webnovel

Part 12

Setelah bertengkar hebat dengan Felix,Calvin memutuskan untuk mencari Ivi. Sementara Felix, ia belum dapat menetralisir amarahnya.

"Felix sialan!! Coba aja dia gak ngajak gue ribut,maybe Ivi gak bakal pergi gini dari rumah. Dia gak mikir apa ya kalau di Luar sana ada banyak orang yang pengen rusak rumah tangga mereka? Bodoh!!" monolog Calvin sambil menyetir mobil.

Di lain sisi, Ivi yang pergi dengan taxi pun bingung akan kemana. Untungnya ia membawa beberapa lembar uang yang ia selipkan di casing hpnya kalau tidak,ah dia tidak tahu bagaimana nasibnya yang pergi dari rumah orang tuanya sendiri. (Fyi Ivi tuh suka nyimpan duit di balik casing hp).

Ivi menangis tertahan.

"Kenapa sih kamu gak pernah bisa kontrol emosi? Bahkan sama adik kamu sendiri kamu cemburu Lix.. Oh ya Allah.. Tolong lindungi rumah tangga aku..."Batinnya.

"Mbak,kita mau pergi kemana ya?" Tanya sopir taxi itu.

"Kemana ya? Kan gak mungkin aku ke rumah Shena. Bisa-bisa aku ketemu sama Alfi di sana. Apa aku hubungi Shena aja ya?" Ivi kembali membatin.

"Hmm bentar ya pak saya hubungi temen saya dulu.."

"Baik mbak.."

'Assalamualaikum vi...'

'Waalaikumsalam na... Kamu lagi dimana?'

'Aku lagi di sekolah nih... Kenapa vi?'

'Kamu bisa gak ketemu sama aku sekarang?'

'Boleh vi tapi aku selesai setengah jam lagi. Gapapa kamu nunggu?'

'Hm gapapa na.. Yaudah kita ketemu di cafe biasa ya...'

'Ok vi... See you..'

'Too..'

Ivi memutuskan sambungan.

"Pak ke cafe **** ya..."

"Baik mbak..."

Tak lama mereka pun tiba disana. Ivi langsung mencari tempat duduk yang tepat. Ia duduk sedikit memojok agar saat ia menangis tak ada yang tahu. Saat Ivi duduk, pelayan itu menghampiri Ivi.

"Permisi mbak, ada yang bisa saya bantu?"- Ucap pelayan itu sopan.

"Hm saya pesan hot chocolate sama French fries aja ya mbak..."

"Oh,baik mbak sebentar ya..."

Ivi hanya mengangguk.

Ia masih kepikiran akan suaminya di rumah.

"Setidaknya berada di sini buat aku lebih tenang..." Ivi bergumam sambil melihat ke arah luar cafe. Fyi guys cafe nya itu serba kaca ya.. Jadi kalau duduk mojok itu bisa kelihatan pemandangan di luar cafe. Nuansa cafe nya juga bagus. Cafe ini juga punya taman yang super bagus. Makanya banyak yang sering booking outdoor cafe ini buat event gitu. Udaranya juga bagus guys... Pengaturan seat nya juga berjarak cukup jauh-jauhan jadi pengunjung lebih nyaman.

Alfi yang baru saja selesai membuat surat resign nya pun tak sengaja menoleh ke suatu tempat yang tak jauh dari tempat ia duduk di cafe ini. Alfi melihat wanita yang selama ini selalu ia cintai sedang duduk sendiri bersebrangan dengannya.

"Ivi?? Kok dia disini? Sendiri lagi..." gumam Alfi.

"Kelihatannya dia lagi sedih deh... Kenapa ya?? Hmm ini kesempatan yang bagus buat gue rebut dia.." Alfi mengeluarkan smirk nya. Ia pun menghampiri Ivi.

Ivi telah menerima pesanannya dan ia menyeduh Hot Chocolate nya sembari melihat pemandangan di luar cafe.

"Andai aku disini bareng kamu Lix..." ucap Ivi dengan mata yang masih berkaca-kaca.

Tiba-tiba ada seseorang yang duduk di depannya. Ivi mengira bahwa itu Shena sebelum ia melihat pasti siapa yang duduk.

"Sudah sampai shen-" ucapan Ivi terpotong saat melihat siapa yang duduk.

"Alfi! Kamu ngapain disini?"

"Hai vi... Apa kabar?" Alfi memancing.

"Ngapain kamu disini?"

"Yaelah vi ini kan tempat umum... Suka-suka aku dong... Kamu sendiri ngapain?"

"Bukan urusan kamu!" Ivi membuang mukanya.

"Kok kamu sendirian?"

"....."

"Kamu lagi ada masalah ya sama Felix?"

"...."

"Jawab dong vi.. Kok kamu gitu sih sama aku sekarang?"

"Stop ya Al!! Sekarang kamu pergi dari sini. Aku gak mau ada yang lihat dan salah paham!"

"Justru itu yang aku mau vi... Ada yang melihat kita dan suami kamu salah paham lalu-"

"Stop!"

Alfi tersenyum smirk.

"Sudahlah vi... Ngapain sih kamu pertahanin dia? Dia itu gak pantes buat kamu.. Buktinya dia lebih milih kerjaan nya dari pada kamu. Tinggalin dia vi.. Aku ada disini buat kamu.."

"Maksud kamu apa ngomong kayak gitu?"

"Berpisah lah dengan Felix dan kembali sama aku vi... Aku janji aku bakal buat kamu lebih bahagia..."

"Lebih bahagia dengan cara apa?! Berkhianat?!"

"Vi, kamu sudah tahu kalau semua itu cuma rencana Sasha.. Please lah vi jangan ungkit hal itu..."

"Maaf Al.. Hati aku terlalu sakit buat kenal sama kamu lagi!"

"Tapi aku gak seburuk yang kamu pikir vi.. Aku pengen perbaiki semuanya... Please vi.." Alfi menggenggam tangan Ivi yang terletak di atas meja.

"Aku janji akan memperbaiki semuanya. Aku janji vi... Aku sayang banget sama kamu.. Please vi..." Ivi melirik tangannya yang digenggam Alfi.

"lepasin tangan aku Al! Jangan buat masalah please! Aku ini istri orang! Kamu ngerti gak sih?!" Ivi berusaha melepaskan genggaman Alfi namun kalah.

"Aku gak akan lepasin sebelum kamu janji bahwa kamu bakal ninggalin Felix!"

"Kamu gila ya?! Aku gak akan pernah ninggalin Felix! Apapun yang terjadi! Lepas Al!!" Ivi terus berontak

"Gak!! Kamu harus ninggalin dia!! Aku gak akan pernah biarin dia rebut kamu! Aku bakal pastiin bahwa kamu akan jadi milik aku lagi!"

"Lepas!! Kamu jangan gila Al! Masih banyak perempuan di luar sana yang jauh lebih baik dari aku! Lepas Al!"

"Kenapa kamu dengan mudah lupain aku vi?"

"Bukan aku yang lupain kamu,tapi kamu yang memaksa aku buat lupain semua tentang kamu! Kalau aku ingat kejadian itu,sungguh menjijikkan!"

"Vi, aku gak pernah sentuh dia! Dia jebak aku dan kamu sudah tahu itu.."

"Aku gak peduli! Aku gak mau sama kamu lagi! Lepas!" Alfi semakin mengeratkan genggamannya hingga....

Bugh!!!

Satu pukulan mendarat di wajah Alfi. Mereka melihat siapa yang dengan berani memukul dirinya.

"Felix..." ucap Ivi terkejut.

"Lo!!" Geram Alfi.

"Gue sudah cukup sabar ya ngadepin lo selama ini! Dan sekarang gue gak bisa sabar lagi Bangs*t!! Lo bener-bener pengen hancurin rumah tangga GUE??!!!!"Ucap Felix emosi.

"Kalau iya kenapa?! Gak suka?!!" Ucap Alfi melawan.

"Sialan lo!!"

Bugh!!

Felix menumbuk perut Alfi.

"Bangs*t!!" Alfi akan membalas namun ia kalah.

"Lo jangan main-main sama gue! Gue bisa aja habisin lo sekarang tapi ini belum waktunya! Lo tunggu pembalasan gue!!" ucap Felix memperingati.

Seluruh orang yang ada di sana menyaksikan perbuatan mereka. Shena yang baru tiba pun dibuat kaget karena ia menemukan kakaknya yang sudah babak belur.

"kak Alfi.. Ada apa ini?" tanya Shena heran.

"....." Alfi masih memegangi perutnya yang sakit.

"Vi, kakak aku kenapa?" tanya Shena pada Ivi.

"Maaf ya na kakak kamu tadi di-" ucapan Ivi terpotong oleh Felix.

"Dia mau rebut Ivi dari gue dan gue langsung kasih pelajaran buat dia! Gue ingatin ya,berani lo deketin istri gue,nyawa lo bakal habis di tangan gue! Buat lo,jagain kakak lo. Cari perempuan yang masih single di luar sana. Jangan berani-beraninya rebut istri gue!" peringat Felix pada Shena dan Alfi. Setelah mengatakan itu Felix langsung membawa Ivi pergi.

"Ayo" Felix menggenggam tangan Ivi dan membawanya ke mobil.

Saat di mobil...

"Alfi bilang apa aja ke kamu?" Felix membuka pembicaraan.

"Gak kok..." Ivi berbohong agar Felix tak lagi marah.

"Jangan bohong... Dia pasti hasut kamu buat ninggalin aku kan?!"

"Lix,sudahlah.. Semua sudah berlalu.. Please gausah dibahas lagi.." putus Ivi

"Aku gak suka ya kalau kamu keluar-keluar rumah tanpa izin dari aku! Jadi gini kan akhirnya...!!" Marah Felix.

"Aku tuh kayak gini karena siapa?! Karena kamu?! Kamu tuh terlalu cemburu! Bahkan sama adik kamu sendiri!" kesal Ivi.

"Aku gini karena aku gak mau mereka rebut kamu dari aku.. Sudahlah.. Aku gamau panjang. Intinya setiap kali kamu mau pergi,kamu harus izin ke aku. Kalau aku gak izinin,kamu gak boleh pergi.."

"Gimana izinnya kalau nanti sudah balik berlayar? Hp juga susah dihubungi.." sindir Ivi dengan tatapan ke luar jendela.

"Kamu nyindir?!"

"Merasa?!"

"Yaiyalah!"

"Bodo amat! Emang gitu kenyataannya!"

"Gak! Aku gak gitu! Aku bakal usahain untuk selalu bisa angkat telpon kamu apapun kondisinya nanti..."

"Halah dulu juga gitu ngomongnya... Tapi apa?! It's just a nonsense..."

"Itu beda! Mulai sekarang aku akan lebih care ke kamu... Kamu gak perlu khawatir.."

"Terserah.. Malas juga perpanjang.. Karena sudah tahu juga ujungnya gimana.."

"Kamu kenapa sih?! Sensi banget sama aku kayaknya?!"

"Ntah! Aku capek! Mau tidur. Kamu nyetir aja yang bener!"

Felix melirik Ivi.

"Iya nyonya..." sindirnya yang diabaikan Ivi.

Hai...

Part 12 yaw...

Maaf banget aku baru update ceritanya. Soalnya beberapa waktu lalu aku sibuk banget. Jadwal aku full guys.. Jadi maaf ya heheh... Semoga kalian selalu sehat :)

Next chapter