Bau lezat makanan memenuhi dapur, pria dengan wajah terpahat indah itu menyajikan masakannya di meja makan. Bekas luka di pipi kirinya tak menghalangi pesonanya dan aura kesepian menambah rasa tertarik bagi orang lain.
Anak lelaki yang imut itu terpesona sesaat, dia tidak tahu kenapa dia merasa adegan itu akrab, itu hanya deja vu. Dia duduk di kursinya di samping meja makan dengan mata berbinar.
"Ngomong-ngomong, Master. Kenapa kau membuat begitu banyak makanan?"
Lee Jihye, wanita dengan wajah meyakinkan itu bertanya setelah melihat meja makan penuh hidangan mewah.
"Plotter, ini hebat."
Kim Namwoon disisi lain merasa senang, perban di kedua tangannya dilepas dan kulit hitam di baliknya terlihat. Rambut putih dan kulit hitam, seperti Iblis, ya dia memang Iblis.
"Hum."
Uriel yang berdiri di sudut masih merasa jengkel, wajah marahnya tidak cocok dengan kecantikannya. Rambut emas panjangnya terlihat suci dan ada aura ilahi yang memancar. Kim Dokja menatap Uriel dengan malu-malu.
"Hnm?"
Uriel yang sadar pada tatapan itu menaikkan alisnya.
Kim Dokja panik dan menundukkan kepalanya.
"Unni ini tidak akan menggigitmu, jadi tidak apa-apa."
Uriel mendekat dan menepuk kepalanya.
Secretive Plotter yang mengerutkan keningnya tidak senang.
Tak!
Dia melemparkan mangkuk plastik yang sudah digunakan ke tempat cucian.
"Dokja, kau pasti lapar. Makanlah."
Lee Hyunsung tersenyum sambil menawarkan sup ikan.
Ada Bulgogi, sup rumput laut, salad, Hanggeuk, dan kimbab.
Kim Dokja menatap kosong pada hidangan di depannya, dia sudah lama tidak memakan hidangan itu dan tentu saja tak merindukan saat-saat itu.
Kim Dokja mengambil mangkuknya dan memakan sup ikan yang ditawarkan perlahan.
Dia tak tahu kenapa mereka begitu baik padanya, apakah itu perlakuan sebelum ditindas?
Mungkin dia terlalu khawatir dan sulit percaya bahwa ada orang-orang yang peduli tanpa alasan yang jelas.
"Ah, ayo makan. Entah kenapa aku sedikit bisa melupakan skenario."
Lee Jihye ikut makan sambil menyemburkan omong kosongnya.
Kim Namwoon duduk di sampingnya dan berhadapan dengan Lee Hyunsung.
Sementara itu, Uriel yang akan duduk di samping Kim Dokja merengut karena Secretive Plotter mendahuluinya.
"S-skenario?"
Kim Dokja bertanya dengan gagap.
"Lupakan saja. Lanjutkan makan."
Suara dingin itu memerintah.
"Uhm."
Kim Dokja menelan makanannya dengan ekspresi tertekan.
Dia jelas tidak suka bentuk perhatian seperti ini, dia ingin sendirian, lagipula dia sebelumnya seperti itu. Jadi dia bingung dengan perubahan yang tiba-tiba.
"Hei, Plotter. Sepertinya dia perlu tahu."
"Ya, kukira itu benar. Kim Dokja harus mengetahuinya sehingga kita bisa menemukan si penulis."
Kim Namwoon dan Uriel saling menanggapi.
Secretive Plotter tetap diam, dia memperhatikan wajah tertekan anak itu lalu menghela napas.
"Ini bukan waktu untuk membicarakannya."
Mereka terdiam atas jawabannya.
Namun, mereka tak tahu bahwa Kim Dokja memahami apa yang mereka maksud, tapi dia takkan mengatakan apa-apa. Dia tidak ingin penulis Ways Of Survival dalam bahaya karena orang-orang aneh ini.
Meskipun dia juga tak mengetahui siapa tls123, penulis novel Ways Of Survival.
Kim Dokja saat ini diam-diam merencanakan sesuatu untuk orang-orang aneh ini.
***
"Kami akan membayar biaya menginap, jadi apakah kau mengizinkan kami tinggal?"
Uriel membujuk anak itu saat larut malam.
Kim Dokja ragu-ragu tapi akhirnya mengangguk. Setelah itu, dia memperhatikan mereka dengan cermat termasuk pria itu.
Kenapa dia disebut Plotter?
Ting!
Pemberitahuan dari smartphone-nya, itu adalah pembaruan bab terbaru dari Ways Of Survival.
Dia baru saja akan mengambil smartphone-nya di meja ruang tamu ketika pria itu melewatinya dan mengambilnya.
"Ah."
Kim Dokja berlari menghentikannya tapi terlambat.
"Huh, jadi ini teks novel itu."
"Berikan!"
Kim Dokja berteriak menyebabkan Secretive Plotter menatapnya tertarik.
Sudut mulutnya sedikit naik dan dia mempermainkan anak itu.
Kim Dokja menggeram marah dan memukuli kaki Secretive Plotter karena dia hanya setinggi pinggangnya.
"Hei, apa ini?"
Uriel bergabung dan memelototi pria itu.
"Kekanak-kanakan."
Dia merebut smartphone dari tangannya dan memberikannya ke anak itu. Yang terakhir menatapnya dengan mata berbinar.
"T-terimakasih."
Kim Dokja langsung lari ke kamarnya.
"Aku tidak mengerti apa tujuanmu, tapi aku tidak akan membiarkanmu mempermainkan anak itu."
Uriel memperingatkan.
"Begitu. Apa kau menyayanginya? Bukankah dia sumber tragedi kita?"
Secretive Plotter memegang bekas luka di pipinya dengan ekspresi datar sambil membalas.
Uriel mendengus lalu pergi untuk mencari kamar kosong.
Rumah itu cukup besar untuk menampung empat sampai lima orang, masalahnya adalah barang-barang di rumah itu sangat sedikit. Mungkin anak itu menjualnya atau dia dirampok...
Nah yang mana pun itu, Uriel berniat untuk menjaganya terlepas dari apakah Secretive Plotter setuju atau tidak.
Uriel memiliki ingatan tentang dirinya sebagai Malaikat Agung di mana Kim Dokja berada, itu di regresi ke-1864 Yoo Jonghyuk. Secretive Plotter dan Yoo Jonghyuk jelas adalah orang yang berbeda meskipun wajah dan sejarah mereka hampir sama. Uriel membenci Secretive Plotter, tapi dia tidak bisa melawannya.
Yang terakhir adalah Dewa dari semua dewa luar, bodoh kalau melawannya. Yang tersisa pastilah mayatnya, atau mungkin tak tersisa apapun.
Bukan hanya Uriel, gabungan dari Lee Jihye, Lee Hyunsung, dan Kim Namwoon tetap akan kalah. Lalu kenapa dia terlihat begitu tak berdaya terakhir kali?
Mereka tak mengerti kenapa bisa begitu, mungkin Secretive Plotter sengaja menjadi lemah atau ada variabel yang menyebabkannya seperti itu.
Lebih penting, di dunia yang sekarang mereka tempati, tak ada <star stream>.
***
Di Sungai Han, dekat Stasiun Oksu, ada keributan besar. Terjadi pembantaian tanpa pandang bulu. Orang-orang menjerit dan lari. Namun, pelaku tak membiarkan siapapun pergi sebelum pertanyaannya terjawab.
"Kuek!"
Seorang pria paruh baya dicekik dan digantung seperti boneka di tangan pelaku itu.
"A-aku tidak tahu... Sungguh. Kek!"
Krak!
Pria paruh baya itu mati dengan tulang lehernya yang remuk.
"Hnm, ini tidak seru. Di mana kau kelinci kecil?"
Pelaku itu adalah seorang pria dengan wajah cantik, dia mungkin akan disangka sebagai wanita kalau bukan karena ekspresi wajahnya yang kejam dan pakaian tempur hitamnya.
Rambut perak dan mata merah membuatnya tampak seperti bangsawan vampir dari dongeng.
Orang-orang yang terbunuh sebelumnya mengira bahwa dia adalah aktor film, ternyata tidak begitu.
Orang yang begitu cantik bertindak sangat kejam melebihi Iblis. Sebelum Polisi datang, dia sudah menghilang untuk mencari mangsanya.
***