webnovel

Anugerah dan Ujian

Sudah aku duga, akhirnya Satria minta keluar dari studio sebelum film berakhir. Ada kelegaan pada wajahnya saat kami sudah keluar studio. Popcorn yang aku peluk masih banyak padahal.

"Film apaan itu? Sama sekali nggak menghibur," gerutu Satria dengan bibir mencebik.

"Memang film itu bukan buat menghibur, Bang. Tapi buat bikin kita takut. Kalau kita nggak takut, artinya film itu nggak sukses. Namanya juga film horor."

"Aku pikir kamu takut. Makanya aku mau nonton itu juga. Kalau kamu takut kan bisa peluk aku. Tapi semua nggak sesuai ekspektasi." Satria memutar bola mata sebal.

"Itu namanya mencuri' kesempatan dalam kesempitan, Bang. Niat kamu udah nggak bener, makanya senjata makan tuan kan?"

Satria berdecak. "Apanya yang kesempatan dalam kesempitan? Kamu itu istriku, Sayang. Semuanya buatku itu kesempatan." Satria menyeringai lebar.

Aku menggeleng, nggak percaya dengan kelakuan absurdnya. "Jadi, kita mau ke mana sekarang? Pulang?"

ตอนที่ถูกล็อกไว้

สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com

ตอนถัดไป