Luna menghela nafasnya seraya mendudukkan dirinya di ranjang king size. Saat ini dia berada di kamar Ethan. perjalanan dari batam menuju Jakarta membuat Luna lelah dan penat. Dia segera membaringkan tubuhnya di ranjang itu.
Luna menatap langit-langit kamar itu, dia tidak menyangka bisa dalam posisi ini, ini terlalu cepat baginya, sekarang dia sudah menjadi seorang istri. Istri dari adik Edward mantannya.
"Dunia terlalu sempit, kenapa aku malah menikah dengan adik tiri Edward." Gumam Luna.
CEKLEK..
Pintu kamar terbuka, terlihat Ethan masuk dengan membawa segelas susu dan sepiring kue lalu meletakkannya di meja dekat ranjang.
"Susu khusus untukmu," Ethan menyodorkan segelas susu itu kepada Luna..
"Nanti saja, aku belum ingin minum"ucap Luna yang masih berbaring.
"Nanti keburu dingin tidak enak. Minumlah biar anak kita sehat"bujuk Ethan.
Luna menghembuskan nafasnya kasar mendengar ucapan Ethan yang mengatakan "anak kita" membuat mood Luna semakin buruk dan menatap malas susu itu.
"Kamu bilang anak kita. Bahkan aku tidak pernah mengharapkan ini anak darimu"batin Luna
"Sebenanya aku lebih suka rasa caramel atau coklat," gumam Luna seraya mengambil susu itu dari tangan Ethan dan segera meminumnya.
"Iya besok aku akan membelikan yang rasa caramel dan coklat" ucap Ethan seraya menatap Luna meminum susu itu hingga habis.
"Sebenarnya ini terlalu banyak. Gelasnya terlalu besar. Aku kekenyangan" ucap Luna seraya menyerahkan gelas susu tadi yang sudah dia minum hingga habis
"Ya besok aku akan buat dengan gelas yang lebih kecil"ucap Ethan datar lalu segera meninggalkan Luna sendiri lagi. Luna mendengus kesal menatap Ethan yang langsung pergi begitu saja. Diam-diam Luna merasa tidak nyaman jika terus berjauhan dengan Ethan. Mungkin ini pengaruh dari kehamilannya.
Ethan berjalan menuju ruang tamu. Dan terlihat seorang wanita paruh baya dengan style nya yang elegant berjalan menghampirinya.
"Mama" sapa Ethan lalu segera menyalami ibunya dan memeluknya
"Maaf Tan mama tidak datang saat kamu menikah, kamu mendadak mengabari mama." Ucap Diana ibu Ethan.
"Tidak masalah ma, yang penting mama memberi restu, kemarin juga Edward datang ke batam menghadiri pesta pernikahanku"balas Ethan seraya tersenyum Karena lega ibunya datang. Selama ini mereka tidak tinggal bersama. Ethan lebih memilih tinggal sendiri di Jakarta sedangkan ibunya menetap di Singapur.
"Sekarang mana istrimu, mama mau kenalan?" Tanya Dina matanya mencari-cari keberadaan istri Ethan
"Dikamar, dia sedang istirahat" jawab Ethan.
"Sebenarnya kenapa kamu mendadak menikah, setau mama kamu sudah putus dengan Maura?" Tanya Dina seraya menatap curiga anaknya.
"Ini karena salah kamar"
"Salah kamar gimana maksudmu?"
"Saat aku menghadiri pesta lajang sebelum pernikahan David. Aku mabuk. Dan saat aku kembali ke kamar tempatku menginap. Ada gadis cantik yang tidak aku kenali. Dia terlalu cantik. Dan aku tergoda meski sebenarnya dia juga sedang mabuk. Jadi kami ..." jelas Ethan terhenti, dia malu mengatakan kejadian selanjutnya.
"Ya mama faham. Lalu apa kamu menikahinya karena dia hamil?" Tanya Dina seraya mengernyitkan dahinya. Dia
"Iya ma," singkat Ethan seraya menunduk karena takut dimarahi ibunya.
Dina menatap kecewa putranya. Lalu mendudukkan dirinya di sofa seraya memijat pelipisnya karena mendengar kabar anaknya menghamili seorang gadis. Tentu ini adalaj kabar buruk dan akan mempengaruhi reputasi keluarganya.
"Apa ada yang tau mengenai kehamilannya?" Tanya Dina
"Tidak ma. Hanya kakaknya yang tau" jawab Ethan.
"Bagus," Dina menghela nafasnya lega,"mama mau istirahat dulu, nanti mama mau ngobrol sama istrimu itu." Dina segera beranjak dari duduknya dan segera menuju kamarnya. Meski dia tinggal di Singapur, dia memiliki kamar pribadi di rumah Ethan untuk setiap kali dia berkunjung.
Ethan segera kembali ke kamarnya, terlihat Luna sedang tidur meringkuk. Ethan segera memakaikan selimut ke tubuh Luna. Lalu dia berbaring menyamping menatap Luna yang sedang terlelap. Sesekali Ethan mengusap lembut rambut Luna.
"Tidur saja cantik,"batin Ethan.
Luna terbangun karena merasa ada yang menyentuhnya. Saat dia membuka mata, terlihat Ethan sedsng menatapnya lalu tersenyum.
"Kenapa menatapku seperti itu?" Tsnya Luna sebal.
"Apa tidak boleh menatap istri sendiri"
"Hmm. Aku lapar," Luna segera beranjak dari kasurnya lalu berjalan keluar kamar meninggalkan Ethan sendiri.
Saat di dapur, Luna mendapari seorang asisten rumah tangga yang sedang memasak, dan seorang wanita paruh baya dengan style elegant.
"Apa kamu istri Ethan?" Tanya Dina seraya tersenyum menatap menantunya itu.
"Iya bu," jawab Luna dengan senyum kakunya.
"Saya Dina, mamanya Ethan," ucap Dina memperkenalkan dirinya.
"Saya Luna ..." Luna bingung mau memanggil apa, dia tidak pernah dalam posisi ini, membuatnya nervous.
"Panggil saja mama" pinta Dina.
"Iya ma."
Dina segera mengajak Luna mengobrol di meja makan sembari menunggu makanan siap. Mereka mengobrol banyak tentang masa kecil Ethan. Sedangkan Ethan masih tidur di kamarnya.
"Oiya Lun. Kamu sudah pernah cek kandungan belum?" Tanya Dina
"Belum ma, belum sempat" jawab Luna. Selain belum sempat, dia juga takut akan jadi sasaran paparazi jika ada yang tau dia sudah hamil sebelum menikah.
"Kamu harus rutin cek sebulan sekali nak, biar sehat"saran Dina. Luna menanggapinya dengan anggukan. Dia merasa lega ternyata mertuanya cukup baik dan ramah.
"Panggil Ethan, ajak dia makan bersama," perintah Dina.
"Iya ma" Luna segera berjalan menuju kamarnya. Terlihat Ethan masih tertidur pulas memeluk guling, senyum mengembang di bibir Luna, karena Ethan terlihat lucu saat memeluk guling. Luna segers menghpiri suaminya itu.
"Tan ...Ethan. bangun!! Diajak makan bareng mama" seru Luna seraya menepuk-nepuk pelan pipi Ethan.
Ethan mengerjapkan matanya lalu kembali tidur. Luna yang tidak sabaran kembali menbangunkan suaminya itu dengan mengguncangkan tubuh Ethan.
"Aku masih ngantuk"ucap Ethan dengan mata yang tertutup.
"Lagian ini udah sore Tan. Waktunya mandi juga. cepet bangun!"paksa Luna. Namun Ethan malah hanya duduk sebentar lalu kembali tidur lagi.
"Huh, dasar kebo!" Umpat Luna, lalu dia segera keluar kamar membiarkan Ethan yang masih tidur.
"Susah di bangunkan ma"Ucap Luna setelah sudah sampai ke ruang makan. Terlihat mertuanya sudah menunggunya.
"Yasudah kita makan berdua saja," Dina segera mengambilkan nasi untuk Luna. Luna hanya terdiam menatap mertuanya yang baik mau mengambilkan makanan untuknya itu.
"Eh. Sedikit saja ma" pinta Luna. Dina segera menyerahkan piring Luna yang sudah terisi nasi. Lalu Luna tinggal mengambil lauknya saja.
"Ma"sapa seseorang yang baru datang. Luna segera menoleh dan melihat siapa orang itu.
"Edward"gumam Luna lirih. Dia tidak menyangka Edward akan kesini. Terlihat istri Edward juga ikut datang.
"Eh. Edward. Sini ikut makan bersama," ajak Dina pada anak tirinya itu. Meski hanya anak tiri. Dina menyayangi Edward seperti anak kandungnya sendiri. Karena ibu kandung Edward juga sudah meninggal saat melahirkan Edward. Dina yang merawat Edward sejak kecil setelah ayah Edward menikahinya hingga dia memiliki anak lagi yaitu Ethan.
"Iya ma," Edward segera mendudukkan dirinya di kursi berhadapan dengan Luna. Sedangkan istrinya duduk di sampingnya.
"Gimana usahamu. Apa berjalan dengan baik Ward?" Tanya Dina. Edward memang mengelola perusahaan milik mendiang ayahnya. Itu karena Ethan sudah mendapat bagian harta sendiri dari Dina. Karena sebenarnya Dina lebih kaya dari mendiang suaminya.
"Pernah hampir bangkrut ma, tapi sekarang sudah stabil lagi," jawab Edward namun matanya melirik Luna yang sedang makan. Sedangkan Viona istrinya, hanya acuh sembari mengambilkan makanan untuk Edward.
Viona memang sedikit judes dan sombong. Beruntung dia tidak mengenal ataupun mengetahui bahwa Luns adalah mantan Edward.
Luna merasakan gejolak di perutnya setelah beberapa suap makanan. Dia segera berlari ke kamar mandi. Dan memuntahkan semua yang dia makan. Edward merasa khawatir pada Luna namun dia tidak bisa berbuat apa-apa karena ada Viona.
Dina segera menyusul Luna ke kamar mandi. Terlihat Luna sedang berdiri bersandar di tembok. Seketika bibir pink nya berubah jadi pucat.
"Ke dokter ya, biar mama suruh Ethan anterin" bujuk Dina menatap iba menantunya yang sedang hamil muda.
"Aku hanya butuh istirahat ma,"
"Harus ke dokter nak, sekalian cek keadaan kandunganmu. Nanti sekalian minta obat pereda mual," Dina menuntun Luna keluar dari kamar mandi dan segera mengantarnya ke kamar yang ada di lantai atas.
"Tan ...bangun!" Seru Dina seraya mengguncangkan tubuh Ethan yang besar itu,"antar istrimu ke dokter!"
Luna hanya duduk di tepi ranjang melihat aksi mertuanya yang sedang membangunkan suaminya yang masih enggan untuk bangun. Luna merasa pusing dan semakin mual. Dia segera ke kamar mandi dan memuntahkan cairan bening.
"Lihatlah, istrimu muntah terus," seru Dina seraya menatap kesal Ethan yang sudah di bangunkan. Ethan segera mendudukkan dirinya dengan malas.lalu mengusap wajahnya. Dia sedang mengumpulkan nyawanya.
Terlihat Dina keluar dari kamar mandi lalu mendudukkan dirinya di tepi ranjang di dekat Ethan.
"Cepat antar istrimu, dia semakin lemas,"
"Iya ma, aku cuci muka dulu," Ethan segera beranjak dari kasur lalu ke kamar mandi. Sedangkan Luna masih duduk diam. Dia merasakan rasa tidak nyaman di tubuhnya.
"Sabar ya Luna. Memang seperti ini resikonya menjadi seorang ibu. Tapi nanti jika sudah empat atau lima bulan. Pasti tidak akan mual lagi,"ucap Dina seraya memijit tengkuk Luna.
"Mama dulu juga begini waktu hamil?" Tanya Luna tanpa menatap mertuanya. Dia menunduk menimati pijatan mertuanya itu.
"Iya malah harus di infus, sampai beberapa hari mama hanya di kamar,"jawab Dina sembari terus memijat.
"Berati Ethan udah bandel sejak di dalam kandungan"gumam Luna. Mengingat Ethan yang sudah menghamilinya.
"Dia sebenarnya anak yang baik, dia selalu bersikap sopan pada perempuan. Tapi mungkin saat bersamamu, dia melakukan itu karena mabuk" ucap Dina mencoba merubah pandangan Luna tentang Ethan.
Terlihat Ethan sudah keluar dari kamar mandi. Dia segera menyisir rambutnya dengan rapi lalu menghampiri ibu dan istrinya.
"Ayo berangkat ke dokter" ajak Ethan. Luna segera beranjak dari duduknya di ikuti oleh Dina. Mereka segera keluar dari kamar.
Di ruang tamu terlihat Edward sedang duduk di sofa bersama Viona. Nampaknya mereka sudah selesai makan.
Melihat mantannya masih disini, membuat Luna semakin tidak mood, dia masih merasakan sakit hati melihat Edward bersama Viona. Masih tersisa rasa cinta di hatinya untuk Edward. Karena dulu Edward meminta tiba-tiba putus, padahal sebelumnya tidak ada masalah.
"Udah dari tadi disini?" Tanya Ethan seraya menatap Edward dan Viona.
"Belum lama," jawab Edward.
"Aku mau antar Luna ke dokter dulu,"pamit Ethan seraya menggenggam tangan Luna.
"Iya. Aku akan menunggu"balas Edward, matanya melirik Luna yang pucat. Dia merasa iba dan khawatir pada Luna. Biasanya Luna pecicilan. Edward sangat faham bagaimana Luna. Karena mereka berpacaran hampir tiga tahun. Namun dia terpaksa memutuskan hubungannya dengan Luna karena harus menikah dengan Viona. Viona adalah anak dari orang yang sudah membantu perusahaannya selamat dari kebangkrutan. Saat itu memang Viona tergila-gila pada Edward. Sehingga dia memanfaatkan situasi Edward yang sangat butuh bantuan. Sikap gengsi Edward yang tidak ingin meminta bantuan pada Dina dan Ethan membuatnya kehilangan kesempatan bersama Luna. Dan sekarang Luna malah menjadi istri Ethan.
Kini Edward hanya dapat merasakan cemburu. Begitu juga dengan Luna. Sedangkan Ethan dan Viona tidak tau bahwa Edward dan Luna pernah berhubungan.