Di kamarnya, Viona rebahan sembari memeluk sebuah foto kecil hasil USG janinnya yang telah gugur. Meski sudah mencoba memejamkan matanya supaya cepat tertidur, dia pun tetap tidak bisa. Bayang-bayang saat Edward masih bersikap mesra hingga kasar, seakan terus berkelana di benaknya. Tahun ini sungguh terasa berat baginya, berbagai peristiwa menyakitkan lebih sering dirasakannya ketimbang menyenangkan.
"Andai mama tidak teledor dan ceroboh, mungkin kamu masih ada dan menyemangati mama di saat yang sulit ini." Viona menatap sendu foto abstrak hitam dan putih dengan titik kecil di bagian tengahnya. Ya, itu adalah bayinya yang masih berukuran dangan kecil. Meski begitu dia sudah merasa sangat menyayanginya, merasa kehilangan atas kegugurannya.
Drett ... drett ....
Ponsel Viona yang terletak di bawah bantal bergetar.
Viona segera mengambil ponsel itu dan melihat, ada panggilan masuk dari Dr. Frans. ' Untuk apa malam-malam begini dia menelpon?' batinnya, lalu menjawab panggilan itu.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com