"A-aku...."
Aku merasakan pelukannya di pinggangku semakin mengerat. Wajahnya pun semakin mendekat. Aku terpaksa membuang muka demi menghindari bersentuhan dengan hidungnya.
"Aku nggak akan membuatmu rugi sama sekali, Rea," bisiknya di telingaku membuat sekujur tubuhku merinding. Ya Tuhan, jantung tolong kondisikan gerakanmu. Satria mengendus leherku. Mama tolooong.
"Aku rugi, karena aku nggak bisa menikah dengan orang yang aku cintai dan juga mencintaiku," ucapku dengan tempo yang sangat cepat hingga membuat gerakan Satria yang mengendus leherku terhenti. Dia menjauhkan badan tanpa melepas tangannya. Memandangku sesaat sebelum akhirnya benar-benar melepasku.
"Mungkin kita bisa belajar."
Jujur aku agak sedikit terkejut mendengarnya. Aku tak perlu belajar untuk mencintainya. Perasaan itu tumbuh tanpa bisa aku kendalikan. Tapi mungkin bagi Satria terasa sulit mencintaiku, karenanya dia butuh belajar.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com