Lingkaran sihir diatas Ibukota membuat manusia yang sudah mati menjadi hidup lagi, prajurit dari organisasi gelap dan prajurit kerajaan yang di hidupkan lagi tidak mengenal kawan atau lawan. Mereka menyerang siapapun yang ada dihadapan mereka, pertempuran itu berubah menjadi mimpir buruk yang sangat mengerikan.
*Bang!*
Teo menembak mayat hidup itu tepat dikepalanya, namun Mayat itu tetap bergerak mendekatinya "Sialan! Aku tidak menyangka akan melihat Zombie di dunia ini. Ini buruk," Gerutu Teo lalu ia mundur sampai ke dekat gerbang sekolah.
"He-Hey! Hentikan!" Prajurit Kerajaan yang sudah mati mengayun-ayunkan pedangnya kepada prajurit yang masih hidup, mereka semua menjadi ragu untuk melawan mayat hidup itu, karena mereka tidak dapat mengayunkan pedang mereka kepada rekan mereka sendiri. Karena hal itu, korban tewas dari kedua belah pihak lebih banyak jatuh karena dibunuh oleh mayat hidup.
Teo pun menendang wajah Zombie itu dan darahnya langsung menciprat ke celana karena yang masih keluar dari mulut mayat hidup itu "Uwah menjijikan, Zombie ternyata lebih menjijikan daripada di film. Tapi biasanya di film Zombie bisa dibunuh jika kepalanya kepala atau tubuhnya dihancurkan, kan? Atau dibakar … dibakar?" Teo mendapat ide bagaimana cara membunuh Zombie itu tanpa mengotori dirinya "Nona Celica, Nona Cattalina. Boleh Aku meminta tolong?"
"Ya–."
"Hah!? Urus saja dirimu sendiri!" Sang Kakak ingin membantu Teo, namun Adiknya mengatakan hal sebaliknya.
"Aku mohon Nona Celica! Ini bukan saatnya untuk bertengkar! Saya minta maaf atas apa yang Saya lakukan, jadi tolong bantu Saya!" Teriak Teo.
"Tidak!" Celica tetap keras kepala, Ia masih marah karena hal spele sebelumnya.
"Aku moh–. Eh? Tu-Tunggu! Kenapa semuanya menghampiri ku!?" Hampir seluruh mayat prajurit zirah hitam mendekati Teo dan mengayunkan pedang mereka terus menerus tak beraturan "Sialan! Pistolku tidak berguna kalau lawannya Zombie! Nona Celica! Nona Celica! Aku mohon bantu Aku!" Teo sekarang benar-benar panik.
"Tidak."
"Aku mohon! Aku akan melakukan apapun! Tolong Aku! Sialan apa-apaan mereka ini! Apa mereka dendam kepadaku atau …," Teo melihat kearah perempuan diatas menara jam Ibukota yang membuat lingkaran sihir itu.
Perempuan itu berdiri menghadapnya, perempuan itu tersenyum kepada Teo, meskipun Teo tidak dapat melihatnya, tetapi Teo tau kalau mayat-mayat itu dikendalikan olehnya dan sengaja menyerangnya "Dia ya …," Ucap Teo sambil menggeram kesal.
"Celica! Ini sudah berbahaya, Kita harus membantunya! Teo apa yang harus kami lakukan?" Tanya Cattalina berniat membantunya.
"Tolong bakar mereka dengan sihir Anda!"
"Baiklah!" Catralina merapalkan sihirnya dengan cepat "Fire ball!" Setelah ucapannya itu, bola api melesat beberapa kali dan membakar mereka semua. Perlahan mereka berhenti bergerak, lalu tidak dapat dibangkitkan lagi "Aku selamat …," Ucap Teo lemas melihat Zombie itu terbakar semua, walaupun ada banyak Zombie yang berdatangan.
Para prajurit kerajaan dan prajurit organisasi gelap tanpa sadar bekerja sama untuk melawan mereka karena posisi mereka yang sama-sama terkepung.
"Si-Sialan! Ini bukan lagi pertempuran! Semuanya, berkumpul di satu titik! Buat posisi bertahan!" Teriak pemimpin pasukan kerajaan dan tanpa sadar, prajurit zirah hitam juga ikut mengikuti perintah itu "Tunggu, apa yang kalian lakukan?" Tanya pemimpin itu kepada prajurit zirah hitam yang ikut dalam formasi mereka.
"Eh? Apa ada gunanya memikirkan itu!? Pemimpin kami saja sudah jadi bagian dari mereka! Jangan pikirkan!" Teriak salah satu prajurit zirah hitam sambil menunjuk pemimpin mereka yang sudah jadi mayat hidup.
"Bukannya ini bagian dari rencana kalian!?"
"Mana ada bodoh!"
Sementara itu, Noah dan Troth bergabung dengan Teo yang berada di dekat gerbang sekolah "Ini mengerikan, sepertinya lingkaran sihir itu membangkitkan orang yang sudah mati," Ucap Noah sambil menebaskan pedangnya.
"Anda bisa melakukan sihir kan? Kenapa Anda tidak memakai sihir?" Tanya Teo saat melihat Noah memilih terus mengayunkan pedangnya.
"Hey! Beraninya berkata seperti itu kepada Tuan Noah!" Bentak Troth terdengar sangat marah.
"Maaf, tapi Saya tidak bermaksud begitu. Hanya saja mayat-mayat ini lebih baik dibakar sampai hangus agar tidak dapat dikendalikan lagi," Ucap Teo terdengar seperti memberi saran kepada Noah.
"Begitukah? Kalau begitu …," Noah memejamkan matanya, lalu merapalkan mantra yang tidak dapat di dengar oleh Teo. Pedang milik Noah tiba-tiba di selimuti oleh api yang cukup besar, ia langsung menebas mayat hidup yang ada di depan mereka.
Mayat hidup yang terkena tebasan Noah terbakar sampai hangus "Woah hebat, Aku belum pernah melihatnya," Ucap Teo kagum sekaligus terkejut melihat pedang milik Noah yang terbakar, namun tidak meleleh.
"Tentu saja, itu adalah pedang sihir milik Tuan Noah! Mau sebesar apapun apinya, pedang Tuan Noah tidak akan meleleh!" Ucap Troth yang membanggakan hal itu.
Teo memang kagum melihat pedang milik Noah itu, namun ia tidak mengerti kenapa Troth yang membanggakannya.
Melupakan itu, Teo lebih tertarik dengan pedang sihir yang mengeluarkan api itu karena ia juga memiliki satu pedang sihir yang belum ia gunakan sejak peperangan dimulai. Ia berfikir 'Apa Aku bisa melakukannya juga ya?' Teo menarik sedikit pedangnya yang ia simpana dibelakang pinggang 'Ya mustahil juga, lagipula Aku tidak mempunyai energi sihir,' Pikirnya lagi.
Ia melihat kearah Noah lagi yang sedang mengayunkan pedangnya. Noah terlihat seperti sedang menari bersama dengan pedangnya, apalagi percikan api dari pedangnya itu membuatnya sangat keren 'Apa-apaan itu! Aku ingin seperti itu!' Itu pendapat dari Teo dan mulai bersikap seperti anak kecil.
Noah terus memutar tubuh dan pedangnya seolah ingin membuat apa yang ia lakukan itu menjadi sebuah pertunjukkan dan ya memang itu yang dia lakukan, Teo menyadarinya 'Dih, ternyata dia hanya ingin membuat Nona Cattalina kagum,' Ucap Teo saat melihat Tuannya juga terus melihat kearah Noah
Meski begitu Teo tetap ingin sepertinya, Teo memegang pedangnya dengan kedua tangan dan iseng memikirkan pedangnya terbakar oleh api, meski ia sebenarnya merasa seperti orang bodoh karena membayangkan hal itu seperti orang bodoh "Ahahaha mana mungkin …," namun apa yang ia pikir bodoh itu menjadi kenyataan. Pedangnya di selimuti oleh api, api berwarna biru yang menyelimuti seluruh pedangnya, tidak seperti Noah yang hanya menyelimuti bagian besi pedangnya. Noah, Troth, Zack dan kedua Tuannya tidak percaya apa yang mereka lihat, Teo mengeluarkan sihir api pada pedangnya. Itu membuat pertanyaan, bagimana bisa Teo yang tidak memiliki bakat sihir bisa mengeluarkan sihir api? Teo sendiri juga kebingungan kenapa dirinya bisa mengeluarkan sihir, ditambah warna apinya berbeda daripada api biasanya "Api-nya … lemah,"
Teo mencoba untuk fokus lagi, lalu membayangkan bagaimana api terbentuk. Menurut teori di dunianya, api terbentuk karena adanya proses kimia. Teo pun mencoba mengurutkannya 'Dimulai dari unsur yang mudah terbakar, oksigen, lalu unsur yang memicu terjadinya panas … baiklah, ayo coba!'
*Whooomb!*
Ia berhasil, apinya menjadi lebih besar daripada sebelumnya dan warnanya berubah menjadi oranye "Woah berhasil!" Semuanya semakin terkejut dengan apa yang Teo lakukan, Teo langsung mengeksekusi mayat hidup yang ada di depannya.
Ia bergerak dengan dan melukai mayat hidup itu dengan satu goresan, karena setiap tergores pedang milik Teo, mayat hidup itu terbakar sampai hangus. Ia melakukan hal yang sama seperti Noah, ia melakukan tarian tapi sambil terus menebaskan pedangnya. Sampai mayat hidup di sekitarnya pun tewas kembali dan tidak dapat bangkit, apa yang Teo lakukan sungguh tidak masuk akal "Apa mungkin pedang ini menyerap stamina ku ya? Tapi Aku sama sekali tidak merasa tenaga ku terkuras … Hmm," Pertanyaan itu tidak bisa Teo jawab "Yah nanti akan Aku tanyakan saja kepada mereka," Ucapnya lagi dengan maksud bertanya kepada kedua Tuannya nanti.
Walaupun kedua Tuannya juga sempat kebingungan dengan apa yang Teo lakukan "Aku tidak habis pikir kenapa dia selalu melakukan hal yang tidak masuk akal. Setelah selamat dari boneka sihir, ia tidak di eksekusi karena menghina kesatria suci, sekarang ia mengeluarkan sihir. Sebenarnya apa-apaan sih dia itu!?" Celica terus menggerutu ketika melihat pengawal dari dunia lainnya itu mengeluarkan sihir api.
"Y-Yah Aku rasa itu karena pedang sihirnya. Jadi ada kemungkinan pedang itu mengubah tenaga Teo menjadi energi sihir di pedangnya," Jelas Cattalina, meskipun ia nampak ragu karena Teo terlihat tidak terpengaruh oleh dampak dari menggunakan pedang sihir "Apa karena kecocokannya?" Tanyanya pelan kepada dirinya.
Di atas menara jam Ibukota, perempuan itu nampak sangat puas melihat apa yang terjadi di depan gerbang sekolah sihir "Luar biasa, sesuai ekspetasiku. Tapi, Aku ingin bermain sedikit lagi. Apa kau bisa melawannya, manusia dari dunia lain."
Tanah disekitar Teo bergetar hebat, tanah retak dan memunculkan lebih banyak mayat hidup. Kali ini, bukan hanya prajurit yang sudah mati, namun para penduduk yang sudah lama mati juga bermunculan dari bawah tanah. Karena terlalu banyak, prajurit kerajaan, prajurit zirah hitam, Noah, Troth dan Teo berlumpul tepat di depan gerbang dengan terus melawan para mayat hidup itu.
"Sialan, ini terlalu banyak. Meskipun dengan sihir api para penyihir, ini tidak akan cukup untuk menahan mereka semua!" Ucap Teo.
Keadaan mereka sangat buruk, pasukan zirah hitam dan kerajaan sudah banyak yang terbunuh dan menjadi bagian dari mayat hidup karena terpojok. Sampai beberapa prajurit menjatuhkan pedang mereka dan berpasrah dengan kondisi mereka.
*Boooom!*
Sesuatu jatuh dari langit dan jatuh di tengah-tengah kumpulan mayat hidup itu "Sepertinya kita hampir terlambat, nomor 2," Ucap seseorang dari tengah-tengah kumpulan mayat hidup.
"Sepertinya begitu, Tuan. Seandainya gerbang barat tidak nyaris jatuh, kita pasti lebih cepat," Keluh seseorang yang di panggil nomor 2.
Mereka adalah sosok yang menjadi ujung tombak kerajaan, sosok yang menjadi perisai besar kerajaan. Manusia pilihan yang mengabdikan diri kepada kerajaan, mereka adalah sosok yang dipanggil kesatria suci.
To be continue.