webnovel

Part 20

Ivi dan Calvin pun sedang menikmati sarapan pagi mereka.

"Felix sudah hubungi lo kak?"- Calvin membuka obrolan.

Ivi diam dan hanya menggelengkan kepalanya.

"Mungkin hpnya mati kak... Sabar ya kak..."

"Iya vin.. Aku maklum kok.. Resiko aku juga yang nikah sama dia.. Disaat aku hamil besar gini, dia malah gak ada di samping aku. Heheh..."

"Gue tahu kak... Pasti rasanya sakit banget. Disaat lo butuh sosok suami yang perhatian sama lo karena kondisi lo ini, suami lo malah dengan tega gak peduli sama lo. Apa yang terjadi?! Gue gak bisa diam aja. Gue harus cari tahu. Ini bener-bener aneh!"-Batin Calvin

"Vin, aku mau ke halaman belakang,ntar kalau sudah siap, piringnya letak di pencucian piring aja ya.."

"Siap kak.."

Ivi duduk di tepi kolam renang rumahnya, ia menggerakkan kakinya di air, sambil sesekali ia mainkan air itu dengan tangannya. Ia merasa sedikit tenang dengan itu.

"Aku rindu.. Apakah kamu juga merasakan hal yang sama? Di mana kamu sekarang? Kenapa belakangan sikap kamu ke aku berubah? Aku salah apa?"Batin Ivi. Ia meneteskan air matanya. Sungguh, ia sangat terisak. Ia menangis dalam diam, tentu itu sangat menyakitkan. Ivi menunduk, menatap air di kolam itu. Tenang dan dingin.

Calvin terus memperhatikan Ivi dari balik jendela. Ia tak tega. Hatinya ikut tersayat melihat Ivi seperti itu. Ia tahu bahwa Ivi sedang dalam kondisi buruk sekarang. Hati Ivi tentu berantakan dan bertanya-tanya mengenai suaminya.

"Maafin gue kak.. Gue gak bisa bantu apa-apa... Gue juga belum dapat informasi soal Felix.." cuman Calvin.

Ivi pun berdiri dan duduk di kursi yang ada di halaman belakang tersebut. Ia mengelus perutnya yang mulai membesar.

"Hai baby... Maaf ya.. Mama belum bisa sampaikan rindu kamu ke papa. Kamu pasti pengen banget diajak ngobrol sama papa, mama tahu kok dari cara kamu bergerak di dalam. Tapi, papa belum bisa sayang.. Kamu doain ya semoga papa bisa cepat pulang dan kita bisa kumpul lagi. Please,jangan nyakitin mama ya dari dalam. Mama sayang banget sama kamu..." Ivi menahan tangisnya. Ia menatap kosong ke depan. Ia bingung.

Hati Calvin kembali tersayat melihat itu.

"Gue bener-bener gak sanggup ya Allah... Di saat seperti ini, Ivi harus menanggung semuanya. Pasti sakit banget.. Ya Allah kuatkan Ivi..." Gumam Calvin. Tak tahan melihat kesedihan Ivi, Calvin datang dengan tissue di tangannya.

"Kak, nih usap air mata lo.. Gue tahu lo nangis tadi.."ucap Calvin sendu.

Ivi menatap Calvin dengan tatapan sendu.

"Thanks.." Ivi mengambilnya dan mengusap air matanya.

Calvin ikut duduk di kursi sebelah Ivi.

" Lo kalau perlu sesuatu bilang sama gue ya kak.. Gue bakal selalu bantuin lo.. Lo gak perlu sungkan. Selama Felix gak ada, gue yang bakal gantiin posisi dia." ucap Calvin. Tentu ucapan itu membuat Ivi menatap bingung pada Calvin. Yang ditatap pun akhirnya menjelaskan.

"Hmm maksud gue, kayak hal-hal kebutuhan lo kak.. Lo mau kemana atau mau apa gitu lo bisa bilang ke gue. Gue siap bantu kok.." Ucap Calvin kikuk.

"Heheh iya vin... Makasih ya kamu sudah baik banget sama aku."

"Iya kak sama-sama."

Drrttt...

Hp Calvin berdering. Calvin melihat notif tersebut dan ternyata ada panggilan masuk dari anak buahnya.

"Kak,bentar ya gue angkat telpon.. Heheh"

"Eh iya vin gapapa..."

Calvin sedikit menjauh.

'Bos, saya mengirimkan beberapa bukti melalui email anda. Dia selingkuh bos. Lebih tepatnya dengan sahabat istrinya sendiri. Tapi, berdasarkan informasi yang saya dapatkan, dia dijebak bos. Bos bisa lihat langsung pada kiriman di email.'- ucap Orang di seberang sana.

Calvin langsung memutuskan sambungan dan mengecek email nya. Benar, terdapat foto Felix yang memeluk perempuan lain di sebuah kamar. Wanita itu juga mengecup Felix dengan nafsu. Yang Calvin tak percaya, di foto itu, Felix dalam keadaan sadar. Ya, matanya terbuka. Setelah lama menatap foto tersebut, Calvin menyadari sesuatu.

"Wanita ini... Bukankah dia pasien yang waktu itu periksa denganku? Dan ternyata dia sahabatnya Ivi?! Bedebah! Dasar jalang! Aku akan menghancurkan hidupmu jalang!"- Batin Calvin.

Ivi yang melihat Calvin berdiri terlalu lama sambil menatap ponsel nya, Ivi pun memanggil.

"Vin, telepon dari siapa?"

Calvin beralih menatap Ivi. Ia pun berjalan ke arah Ivi dan duduk.

"Ah itu tadi asistenku kak..."

"Oh.."

"Kak, mau tanya nih.."

"Apa?"

"Kakak punya sahabat? hm cewek?"

"Iya,kenapa?"

"Namanya siapa?"

"Kok kamu nanya gitu? Kamu mau aku kenalin? Heheh"

"Ah.. Cuma pengen tahu aja heheh.."

"Oh.. Namanya Shena Adinda ... Kamu mau kontaknya?"

"Boleh?"

"Boleh donk.. Dia juga single lho.. Siapa tahu kalian cocok heheh..."

"Heheh bisa aja kakak..."

"Lo baik banget kak.. Sumpah.. Tapi sayangnya,sahabat lo itu dengan gak tahu dirinya malah mengkhianati lo.."Batin Calvin

"Nanti langsung dichat aja... Baik kok dia."

"Hm iya kak..."

"Bahkan dia gak sebaik yang lo kira kak..." Batin Calvin

Tok tok tok

"Kayaknya ada tamu deh vin.... Ayo kita buka.."

"Ayo kak.. Sini aku bantuin.." Calvin membantu Ivi bangkit dari kursinya.

"Makasih.."

"Iya kak..."

Mereka pun berjalan dan membuka pintu.

"Siapa?" tanya Ivi karena orang tersebut membelakangi mereka.

Orang tersebut pun berbalik badan.

"Fe-felix..." Ivi tak sanggup mengatakan apapun. Ia begitu merindukan sosok di depannya. Kenapa Felix tidak langsung memeluknya? Otak Ivi pun bertanya-tanya.

"Eh dah pulang lo kak.." ucap Calvin basa-basi. Sebenarnya Calvin ingin langsung membunuh kakaknya itu, namun ia perlu menginterogasi Felix dahulu.

Felix hanya mematung. Ia tak berniat bergerak dari posisinya. Ivi hanya diam. Ia heran kenapa suaminya berubah?

"Apa kamu gak rindu sama aku? Sampai kamu gak berniat buat meluk aku? Atau sekedar menyapa aku? Setelah kamu tinggalin aku dan calon bayi kita selama lebih dari 6bulan.. Mungkin aku sudah bukan lagi prioritas kamu..."Ivi menahan tangisnya. Sungguh, rasanya begitu sakit. Tanpa sepatah kata pun, Ivi meninggalkan keduanya. Ia terlalu sakit melihat perubahan suaminya. Ia masuk kemarnya. Mengunci diri di dalam. Ia duduk di tepi ranjangnya.

"Hiks... Kamu kenapa? Kenapa kamu berubah? Bahkan disaat buah hati kita telah hadir... Hiks... Ya Allah... Kuatkan hamba..." Ivi menangis.. Ia menangis sejadinya. Ia tak dapat lagi membendung air matanya. Ia berdiri dan mengambil bingkai foto pernikahannya.

"Aku rindu.. Kenapa kamu berubah? Apa yang membuat kamu menjadi seperti ini? Mana janji suci itu? Mana semua ucapan manis kamu? Aku rindu suamiku yang dulu ya Allah... Hiks.." Ivi memeluk foto pernikahannya.

Sementara di lain sisi, Calvin memerintah Felix masuk.

"Masuk! Gue sudah gamau basa-basi lagi sialan!" Emosi Calvin.

"Maksud lo apa brengs*k?!" balas Felix yang tersulut emosi.

"Lo MASUK!!" Calvin langsung mendorong tubuh Felix untuk masuk ke rumah. Ia benar-benar emosi. Ia menutup pintu dengan kasar.

"Jaga sikap lo ke gue Bangs*t!!!" Felix sangat emosi saat ini.

"Lo yang bangs*t!!"

"Maksud lo apa?!"

"Gausah drama deh lo! Lo bener-bener gak punya otak?! Ha?!"

"Lo gak tahu apa-apa! Jadi gausah sok tahu!!"

"Apa yang gak gue tahu? APA?! Gue tahu semuanya!!! Lo bener-bener laki-laki brengsek ya Lix! Gue gak nyangka lo seburuk itu!"

"Lo gausah fitnah!"

"Fitnah apa?! Semuanya fakta! Lo mau ngelak?!"

"Gila ya lo?! Tiba-tiba lo judge gue kayak gini!!"

Geram dengan Felix, Calvin langsung menunjukkan foto di hpnya.

"Siapa wanita itu?! Lo selingkuh? Sama sahabat istri lo sendiri.!!??!!"

Deg!

Felix diam.

"Kenapa lo diam?! Gak mau buat pembelaan?!!"

"Lo gak tahu apa-apa!"

"Apa?!"

"Gue gak seburuk yang lo kira.." Felix mulai mengontrol volume bicara nya.

"Hahah... Munafik!"

"Dia jebak gue.."

"Halah.. Lo nya juga nafsu! Gausah ngelak deh!"

"Lo gausah sok tahu!"

"Gue lihat sendiri foto kalian! Gausa drama deh!"

"Gue dikasih obat tidur.. Dia ngejebak gue sampai gue kayak gitu.. Terserah kalau lo gak percaya. Gue gak berubah. Gue cuma gak mau dia bongkar semua ini ke Ivi. Dia itu pintar ngedrama.. Gue gak mau pernikahan gue rusak karena dia. Tapi whatever.."

"Halah! Lo gak usah ikutan ngedrama!"

"Maksud lo apa?! "

"Ceritain kronologinya! Gue bakal percaya kalau lo bisa jelasin semuanya!"

Flashback on

Kapal Felix sedang beristirahat di suatu tempat. Kemudian, Felix dihampiri oleh salah seorang nautika.

"Excuse sir..." ucap nautika tersebut.

"Yes, what's wrong?" jawab Felix

"There's someone wanna meet you."

"I never have a promise of anyone."

"She's a girl sir... Maybe, your sister or even your wife.."

"well, call her here.."

"Well sir.."

Kemudian nautika tersebut kembali lagi dengan seseorang yang dimaksud.

"You may back to your place.." ucap Felix pada nautika tersebut.

Dan nautika tersebut pun meninggalkan keduanya.

"Ngapain lo kesini?!" Ucap Felix tak suka.

"Hey... Jangan ketus gitu donk.." ucap Shena dengan nada bicara yang menjijikkan.

"Lo mau apa bitch?!" bentak Felix. Tentu itu membuat orang-orang di sekitar melihat ke arah mereka.

"Jangan teriak sayang... Nanti kita jadi pusat perhatian hmm.."

"Gausah bacot lo! Lo disuruh kakak lo kan buat kesini?!"

"Kalau iya kenapa?" ucapnya mengejek.

"Lo pergi dari sini!! Gue gak ada urusan sama lo!"

"Gak! Aku akan tetap disini.."

"Lo gila?!!"

"Karena kamu..."

"Lo mau apa SIH?!"

"Aku mau KAMU!"

"GUE GAK!"

"Ayolah Felix... Ngapain sih kamu bertahan sama istri kamu? Sudah jelas-jelas dia itu cewek gak bener. Banyak banget lagi mantannya.. Mending kamu sama aku.."

"Gausah gila lo! Bisa-bisanya lo jelekin sahabat lo sendiri...!!!"

"Dia bukan sahabat aku! "

Tak tahan terus diperhatikan, Felix menarik Shena ke ruangannya.

"Hey sayang... Duhh kok tarik-tarik sih? Kamu mau ngapain sih?" ucap Shena dengan nada bitch nya saat Felix menariknya.

Setelah di ruangan, Felix kembali menentang.

"Apa yang lo mau?!"

"Ceraikan dia!"

"Haha.. Gak akan!"

"Atau gue bakal buat hidup dia sengsara!"

"Coba aja kalau bisa!"

"Lo gak tahu? Senekad apa gue sama Alfi? Gue dan Alfi bisa saja buat lo kehilangan dia buat selamanya! Apalagi sekarang lo lagi di sini dan dia jauh di sana.. and.. lo gak lupa kan soal foto kita???"

"Gue gak takut sama ancaman lo!"

"We see!!" Shena mengambil Ponselnya dan mendial nomor.

"Halo.. Lakukan sekarang kak!"

"Lo gila?!!!" emosi Felix.

"I dont care!"

"Jangan pernah lo sentuh dia!!"

"Bodo amat! Sekarang gue mau pergi. Kalau lo gak mau istri lo celaka, lo harus jauhin dia!! Buat dia membenci lo!" Shena langsung pergi begitu saja.

"Argh!!!! Sial!!"

Flashback off

..

..

..

Ok kita sudah masuk di Part 20.. Semoga ceritanya semakin seru yaaa.... Thanks :)

Maaf untuk typo dan jangan lupa like and comment...

Next chapter