"Kenapa kau tak pernah bilang bisa bernyanyi?"
Eugene mengerjap beberapa kali, sedikit bingung dengan pertanyaan tiba-tiba itu, lalu menyunggingkan senyum yang tak tahu kenapa terlihat 100 kali lebih manis. Mungkinkah karena tertimpa cahaya dari lampu gereja di atasnya, aura yang keluar juga sangat cerah seperti baru mendapat gaji.
"Karena kau tak pernah bertanya~"
Meski begitu, jawaban yang keluar tetap saja menyebalkan. Sabar Michelle, di Gereja tak boleh membuat keributan.
"Ya- untuk apa aku bertanya." Sekali lagi Michelle mengalihkan perhatian ke ponsel. "Lalu kenapa kau tak ikut klub seni musik atau band? Bukankah itu akan membuatmu semakin populer?"
Ibadan minggu pagi telah usai, lagu-lagu rohani juga telah berhenti dinyanyikan, namun tak ada larangan untuk para jemaat tetap berdiam di tempat duduknya masing-masing. Tak ada yang bisa mengusir seorang umat dari rumah Tuhan nya. Dan Michelle tak perlu berbisik-bisik lagi karena takut mengganggu jemaat yang lain.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com