webnovel

Mengetahui fakta

Saat malam, Edward sudah tidur nyenyak, sedangkan Viona masih fokus menatap laptopnya. Diam-diam wanita itu sedang gencar mencari informasi tentang Luna.

"Dia model terkenal. Pasti ada gosip apapun tentangnya, tentang dengan siapa dia berpacaran," gumam Viona sembaro terus men-scroll artikel-artikel di internet tentang Luna.

'Whattt ... Ini Edward? kenapa ada fotonya di artikel tentang Luna??' batin Viona bertanya-tanya saat mendapati foto suaminya di sebuah artikel yang sudah lumayan lama.

Artikel itu bertuliskan:

---Febiola Luna Ananta, si model cantik berprestasi, bertubuh sexy bak gitar Spanyol. Kemarin terlihat menangis di sebuah restoran setelah menemui seorang pria. Diduga, pria itu adalah kekasihnya. Beberapa kali paparazi mendapati mereka berdua sedang berkencan. Apa sebenarnya yang terjadi, kenapa Luna menangis. Apa hubungannya telah berakhir?

Model cantik itu hanya bungkam, tidak memberi klarifikasi samasekali---

Viona menghela napas, ia segera mematikan laptop nya. Kini, wanita itu telah menemukan kesimpulan dari apa yang telah ia cari selama ini.

"Jadi, mereka dulu adalah sepasang kekasih. Dan tadi, tanggal mereka putus hampir berdekatan dengan hari pernikahanku dengam Edward," gumam Viona sembari melirik Edward yang telah tertidur pulas.

Viona mendekati suaminya itu, dan menatapnya intens. 'Aku curiga. Kamu sering ke rumah Ethan hanya untuk menemui Luna. Dan kamu, juga terlihat enggan memiliki anak dariku. Apa kamu berencana menceraikanku Edward? Aku tidak akan membiarkan itu terjadi!!' batinnya.

^^^

Luna berdiri di teras balkon sembari menatap langit malam yang bertabur bintang. Saat ini sudah jam 9 malam, namun wanita hamil itu masih enggan untuk tidur. Karena gerah, ia memutuskan untuk mencari udara segar dill luar kamarnya itu.

'Kamu sudah terlebih dahulu meninggalkanku. Kenapa sekarang kamu tampak menyulut api untuk menghancurkan rumah tanggaku? Aku tidak lagi mencintaimu, Edward. Aku memilih untuk tetap bertahan dengan Ethan. Dia ayah dari anak-anakku. Aku semakin merasa mencintainya,' batin Luna sembari mengingat mantan kekasih dan suaminya.

Ethan yang sejak tadi sudah ketiduran, terbangun saat menyadari istrinya tidak ada di sampingnya. Pria itu beranjak dari ranjang dan melihat ke arah pintu menuju balkon yang terbuka.

Dia melihat Luna sedang berdiri menatap langit. Ethan segera menghampiri istrinya itu.

"Kenapa belum tidur?" tanya Ethan sembari memeluk Luna dari belakang.

"Aku sukar tidur, mungkin nanti saja jika sudah sangat ngantuk," jawab Luna sembari memegang tangan Ethan yang melingkar di perutnya.

"Kamu kan masih sakit, Sayang. Nanti lama sembuhnya jika terus di sini. Udara malam tidak bagus untukmu. ingatlaj kata doktetm" Ethan menasehati sembari menghirup aroma ceruk leher Luna.

Luna melepas pelukan Ethan dan berbalik menghadap suaminya itu. "Ethan," panggilnya.

"Hmm," sahut Ethan yang menuduk, karena Luna lebih pendek darinya.

"Apa dulu, saat kamu menikahiku, ada gadis yang terluka, atau ... saat itu masih punya kekasih?" tanya Luna. Entah kenapa dia jadi kepikiran akan hal itu. Dia takut, Ethan masih dikejar mantan, seperti dirinya dikejar Edward.

"Tidak ada. Aku sudah lama putus dengan pacarku sebelum aku ke Jakarta," jawab Ethan terdengar santai.

"Apa kamu masih mencintainya?" tanya Luna lagi sembari memeluk suaminya. Pelukan itu seakan hal paling nyaman untuknya.

"Tentu saja tidak. Dia jahat, meninggalkanku begitu saja. Lalu, untuk apa aku masih mencintainya?" jawab Ethan.

Luna tersenyum lega mendengar jawaban Ethan, "Jadi, dia yang meninggalkanmu? kenapa?" tanya Luna lagi.

"Aku terlalu sibuk, tidak ada waktu untuknya, Padahal, aku sudah berniat mengajaknya tunangan," jawab Ethan.

Luna melepas pelukannya. Dia merasakan getaran di hatinya. Sesak di dalam dada setelah mendengar jawaban Ethan, Luna merasa cemburu. Dia merasa, suaminya masih mencintai sang mantan.

"Kamu masih mencintainya, kan!" tuduh Luna dengan bersungut-sungut. Dia berjalan ke arah kamar.

"Tentu saja tidak. Kok kamu malah marah sih?" Ethan mengikuti Luna.

Luna mendudukkan dirinya di tepi ranjang. Ethan menatap Luna yang tampak kesal.

Ethan menggaruk lehernya yang tidak gatal. Dia tidak mengerti kenapa sang istri tiba-tiba marah.

"Kenapa sih?" tanya Ethan sembari mendudukkan dirinya di samping Luna.

Bukannya menjawab, Luna malah melirik suaminya dan balik tanya, "Kamu masih mencintai mantanmu, kan?"

Ethan menghela napasnya lalu menatap Luna, "Cuma kamu yang kucintai. Aku sudah lama melupakannya."

"Laku, kenapa membahas tentang tunangan?" tanya Luna.

"karena kamu tanya. Salah siapa bahas tentang mantan? itu hanya akan membuat kita jadi bad mood." Ethan merangkul istrinya yang mendadak cemburu tidak jelas atas pertanyaannya sendiri.

"Sudah jangan marah lagi. Sekarang tidur, besok bangun pagi, dan kita jalan-jalan ke taman," seru Ethan sembari mengajak Luna rebahan.

"Peluk aku," pinta Luna.

Ethan tersenyum melihat tingkah manja dan cemburu istrinya. Justru dia senang karena cemburu artinya cinta. Itu berarti Luna sudah benar-benar mencintainya.

Malam ini mereka tidak bercinta. Pria itu tidur sembari memeluk istrinya.

^^^

Viona masih gelisah memikirkan bagaimana caranya supaya Edward tidak menceraikannya. Sesekali ia melirik suaminya yang masih tertidur pulas.

Viona membuka laci meja di samping ranjang. Dia mengambil pil penunda kehamilan yang selama ini dia minum saat setelah berhubungan badan dengan suaminya.

"Aku harus berhenti meminumnya. Jika aku hamil, pasti Edward tidak akan bisa meninggalkanku," gumam Viona.

Viona berbaring dengan posisi menyamping memeluk Edward. Matanya menelisik wajah suaminya yang tampan. Meski Ethan lebih tampan, tetapi Edward lebih terlihat gagah dengan rahang yang tegas dan berewok tipis yang menambah pesonanya.

'Kamu suamiku! Aku tidak akan pernah melepasmu, Edward. Apapun caranya, kamu akan tetap menjadi suamiku,', batin Viona sembari menatap wajah Edward.

ตอนถัดไป