webnovel

Misteri Di Dalam Box

Happy Reading

Brian masih saja berdiri di depan pintu sambil menatap Imelda yang mulai terlelap dalam tidurnya. Dengan sedikit keraguan di dalam hati, Brian berjalan masuk dan mendekati seorang wanita yang terbaring di atas ranjang kamar. Dia pun duduk di pinggiran ranjang sambil terus menatap wajah cantik Imelda yang terlihat sedikit pucat. Pria itu mengumpulkan segala keberanian di dalam dirinya untuk menyentuh wajah wanita di hadapannya itu. Brian membelai lembut pipi Imelda lalu mengecup keningnya. "Aku sangat mencintaimu, Imelda. Akan ku lakukan apapun untuk membuatmu jatuh cinta kepadaku. Tak peduli meskipun nyawa akan menjadi taruhannya," gumamnya pada wanita yang memejamkan matanya karena terlalu lelah. Pria itu pun keluar dari kamar itu dan terlihat Martin sudah di luar menunggunya.

"Ada kabar terbaru dari penyerangan kemarin. Mereka semua adalah orang bayaran yang sengaja dikirim untuk menghabisi papamu. Apa kamu ingin mendengar siapa yang mengirimkan mereka?" tanya Martin pada Brian yang tak menunjukkan perubahan ekspresi apapun.

"Katakan! Tak perlu terbelit-belit," teriak Brian pada orang kepercayaan ayahnya itu. Pria itu menjadi kesal karena Martin selalu saja berputar-putar setiap kali memberikan sebuah info penting terhadapnya. Ingin rasanya, Brian memukul pria yang berdiri di depannya sambil terus menatap dingin padanya.

Martin menunjukkan sebuah foto di dalam ponselnya. Terlihat seorang pria yang cukup dikenal Brian. "Dia yang mengirimkan para pembunuh bayaran itu. Ku dengar ... Dimitry murka saat ayahmu membatalkan transaksi di antara mereka. Sebuah dendam muncul di kepalanya hingga pria tua itu kehilangan akal sehatnya dan ingin menghabisi seorang Adi Prayoga," jelas Martin dengan sangat yakin.

"Haruskah kita mengirimkan sebuah serangan balasan?" tanya Brian dengan wajah kesal. Dia merasa sangat tidak terima dengan penyerangan yang berakibat cukup fatal terhadap ayahnya.

"Tak perlu melakukan serangan balasan, kita cukup mengambil alih apa yang seharusnya mereka kuasai. Ku rasa itu jauh lebih setimpal daripada menembakkan sebuah peluru tepat di dadanya." Martin berkata seolah dia memiliki rencana hebat untuk menghancurkan mafia Rusia itu. "Dimitry bukan seorang pria yang peduli dengan rasa sakit. Baginya kekuasaan dan kekayaan di atas segalanya," tambahnya lagi.

Kedua pria itu akhirnya memilih masuk ke dalam ruang kerja Adi Prayoga untuk membicarakan rencana selanjutnya untuk menangani mafia Rusia itu. Mereka harus benar-benar bertindak rapi tanpa melibatkan aparat penegak hukum. Sebuah pembalasan yang tak berdarah namun justru menyakitkan dan menyiksa batin sang mafia.

Setelah beberapa jam tertidur, secara perlahan Imelda membuka matanya. Wanita itu sedikit terkejut dengan sebuah kamar yang begitu asing baginya. Dia langsung bangkit dan duduk sambil memandangi sekeliling kamar. "Aku baru ingat ... ini kamar Brian," gumam Imelda sambil turun dari ranjang. Wanita itu bermaksud untuk mencuci mukanya di kamar mandi. Entah apa yang sedang dipikirkannya, tiba-tiba saja kemeja yang sedang dipakainya menjadi basah. Imelda terlalu panik dan langsung mencari sebuah handuk di sana. Dia tak menemukan apapun. Wanita itu keluar dan mencari handuk di dalam lemari pakaian milik Brian. Saat pintu terbuka, tidak ada yang aneh di dalam lemari pakaian itu. Namun Imelda melihat sebuah box yang sangat cantik tersimpan di pojok lemari. Diraihnya box warna keemasan yang terlihat cukup mewah itu. "Brian menyimpan satu set perhiasan mewah?" pikirnya. Imelda pun mengambil box cantik itu dan bermaksud untuk melihat isi di dalamnya.

"Apa yang kamu lakukan di sana?" Tiba-tiba saja Brian datang dan langsung merebut box warna gold dari tangan Imelda. Pria itu terlihat panik dengan wajah yang sedikit pucat menatap sebuah box itu. "Jangan pernah menyentuh box itu!" serunya dengan tatapan yang sedikit aneh.

"Maaf. Aku hanya sedang mencari handuk, terlihat kotak itu begitu menarik. Ku pikir perhiasan di dalam kotak itu pasti sangat bagus," sahut Imelda dengan wajah sungkan. Wanita itu menjadi sedikit bingung dengan tatapan Brian kepadanya.

Pria itu mendadak merasa bersalah karena sedikit meneriaki Imelda. Brian pun mengambil sebuah handuk dari dalam lemari pakaiannya lalu memberikan pada Imelda. "Maaf. Aku tak bermaksud meneriaki mu. Benda itu sangat berharga bagiku," jelasnya sambil memberikan sebuah kemeja pada calon istrinya. "Pakailah kemeja ini dulu, sebentar lagi seseorang akan membawakan pakaianmu ke sini," ujar Brian sambil menaruh kembali box cantik itu ke dalam lemari pakaian lalu menutupnya.

Imelda menerima kemeja milik Brian itu kemudian mencoba melepaskan pakaiannya di depan calon suaminya. Wanita itu tak peduli, toh Brian sudah melihat seluruh tubuhnya. Bahkan pria itu juga sudah menikmati setiap sudut tubuh miliknya. Satu per satu kancing itu mulai terlepas, di detik selanjutnya Imelda menanggalkan pakaiannya dengan gerakan yang tidak terlalu cepat.

"Apa yang kamu lakukan? Kamu mau berganti di sini?" Brian masih tak percaya dengan pemandangan yang terlalu indah dan menggairahkan itu. Pria itu berkali-kali di buat menelan ludahnya sendiri karena tubuh Imelda yang terlalu menggodanya.

Imelda langsung membalikkan badannya dan memperlihatkan bra warna hitam yang begitu sexy menempel di dadanya. Sebuah pemandangan yang terlalu indah bagi Brian yang sudah lama mengagumi sosok Imelda. "Ada apa dengan wajahmu? Bukankah kamu sudah melihat semuanya? Bagaimana wajahmu bisa sangat mesum menatap tubuhku?" Wanita itu memberikan beberapa pertanyaan sekaligus pada Brian.

Pria itu terlihat sangat salah tingkah mendapatkan tatapan tajam dari Imelda. Jantungnya seolah akan melompat keluar dari tempatnya. Dia sangat bingung untuk memberikan jawaban atas pertanyaan itu. "Bagaimana kamu bisa menyebutku mesum?" Bukannya menjawab Brian justru melemparkan sebuah pertanyaan kepada wanita itu. "Aku hanya seorang pria biasa, melihat wanita telanjang tentu saja meningkatkan gairahku dan itu itu sangat normal," kilahnya. "Jangankan telanjang ... melihat kamu berpakaian lengkap saja aku sudah sangat bergairah," batin Brian sambil menahan senyuman di dalam dirinya.

Imelda justru terkekeh geli mendengar jawaban dari Brian. "Bukankah kamu seorang player? Bagaimana bisa pria playboy bisa langsung bergairah dengan melihat tubuhku saja?" ledeknya dengan senyuman sinis sambil menertawakan pria yang masih berdiri dengan wajah yang memerah karena menahan hasrat di dalam dirinya.

"Jangan meledekku! Kamu sama sekali belum mengenalku," sahut Brian diiringi sebuah tatapan penuh arti. "Banyak wanita yang menari telanjang di depanku, sama sekali tak bisa membangkitkan gairahku. Hanya dengan sedikit pemandangan dari tubuh Imelda saja, rasanya aku sudah akan meledak karena tak bisa menahan gairah," gumamnya di dalam hati. Brian langsung membalikkan badannya agar tak menyaksikan sebuah pemandangan yang mampu menghancurkan pertahanan dirinya. "Cepat ganti pakaianmu sebelum kamu kedinginan," ucap Brian tanpa melihat sosok wanita di belakangnya.

"Kenapa kamu harus malu-malu seperti itu? Jangan lupakan ... jika kamu sudah pernah menikmati tubuh ini. Jangan terlalu munafik di depanku," sindir Imelda sambil melepaskan pakaiannya dan mengganti dengan kemeja milik Brian.

Next chapter