Aku mengempaskan diri ke sofa di sisi Axel setelah meletakkan cangkir kopi ke atas meja. Mataku lurus menatap siaran malam teve, sebuah lawakan yang diperankan beberapa artis Indonesia.
Axel menyesap kopinya yang masih mengepul.
"Kalo lu capek, istirahat aja. Gue nanti pulangnya, mo ngasoh dulu sebentar," ucapnya.
"Bener, nih. Nggak apa-apa gue tinggal?" Aku menoleh padanya, dijawab gumaman dan anggukan kecil. Lantas dia meletakkan cangkirnya lagi.
Belum juga aku melangkah, Axel kembali berujar.
"Masih ada waktu buat kembali. Pikirkanlah. Karena kalau palu sudah diketok, gue nggak akan lepasin lu, Re." Dia menatapku.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com