Aku duduk di tempatku, di sebelah kursi Satria. Sejurus kemudian aku menatap teduh mata Kakek. Sejak lama aku ingin menanyakan sesuatu yang sudah membuatku penasaran.
"Kek, sebenarnya aku penasaran sama sesuatu."
"Penasaran apa, Nak?" Kakek melempar pandang padaku.
"Dulu itu bukannya Bang Satria hampir menikah dengan Jessi? Tapi kenapa Kakek bilang kami dijodohkan dari dulu?"
Satria menoleh mendengar pertanyaanku. Dia pasti bingung dengan pertanyaanku.
"Jujur saja, Kakek tidak terlalu mengharapkan Jessi menjadi menantu. Anak itu memang baik dan akrab dengan Kakek. Tapi bukan perempuan seperti dia yang Kakek harapkan menjadi menantu. Tapi Kakek bisa apa ketika Satria berniat menikah dengannya? Tapi lihat kan, apa yang terjadi? Wanita ambisius seperti Jessi, tidak cocok menjadi bagian keluarga Wijaya."
"Kamu dengar kan, Sayang? Cuma kamu yang cocok jadi menantu Kakek. Nggak bisa terbantahkan lagi," sambung Satria menyenggol lenganku.
"Apaan sih, Bang."
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com