Meletakkan sepatunya di luar dan menundukkan kepalanya sedikit ketika melewati ambang pintu rumah Lisa.

"Wah ternyata bule ngerti aturan lokal ya!" sahut Kumala kagum melihat Oscar meletakkan sepatunya di luar rumah.

"Ibu tolong!" dengus Lisa.

"Tidak apa – apa, di negara tempatku berasal juga kami meletakkan sepatu di luar," jawab Oscar.

"Woooooooy, gila lo bawa bule ke rumah. Siapa ni kak? Pacar baru lo?" ceteluk Bella yang dari tadi memandangi sosok tinggi semampai berambut emas itu.

"Sembarang lo kalo ngomong Bel!"

"Kenalkan, ini Oscar. Bosnya kak Lisa dan calon menantu Ibu hihi," Kumala menambahkan dengan seringai genit di wajahnya.

"Alamaaaaaak calon kakak iparku ganteng gilaaa!"

Oscar menundukkan kepalanya dan memberikan senyuman maut kepada Bella. Pria itu benar – benar paham caranya membuat wanita terpana.

***

Ketika semuanya berkumpul di meja makan, Kumala meletakkan semangkuk sup dan hidangan utama lainnya dan di atas meja. "Silahkan Oscar, maaf kalau masakan saya sangat sederhana. Mari makan!"

"Jadi gimana tadi sidangnya bu? Siapa yang menang?" tanya Bella sambil menyendok sup.

"Ya jelas kita lah yang menang. Lo yang bener aja kalo Ayah yang menang!" sahut Lisa dangan nada sarkastik.

"Anjay! Hebat bener lo Lis, sewa dukun dari mana lo?"

"Hei sembarang kamu kalau bicara Bel! Ini berkat bantuan Oscar, kasus perceraian ibu dan ayah akhirnya bisa terselesaikan! Pengacara yang disewa bukan pengacara sembarangan lho!" jelas Kumala.

Siang itu suasana rumah Kumala dan kedua putrinya terasa sangat hangat dan akrab. Sudah lama mereka bertiga tidak berkumpul dan makan bersama sambil bercakap - cakap. Sebuah momen berharga yang tidak akan Kumala lupakan!

"Ayo habiskan nasinya Oscar. Wah saya nggak nyangka bule doyan makan nasi," tanya Kumala berbasa – basi.

"Ini masakan rumah yang paling enak yang pernah saya cicipi. Kalau yang seperti ini sih, restoran mahal manapun tidak dapat menyaingi masakan anda bu Kumala!" Oscar memuji masakan Kumala dengan tulus. Bahkan seorang pria asing saja menyukai masakan rumah ibu Kumala. Betapa hati Kumala sangat tersentuh oleh pujian yang diberikan oleh si pria berambut emas itu!

"Tenang saja, saya masih punya banyak di dapur. Sebentar, saya ambilkan lagi ya?" Kumala berjalan ke dapur dan mengambil sisa sup dan nasi goreng.

Di meja makan, Lisa dan Bella terlihat sibuk mengunyah makanannya. Oscar berhenti sejenak dan mengambil gelas berisi air putih, meneguknya perlahan.

"Kak Oscar, kakak kok ganteng banget sih? Boleh minta fotonya nggak? Buat kupajang gitu di kamar hehe," minta Bella genit. Lisa menendang kakinya di bawah meja.

"Apa sih yang nggak boleh buat calon adik iparku?" Oscar kemudian duduk di samping Bella yang menggenggam ponselnya, siap memotret.

"Asiiiik, foto berdua ya kak?" Bella menekan tombol kamera dan klik! "Kak Lisa, lo kok bisa aja sih nemu yang bening kayak begini? Serius dah jauh lebih ganteng daripada si siapa itu Aditya? Omong – omong kapan lo nikah jadinya?"

Belum sempat melontarkan kata – kata, Oscar sudah menyela Lisa duluan, "Besok kita berdua akan ke KUA untuk menikah!"

"Oscar!" Lisa terperanjat mendengar kalimat Oscar. Bahkan Lisa belum memberi jawaban setuju dengan lamaran nikahnya. Pria ini sungguh lancang pikirnya.

"Kenapa? Mumpung aku sekarang di rumahmu dan bertemu dengan ibumu? Bukankah saat yang tepat untuk melamarmu sayang?"

"Iya tetapi… Bukankah ini terlalu cepat Oscar?"

"Mau nunggu berapa lama lagi? Sampai yang ada di perutmu itu ke-" Lisa langsung menutup bibir Oscar dengan telapak tangannya. Ia belum memberitahu adiknya soal kehamilannya dengan Oscar. Jangan sampai Bella tahu, bisa kacau nantinya!

Kumala datang dari dapur membawakan sisa sup dan nasi goreng ke meja makan. Wajahnya terlihat sangat bahagia sekali. Wanita paruh baya itu menyendok nasi gorengnya dan meletakkannya ke piring Oscar.

"Ini nak silakan makan lagi, kamu pasti kelaparan sehabis sidang tadi!" Kumala duduk kembali ke kursinya. "Bagaimana rasanya Oscar, kau suka?"

"Suka sekali bu Kumala, ini nasi goreng terenak yang pernah saya makan!" puji Oscar dengan sepenuh hati.

"Aduh saya senang sekali kalau ada yang suka dengan masakan saya! Apalagi kalau yang bilang bule ganteng sepertimu nak!" Kumala menepuk bahu bidang Oscar dengan lembut. Ia tersipu malu, mencoba menyembunyikan wajahnya yang merah padam.

Setelah mereka selesai makan, Oscar mengeluarkan sebuah amplop cokelat, menyerahkannya kepada Kumala sambil tersenyum ramah dan berkata, "Bu Kumala, ini ada sedikit dari saya. Lisa pernah cerita katanya ibu sedang butuh uang untuk biaya pengobatan. Saya harap ibu mau menerima."

"Aduh nak kamu tidak usah repot – repot memberi saya uang nak! Membantu saya di pengadilan tadi sudah cukup," ucap Kumala sungkan.

"Ibu, saya kan calon mertua anda. Ini sebagai hadiah sebelum hari pernikahan besok bu!"

Kumala terkejut tetapi senang ketika mendengar Oscar akanmenikahi Lisa. Ia hanya bergeming. Ditariknya amplop cokelat itu dan membukanya. Uang tunai senilai 20 juta rupiah di tangannya untuk biaya pengobatan!

"Aduh nak, saya tidak tahu harus bagaimana untuk berterima kasih. Saya harus membalas kebaikanmu ini nak!"

"Tidak perlu bu, saya ikhlas memberikan uang itu. Demi kesehatan calon ibu mertuaku." jelas Oscar mencoba meyakinkan Kumala.

"Ibu tidak usah khawatir, terima saja rejeki dari Oscar." kata Lisa di samping Oscar.

"Tetapi ini bukan uang kecil Oscar!" Kumala berusaha menolak.

"Anda tidak perlu membalas budi. Saya hanya ingin besok segera membawa Lisa ke KUA dan menikah dengannya. Bila ibu Kumala mengizinkan tentunya."

"Tentu saja boleh! Lisa, kamu suka dia kan? Kau setuju kan menikah dengannya?" tanya Kumala mencoba meyakinkan Lisa.

Lisa terhenti. Ia menatap piring setengah penuhnya itu dengan tatapan kosong. Lisa tahu bahwa jalan terbaik adalah menikah dengan Oscar, tetapi hatinya terasa diaduk – aduk. Lisa masih belum mengenal Oscar lebih dalam, tetapi Ibunya sudah memberinya lampu hijau untuk menerima lamaran nikah Oscar!

Wanita itu berdeham. "Iya bu, saya suka dengan Oscar. Saya terima lamaran nikahmu Oscar," ucapnya dengan nada pasrah. Tidak ada jalan lain selain menikah atau menggugurkan janin yang ada di perutnya itu.

Lisa masih punya hati nurani, ia tidak tega menggugurkan kandungannya demi kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang. Lagipula, jika ia menikah dengan seorang presdir perusahaan komunikasi ternama seperti Oscar, ia sangat yakin masa depan anaknya bakal terjamin!

"Baik, jika demikian saya izin membawa Lisa ke hunian saya untuk tinggal bersama saya malam ini. Besok kami akan ke KUA dan menikah." Oscar menggenggam tangan Lisa dangan lembut. Sambil menatap mata hitam Lisa yang indah. Pria itu benar – benar serius ingin membawa Lisa ke pelaminan besok!

"Pindahlah bersama Oscar nak. Lagi pula kamu besok kan menikah, sudah saatnya pindah tempat. Ibu dan Bella akan baik - baik saja di apartemen yang Oscar belikan kemarin!" Setelah mendengar Kumala, Lisa langsung memeluk ibunya itu dengan erat. Air mata menetes dari matanya, antara sedih harus berpisah dengan keluarganya dan senang karena hari ini merupakan hari yang sangat baik bagi keluarganya!

"Ibu, Lisa berjanji jika ada waktu Lisa akan sempatkan diri untuk berkunjung ya?" ucap Lisa dengan sedikit sesenggukan.

Kumala menatap wajah putri sulungnya itu lekat – lekat. Tidak terasa, sudah hampir 25 tahun hidup bersama tak terpisahkan, kini saatnya bagi Lisa untuk menempuh hidup baru. Kumala mulai meneteskan air mata. Ia membenamkan wajahnya ke bahu Lisa.

Lisa kemudian mengemasi beberapa baju dan barang – barang berharganya ke dalam koper. Dani sudah datang dengan Alphard hitam Oscar yang menepi di depan rumah Kumala. Lisa mengangkat kopernya, Dani membantunya memasukkan koper itu ke bagian belakang mobil.

Oscar menuntun Lisa untuk masuk ke dalam mobil. Sebelum Lisa beranjak, ia memeluk ibunya itu erat – erat. "Selamat jalan anakku, selamat menempuh hidup baru! Ibu janji besok akan datang sebagai saksi!"

"Ibu jaga diri baik – baik ya? Jika Bella belum sempat pulang, Ibu bisa telepon Lisa. Sebisa mungkin akan Lisa bantu. Hati – hati ya?"

Ketika mobil Alphard hitam itu melaju meninggalkan rumah Kumala, tangisan pecah dari mata Lisa. Dari dalam mobil, Lisa melambaikan tangannya kepada Kumala dan Bella yang masih berdiri di depan pintu pagar. Banyak sekali kenangan manis yang ada di rumah itu. Sayang sekali, ia harus meninggalkan rumah itu untuk selamanya.

Next chapter