webnovel

Perubahan

Kak Kiano hanya menghela nafas kasar, ia pasti merasa tidak yakin melibatkan diriku ke dalam lingkaran dunia kejam ini. Tapi aku memaksa, dan akan aku buktikan. Sebagai pewaris kedua, aku bisa menjalankan semuanya dengan baik di usiaku yang masih 15 tahun ini.

Aku melangkah keluar dari kamar kak Kiano menuju kamar di sampingnya, luas dan elegan. Aku menyukainya, aku akan meminta kamar ini untuk menjadi kamarku. Lalu aku turun ke lantai dasar, meminta semua yang ada di rumah ini berkumpul -selain kak Kiano tentunya-

10 menit kemudian semua penjaga dan pelayan telah berkumpul, aku cukup tenang melihat begitu banyak yang menjaga kak Kiano selama ini. Terhitung ada 30 penjaga, dan 15 pelayan, serta 4 supir khusus dan 1 orang sekertaris pribadi kak Kiano yang bernama Mona.

"Aku Fredella Almora, putri tunggal keluarga Almora dan adik dari Kiano Almora. Mulai hari ini kepemimpinan Almora akan aku ambil alih, kalian semua harus mengikuti arahanku. Apa kalian siap?!" jelasku pada semua pelayan dan penjaga.

Ku lihat mereka saling pandang dengan wajah bingung, lalu setelahnya mereka menunduk dan menerima penjelasanku.

"kami siap nona" jawab mereka semua.

"bagus! Aku tau kalian anak buah jendral Michael, aku juga akan ambil alih kepemimpinannya atas kalian. Aku tidak menerima pengkhianatan dan kecerobohan, atau kalian sendiri akan menerima akibatnya." jelasku lagi dengan tegas.

Kulihat mereka semua menunduk patuh, entah kenapa aku merasa aura intimidasi keluar begitu saja dari tubuhku. Padahal sebelumnya tidak separah ini, dapat aku rasakan sifat dingin ini perlahan menjalar dalam diri dan hatiku.

"besok aku akan mengatur kembali keamanan di rumah ini, laksanakan tugas kalian dengan baik. Hanya itu saja, kalian boleh kembali." tekanku, lalu membubarkan mereka.

Semua penjaga dan pelayan membubarkan diri, mereka kembali kepada tugas masing-masing. Lalu Mona menghampiriku dan bertanya akan tugasnya, aku menatapnya meneliti. Sepertinya ia jujur dan benar-benar setia, aku percaya padanya.

"nona, lalu apa tugas saya selanjutnya?" tanya Mona dengan sopan.

"hanya kau yang tau siapa aku sebenarnya bukan? Aku ingin kau menjaga kak Kiano dengan nyawamu, aku yakin kau tau maksudku." jelasku pada Mona.

"saya mengerti nona, lalu siapa yang akan membantu nona nanti?" tanya Mona lagi.

"aku bisa mengatasinya Mona, jika aku kesulitan aku akan meminta bantuanmu. Untuk sekarang, fokus saja menjaga kakakku. Dia sangat sulit di atur, aku akan senang jika kau bisa membantuku menahannya di rumah." jawab Kisha dengan senyum miringnya.

Mona terkekeh mendengar jawabanku, lalu ia mengangguk mengiyakan permintaanku.

"sudahlah, aku kembali ke kamar dulu. Kau jagalah kak Kiano, dan bila kakakku bertanya dimana aku? bilang saja aku ada di kamar, dan kamarku disamping kamarnya." ucapku mengingatkan.

Mona mengangguk paham dengan apa yang aku katakan, aku pun bangkit dan melangkah untuk kembali ke kamarku.

Sesampainya di kamar, aku berbaring sejenak di ranjang. Kepalaku terasa pening, sepertinya efek jet lag mulai terasa saat ini. Aku hanya bisa memijat pangkal hidungku, berharap rasa pening ini sedikit berkurang.

Ponselku yang berada di atas nakas tiba-tiba bergetar, menimbulkan suara rendah. Hasil benturan dengan nakas yang berbahan kayu, karna getaran itu cukup mengganggu akhirnya aku pun mengembilnya.

Ternyata panggilan masuk dari Michael, dari pada dia terus menelpon dan mengirimi pesan setiap saat. Lebih baik aku menjawab telponnya, memintanya untuk diam dan tidak mengganggu.

"akhirnya kau menjawab panggilanku juga, kenapa kau tidak bilang jika kau di London saat ini?" tuntut Michael langsung.

"untuk apa?" tanyaku heran.

"astaga, kau itu letnanku bagaimana mungkin aku mengabaikanmu." jawab Michael dengan nada kesal.

"aku bukan letnanmu lagi, aku sudah mengundurkan diri." tukasku apa adanya.

"aku tidak menyetujuinya, sampai saat ini kau masih letnan detektif tingkat 1." balas Michael.

"terserah" jawabku malas.

Hening, tidak ada lagi percakapan di antara kami. Baru saja aku akan memutus sambungan, namun perkataan Michael membuatku mengurungkan niatku itu.

"aku akan kesana" ucap Michael tanpa ragu.

"untuk apa?" tanyaku curiga.

"menemuimu, dan Kiano. Kudengar Kiano sakit, aku akan menjenguknya." jawab Michael.

"tidak perlu, aku ada disini. Aku yang akan menjaga kakakku mulai saat ini, kau urus saja masalah di kota A. Aku cabut misi melindungi diriku, dan kak Kiano." tolakku pada Michael.

"kenapa kau jadi seperti ini Hubby?" tanya Michael dengan nada sendunya.

Aku terdiam mendengar curahan hatinya itu mengenai perubahan sikapku, jujur saja aku sendiri tidak mengerti kenapa jadi seperti ini.

"bukan urusanmu" balasku sedikit tajam.

"Kisha, kau sangat jauh berubah." gumam Michael lagi.

"diam! dan jangan ganggu aku!" tekanku tidak suka.

Aku memutus sambungan telpon dengan Michael, lalu menghela nafas lelah. Sebelum pergi aku memang mengirim surat pengunduran diriku ke markas, dan aku tidak tau apakah sampai atau tidak pada Michael. Tapi mendengar Michael bicara begitu, sepertinya surat itu sudah sampai.

Tapi kenapa Michael menolak surat pengunduran diriku itu, apalagi dia malah berniat menyusulku kesini. Benar-benar membingungkan, untuk apa sebenarnya semua itu ia lakukan?

Pusing, kepalaku kembali berputar dan berdenyut nyeri. Aku memejamkan mataku, mencoba menahan rasa tidak nyaman ini. Sampai akhirnya rasa kantuk kembali menyerangku, hingga aku pun tertidur lelap

.

.

.

.

.

Pagi hari yang dingin untuk awal musim semi, padahal seharusnya cuaca tidak sedingin ini. Entah ini karna cuacanya, atau karna diriku sendiri yang memang mulai membeku.

Aku bangun dari tidurku, melangkah untuk membuka jendela yang masih tertutup. Semilir angin langsung menerpa wajahku saat jendela itu terbuka, dan cahaya cerah dari mentari ikut menyambutku. Pagi yang indah untuk mengawali hari di kota penuh cinta ini.

Mandi adalah pilihan utamaku, karna sejak sampai kemarin aku belum mengganti pakaianku sama sekali. Dan aku mulai tidak nyaman dengan itu, karna itu aku langsung melangkah ke kamar mandi.

15 menit kemudian aku keluar dari kamar mandi dengan handuk yang menutupi tubuhku, lalu aku mengambil koper dan membukanya.

Aku lupa membereskannya semalam, jadi semua pakaian dan barang-barangku masih berada di koper. Aku mengambil kemeja putih polos, dan rok span hitam 3 cm di atas lutut. Lalu kembali ke kemar mandi untuk memakainya.

Cukup bagus, memiliki tubuh ideal adalah yang terbaik. Aku tidak perlu repot untuk memilih banyak pakaian, karna apapun yang aku kenakan akan terlihat cocok-cocok saja.

Aku menambah bluzer hitam untuk melapisi kemeja , dengan garis putih di lengan menambah kesan modis dalam setelanku. Lalu menambahkan sedikit polesan bedak pada wajah, dan sedikit lipbalm. Selesai, tampilan ala wanita karier versiku telah siap.

Next chapter