Happy Reading
Suara musik yang cukup keras dengan kelap-kelip cahaya lampu memenuhi seluruh ruangan yang dipenuhi oleh kepulan asap rokok yang begitu menusuk hidung. Puluhan orang-orang berkumpul dalam suasana yang cukup menggairahkan. Aroma alkohol yang begitu terasa hingga menyengat hidung membuat alam bawah sadar bergejolak membuat lautan manusia itu menggerakkan tubuhnya dalam alunan musik. Tenggelam dalam panasnya suasana yang sangat menggelora.
"Bos. Seorang wanita memaksakan diri untuk menemani Anda malam ini." Seorang pria dengan pakaian rapi baru saja masuk ke dalam VIP room di tempat itu. Dia menemui seorang pria yang menjadi bos-nya.
"Biarkan dia masuk! Aku ingin melihat seberapa hebat dia bisa menggodaku," jawab pria itu dengan wajah angkuh sambil duduk seorang diri di ruangan itu.
Seorang wanita yang cukup cantik dengan pakaian yang kurang bahan masuk ke dalam ruangan itu dan menghamburkan diri ke pangkuan pria di ruangan itu. "Brian! Kamu hampir saja mematahkan hatiku," ucap wanita itu dengan gaya bicaranya yang cukup menggoda sambil menempelkan tubuhnya di dada pria itu. Wanita itu sengaja memberikan sedikit gerakan sensual untuk menggoda pria di hadapannya. Sikap dan tatapan Brian yang sangat dingin membuatnya tertantang untuk menaklukkan pria yang menjadi idola para wanita di club malam itu. Tak mendapatkan sebuah respon yang cukup berarti dari Brian, wanita itu sengaja menurunkan bajunya hingga sampai di dadanya yang cukup besar dan menggoda.
Namun Brian justru mendorong wanita itu agar lebih menjauh. Melukiskan aura membunuh pada wanita yang berusaha setengah mati untuk menggodanya itu. "Bahkan jika kamu menari telanjang di hadapanku sekarang, aku tak akan tertarik padamu," cetusnya tanpa perasaan.
Mendadak wanita itu menjadi pucat tanpa gairah. Langkah kakinya terasa sangat berat, dia begitu ketakutan melihat ekspresi wajah Brian. "Bagaimana kamu bisa menolak tubuhku? Biasanya kamu yang memintaku untuk memuaskan dirimu di atas ranjang," ucapnya dengan suara bergetar dan menyedihkan.
Brian justru menertawakan wanita itu tanpa perasaan. Dengan pandangan yang terlihat seperti sedang menghinanya, Brian bangkit dari tempat duduknya dan melemparkan segepok uang padanya. "Ambil uang ini dan jangan pernah mendatangiku lagi. Asal kamu tahu, aku tak pernah mendapatkan kepuasan dari tubuhmu itu." Perkataan Brian telah menjadi sebuah penghinaan bagi wanita itu. Tanpa menunggu untuk diusir dengan cara tidak manusiawi, wanita itu memilih mengambil uang tadi dan segera keluar sebelum pria itu berubah menjadi monster.
Begitu sampai di luar, wanita itu menemui bodyguard Brian yang sedang bersama wanita-wanita di club malam itu. "Apa kalian tahu, apa yang sebenarnya terjadi pada bos kalian? Dia benar-benar tidak tertarik dengan tubuhku yang sexy ini," gerutu wanita yang baru saja keluar dari VIP room.
Beberapa bodyguard itu saling menatap satu sama lain. Jangankan wanita itu, mereka juga bingung dengan perubahan sikap Brian akhir-akhir ini. "Aku juga tak tahu, tetapi seingatku bos berubah sejak wanita yang menghabiskan malam dengannya itu meninggalkan dirinya," ucap salah satu bodyguard Brian.
"Aku juga mengingatnya, pagi itu bos mengamuk dan melukai dirinya. Padahal wanita itu seperti wanita murahan biasa," sahut seorang yang lainnya dengan wajah yang heran.
Tanpa mereka sadari, Brian sudah berdiri di belakang mereka semua. "Laura! Bukankah aku sudah membayarmu! Bagaimana bisa kamu mendekati bodyguard yang bekerja untukku?" ucap Brian dengan aura membunuh. Wanita itu langsung pergi begitu saja tanpa mengatakan apapun. "Dan kalian bertiga, bisa-bisanya menceritakan keburukan atasanmu pada wanita murahan itu. Kembali ke markas!" Brian terlihat sangat murka dengan kebodohan mereka semua.
Brian pun berjalan duluan untuk keluar dari club malam itu. Tanpa di sadari olehnya, seseorang sejak tadi mengintainya. Di saat Brian baru saja menatap ponselnya, tiba-tiba seseorang datang dan langsung menusukkan sebilah pisau di perutnya. Pria itu tak sempat menghindar, tubuhnya langsung terjatuh di jalanan itu.
"Bos!" Bodyguard yang baru saja keluar sangat terkejut mendapati Brian sudah bersimbah darah dalam keadaan setengah sadar. Dua orang bodyguard berusaha mengejar pelaku penusukan dan seorang lagi langsung melarikan Brian ke klinik sahabatnya, Kevin. Dengan kecepatan yang cukup tinggi, mereka tiba di klinik itu. Bodyguard itu menggendong Brian di belakang punggungnya dan membawanya masuk ke dalam klinik.
"Cepat panggilkan Dokter Kevin!" teriaknya pada perawat yang masih berjaga di sana. Perawat itu langsung berlari ke ruangan dokter.
"Dokter! Sahabat Anda kembali terluka," seru perawat itu dengan sangat panik. Secepat kilat Kevin keluar dari ruangannya dan langsung memeriksa keadaan sahabatnya itu.
"Apa yang terjadi dengan Brian? Kalian bodoh atau apa! Sudah beberapa kali pria bodoh ini terus saja terluka," teriak Kevin pada bodyguard Brian yang terlihat ketakutan melihat keadaan bos-nya yang sudah tidak sadar. Kevin langsung memeriksa luka dari sahabatnya itu dan langsung mengambil tindakan. Setelah menjahit luka tusukan itu, Kevin menyuntikkan obat tidur pada pria yang terbaring lemah di ranjang klinik itu. "Cepat selidiki hal ini, sebelum pria kejam itu datang membunuhmu," cetus Kevin pada pria yang terlihat sangat mengkhawatirkan bos-nya itu.
"Saya titip bos saya di sini, Dokter Kevin." Pria itu langsung meninggalkan klinik itu untuk menemukan pelaku penusuk Brian.
Beberapa jam kemudian, Kevin masih duduk di samping Brian yang masih belum sadar. Pria itu merasa kasihan melihat keadaan sahabatnya yang sangat menyedihkan. "Bangunlah, Bodoh! Kamu membuatku ingin menyuntik mati dirimu saja!" gerutu Kevin dengan ucapan kasar karena sangat kesal. Pria itu berdiri dan terus memandangi wajah pucat sahabatnya itu. Tak berapa lama Brian berangsur membuka matanya. Hal pertama yang dilihatnya adalah aura membunuh pada wajah Kevin.
"Sepertinya kamu ingin sekali membunuhku," cetus Brian dengan suara lirih namun terdengar cukup jelas.
"Sekali-kali datanglah ke hadapanku dalam kondisi utuh dan tidak terluka. Kamu selalu saja membuat jantungku berhenti berdetak untuk sejenak," balas Kevin dengan wajah sangat kesal dan mata berkaca-kaca.
Brian memaksakan sebuah senyuman tulus pada sahabatnya, walaupun tusukan itu masih terasa sangat menyakitkan baginya. "Maaf. Aku selalu merepotkanmu," sesalnya dengan kesedihan yang terlihat jelas di wajahnya. Pria itu memang sudah merasa bosan dengan kehidupan yang sedang dijalaninya. Sejak cinta satu malamnya bersama Imelda, pria itu jadi lebih sering terluka. Brian tak bisa fokus pada pekerjaan yang harus dilakukannya, meskipun membawa beberapa bodyguard terasa sama saja. Pria itu selalu pulang dalam keadaan terluka. Entah itu luka tembak, tusukan atau pukulan dari benda keras. Brian tak bisa menjalankan misinya seperti sebelumnya. Padahal dulu, Brian menghadapi belasan musuhnya seorang diri tanpa terluka yang berarti. Dan sekarang, gara-gara seorang wanita pria itu hampir merenggang nyawa beberapa kali.