webnovel

Part 54

"Daddy!!! Mommy in danger!!!" ucap Elven khawatir. Ia akan berlari ke arah mobil Ivi sebelum Felix menghalanginya.

"No El!! Mommy is safe!! Stay here!! Kita harus menghabisi mereka terlebih dulu!!" tegas Felix.

"But Mommy in danger hiks..." lirih Elven.

"A boy is a strong person ever in the world. They may not cry. So, don't cry... You're strong" nasehat Felix.

"Save my mom God..." lirih Elven.

"Aamiin..." Felix memeluk Elven sejenak lalu kembali bertarung.

Di lain sisi, Calvin bertemu dengan Irene dan Irsyana.

"Hai loser.. Akhirnya ketemu juga" sinis Calvin. Irene menatap nanar mantan suaminya itu.

"Pa..." lirih Irsya.

"Jangan panggil saya dengan kata itu! Anda bukan anak saya!" bentak Calvin yang membuat Irsyana meneteskan air matanya.

"Calvin!" bentak Irene.

"Apa?!" balas Calvin.

"Kita mungkin sudah menjadi mantan suami istri. Tapi gak akan pernah ada yang namanya mantan anak Vin! Irsyana tetaplah anak kamu..." ucap Irene.

"Saya tidak membutuhkan anak seperti dia! Bisa aja kan dia itu bukan anak saya tapi anak kamu dengan si sialan itu!" sinis Calvin.

"Aku memang mencintai Alfi! Tapi gak pernah sekali pun aku membiarkan dia menyentuh aku sebelum pernikahan! Aku gak nyangka orang seperti kamu bisa berpikiran sekotor itu!" Irene.

"Oh ya?? Apa kabar dengan wajah polos kamu?! Orang munafik seperti kamu itu gak pantes bicara seperti itu dengan saya! Seperti apa ya??? Maling teriak maling!"

Plak!!!

Satu tamparan mendarat di pipi mulus Calvin. Dengan emosi Calvin membalas tamparan itu lebih keras.

PLAK!!!

Satu tamparan lolos begitu saja dari tangan Calvin mengenai wajah Irene. Irene memegangi pipinya.

"APA?!!! Seharusnya dari dulu gue giniin lo bitch!!! Lo itu perempuan sialan! Yang udah ngerusak kebahagiaan gue!! Gue akan bunuh lo BITCH!!" Emosi Calvin kini menggebu-gebu. Ia mendorong Irene hingga tersungkur. Irsyana jongkok untuk membantu Irene.

"Ma... Mama gak apa-apa?" tanya Irsya cemas.

"Halah gak usah drama ya kalian!! Meskipun katanya lo anak gue, gue gak akan segan-segan buat membunuh lo!! Anak pembawa sial!" emosi Calvin.

Calvin akan memukul Irsyana namun....

"AKEL!!!!" Teriak Elven sambil berlari ke arah mereka.

Calvin melirik Elven. Elven telah tiba di antara mereka.

"Sadar kel... Mereka itu perempuan! Akel gak boleh nyakitin perempuan! Bagaimana pun, Irsyana adalah anak Akel dan Irene pernah menjadi istri akel..." kini Elven tak lagi menggunakan embel-embel tante untuk memanggil Irene.

Irene terus memegangi pipinya. Ia merintih kesakitan dengan tubuh yang masih tersungkur.

"Argh!!! Saya tidak akan pernah membiarkan kalian bahagia!!" bentak Calvin dan meninggalkan mereka. Elven pun menyusul untuk kembali melawan musuh lainnya. Dari kejauhan, sepasang suami istri menatap kejadian itu dengan senyum miring.

"Akhirnya saya bisa menghancurkan kalian semua tanpa perlu mengotori tangan saya sendiri..." ucap perempuan paruh baya itu dengan senyum miring.

"Akhirnya kita bisa mengendalikan mereka semua." lelaki paruh baya itu menambahi.

"Kalian akan hancur di tangan keluarga kalian sendiri hahahah...." tawa mereka.

Seseorang tiba-tiba menghampiri mereka.

"Dan akhirnya semua kekayaan yang sudah mereka rintis menjadi milik kita seutuhnya... Hahahha" perempuan yang baru tiba ikut tersenyum miring.

"Kita akan menjadi orang yang paling kaya tanpa perlu bersusah paya... Bodoh!" seorang lelaki ikut dengan mereka.

"Ternyata semudah itu menghancurkan mereka." tambah perempuan lain.

"Belasan tahun kita menunggu hari ini dan akhirnya kita sampai pada titik akhir ini..." ucap seorang lelaki.

"Kalian memang anak-anak yang cerdas! Saya bangga dengan kalian" ucap wanita paruh baya itu.

"Tentu bu... " kompak mereka.

"Tidak sia-sia saya dan istri saya merawat kalian" ucap pria paruh baya itu.

Keempat anak angkat mereka pun tersenyum miring dan saling tatap tanpa sepengetahuan sepasang suami istri itu.

'Dan sebentar lagi, akulah yang akan menghancurkanmu..' batin perempuan itu.

'Akulah yang akan menguasai semua ini." batin seorang lelaki.

Di lain sisi, Felix tengah beradu kekuatan dengan Alfi. Mereka saling memukul satu sama lain.

"Kau harus hancur!" ucap Felix.

"Akulah yang akan menghancurkanmu lebih dulu! Setelahnya, aku akan merebut Ivi!" Alfi

"Sialan kau!!!" Felix melayangkan bogemannya pada sudut bibir Alfi. Alfi mengusap darah segar yang keluar dari sudut bibirnya dan berdecih.

"Cih!!! Sialan kau!!" emosi Alfi.

Bugh!! Alfi membalas perbuatan Felix. Mereka terus bertengkar.

Joe melawan tim Alfi. Saat sedang melawan, ekor matanya memicing karena menemukan suatu objek yang sangat mengganggu penglihatan.

"Siapa orang di dalam mobil itu? Gue harus cari tahu!" saat Joe akan bergerak menuju mobil tersebut, Seseorang menarik kerah bajunya. Spontan, Joe berbalik. Ia langsung menunjang tulang kering lelaki itu.

BUGH! BUGH BUGH!!

Ia membabi buta memukuli lelaki itu. Hingga lelaki itu lemah tak berdaya di atas aspal.

"Jangan menggangguku sialan!" emosi Joe dan berjalan ke arah mobil itu, namun lagi-lagi langkahnya terhenti saat tubuhnya ditendang dari belakang. Joe tersungkur. Ia mengumpat.

"Sialan!!! Beraninya kau menendangku dari belakang!" emosinya mengusap wajahnya dan Bangkit. Ia membalas orang itu hingga tersungkur dan lemah.

"Mati kau!" terakhir, Joe menginjak perut lelaki itu dengan satu kakinya. Namun, saat ia akan kembali melangkah menuju mobil itu, ternyata mobil itu telah menghilang.

"Argh!! Sialan!! Ke mana perginya mobil itu?!" emosi Joe. Elven menghampirinya.

"Joe!" ucap Elven pada Joe. Joe menoleh pada Elven.

"Hai El ada apa? Kau butuh bantuanku?" tanya Joe lembut.

"What are you doing here?" tanya Elven.

"Hm nothing... What's wrong?" Elak Joe.

"I'm worry you" ucap Elven.

"I'm okay.. Ayo kita selamatkan tim perempuan!" ucap Joe karena beberapa tim Alfi telah gugur.

"Ayo Joe!" ucap Elven.

Joe tersenyum, mereka melangkah menuju mobil perempuan.

Sementara Calvin melawan tim Alfi yang wajahnya tak asing di matanya.

"Kau?????..... Sialan! Kau security di perusahaanku kan?!" emosi Calvin. Ternyata lawannya adalah security di perusahaannya sendiri.

"Hahah... Halo Calvin!! Bagaimana?? Security mu sendiri ternyata adalah musuhmu... Hahaha" tawa security-nya itu.

"Tidak tahu diri!!" emosi Calvin.

"Ya, memang semua karyawanmu itu tidak tahu diri. Mereka semua menjadi seperti itu atas dasar ulah istrimu sendiri!" sinis security itu.

"Sialan!! Aku tak kan pernah membiarkan kau hidup!"

"Dan aku pun begitu. Di sini, kau akan tahu siapa sebenarnya securitymu itu" ucapnya dengan smirk.

"Kau kira kau akan menang? Cih" desis Calvin.

Bugh!! Calvin melayangkan bogemannya pada perut Roy. Roy pun merintih kemudian melakukan pembalasan. Mereka saling berkelahi.

Di lain sisi, Alfi tengah tersungkur akibat tendangan kuat dari Felix. Kini Alfi berada di bawah Felix dengan posisi Felix melangkahkan kakinya dan berdiri di antara kukungan badan Alfi. Kakinya terangkat akan menginjak perut Alfi namun dibatalkan.

"Oooppsss.... tidak jadi ah... Rasanya kurang seru jika langsung menyaksikan kematianmu." ucap Felix dengan tawa iblis nya.

"A-ku... ti-tidak akan ma-mati se-ce-pat itu.." ucap Alfi terbata-bata. Irene yang melihat hal itu langsung berlari menghampiri Alfi. Ia terduduk di aspal dan mengangkat kepala Alfi kemudian diletakkan di pahanya yang disusul oleh Irsyana.

"Kak.... Kakak harus kuat..." ucapnya dengan isak.

"Oh ternyata kau di sini bitch... Menyelamatkan rajamu uh? Hahah... Dia akan segera mati. Ya, mati dengan cara mengenaskan!" ucap Felix.

"Kau kejam Felix!!" bentak Irene.

Felix dengan emosi menjambak rambut Irene. Irsyana membantu Irene untuk melepaskan jambakan Felix.

"Lepasin mama paman!!" teriak Irsyana.

"Hey anak sialan! Jangan ikut campur!" tegas Felix.

"Hiks... tolong" Irsyana.

"Lepaskan aku FELIX!" Bentak Irene.

Felix langsung mendorong Irene.

Irene jatuh ke tubuh Alfi. Lalu, Felix berlalu meninggalkan mereka.

"Kak?? Bangun... Tolong jangan koma lagi... Hiks" lirih Irene.

"Ban-tu a-ku ke-ru-mah sa-kit ren" ucap Alfi.

"Irsya, bantu mama gotong om" ucap Irene dan mereka memapah Alfi ke mobil.

Di lain sisi, Elven dan Joe telah berhasil menghabisi tim Alfi. Semua tim Alfi telah gugur. Tim kepolisian langsung meringkus mereka. Bahkan, Alfi yang akan dibawa ke rumah sakit pun dihadang oleh polisi. Polisi akan mengamankan mereka semua. Tentu akan membawa mereka ke Rumah Sakit terlebih dulu namun tetap dalam pengawasan tim kepolisian.

Next chapter