Siangnya, mama sama papa datang. Aku sedang membaca berita daring. Mulai dari kasus telor dan cabe yang harganya sedang naik di pasar, sampai terkuaknya kasus video 19 detik.
Sementara Satria sedang sibuk di depan laptop dengan berkas-berkas yang berserakan di atas meja. Kacamatanya tampak melorot sangkin seriusnya.
Dia juga sempat mengadakan zoom meeting sebelum mama dan papa datang.
Satria langsung menyambut mama dan papa. Seperti biasa, mama langsung bawel.
"Haduh, Nak Satria, Rea kok bisa dirawat gini? Bukannya kemarin itu dia ada sidang?" Mama langsung menghampiriku.
"Jangan tanya Bang Satria, Ma. Dia nggak tahu apa-apa. Rea aja yang makannya sembarangan."
"Huh, kamu yakin? Bukan karena kamu ngidam?"
Hah? Aku menatap Satria. Dia melepas kacamatanya. "Bukan, Ma. Dokter nggak ada bilang kalau dia hamil. Hanya salah makan saja," jelas Satria.
Mama terlihat agak sedikit kecewa. "Padahal mama berharap kamu hamil."
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com