Sejak pembicaraan Martin dan juga Adi Prayoga via telepon, Eliza terus memperhatikan kekasihnya itu. Tak sedikitpun ia berpaling dari pria yang duduk di sebelahnya. Ia juga sangat cemas melihat ketegangan yang tersirat di wajah Martin.
"Apa yang terjadi, Martin?" cemas Eliza begitu melihat panggilan itu telah berakhir. Ia yakin jika hal buruk sedang terjadi. Tanpa mengalihkan pandangannya, Eliza menatap kekasihnya dengan penuh harap.
Sebuah usapan kasar dilakukan Martin pada rambutnya. Ia merasa tak berdaya karena harus duduk di kursi roda di saat yang begitu tak stabil.
"Entah dari mana, Natasya memiliki surat kuasa pengalihan saham dari Irene Mahendra. Padahal selama ini, surat kuasa itu tak pernah muncul. Bagaimana tiba-tiba ia memilikinya?" Hanya dengan sedikit harapan yang tersisa, Martin memandang kekasihnya itu. Ia sangat yakin jika Eliza mampu melakukan sesuatu yang berguna.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com