webnovel

Chapter 38 - Ibukota Diserang! (Bagian 2)

"Wahai rakyat Lumenia, ini adalah waktunya ... Untuk memulai pembalasan!" Orang yang muncul dari awan pekat itu berkata dengan keras, ucapannya membuat bingung penduduk. Meski begitu, maksud perkataan perempuan itu di mengerti oleh segelintir orang saja.

Setelah ucapannya yang sangat keras itu, ledakan terjadi di gerbang barat Ibukota lalu terdengar kembali ledakan di gerbang timur. Orang-orang berzirah hitam menerobos masuk, meskipun prajurit kerajaan Lumenia berhasil menghalangi jalan mereka.

"Tahan mereka! Pertahankan Ibukota! Untuk Lumenia!"

"Untuk Lumenia!" Teriakan pemimpin prajurit sebelumnya menjadi dukungan moral untuk para prajurit dengan menyerukan nama Kerajaan.

Meski begitu, mereka hanya bisa menahan serangan mereka untuk sementara karena pertahanan mereka dihancurkan oleh sihir ledakan dan membuat kekuatan para prajurit terpecah.

"Sepertinya sudah dimulai," Ucap Noah saat mendengar ledakan yang terus terdengar.

Para penyihir dan prajurit sudah bersiap berjaga di sekolah. Para penyihir diatas tembok sekolah sedang merapal sihir, kali ini Teo tidak dapat mendengarnya, ucapan mereka sangat cepat, seolah semua kata-kata yang mereka katakan itu beradu "Mereka … Merapal sihir?" Tanya Teo sambil melihat para pinyihir itu.

"Oh mereka sepertinya akan memberi bantuan sihir ledakan juga, tapi itu untuk jarak yang panjang,"

"Jarak yang panjang?"

"Ya, karena itu rapalan sihirnya panjang. Mungkin jarakn yang bisa dicapai sekitar seratus sampai dua ratus kilometer,"

Penjelasan Noah dapat di mengerti dengan mudah oleh Teo, karena di dunianya Teo ada senjata yang menembakan meriam dengan jarak yang sedikit lebih pendek "Begitu ya, jarak tembaknya lebih jauh daripada artilery," Ucap Teo dan terdengar jelas oleh mereka semua.

"Arti … Apa?" Tanya Noah bingung karena ucapan yang belum pernah di dengarnya.

"A-Ah tidak bukan apa-apa. Lalu apa yang akan kita lakukan? Penduduk sepertinya masih akan terus berdatangan, kalau keluar pasti akan sangat berbahaya," Tanya Teo kepada mereka.

"Hah! Apa Kau takut?" Tanya Troth terdengar meremehkan Teo.

"Apa maksudmu?"

"Kau takut jika keluar? Lebih baik Kau berhenti jadi pengawal ahahaha,"

"Troth!" 

Troth mendapat bentakan Tuannya lagi karena menurut Tuannya itu sudah berlebih. Namun Teo menanggapinya dengam biasa saja, tidak terlihat tersinggung atau marah, ia menghela nafasnya "Bukan begitu,"

"Hah!?"

"Aku bukan takut karena perang ini … Hanya saja … Perang ini tidak ada hubungannya dengan ku,"

Tentu ucapan itu membuat Troth marah, begitu juga Noah yang sedikit tersinggung dengan apa yang Teo katakan "Hah!? Kenapa Kau berkata begitu! Apa-apaan maksud–."

"Troth, hentikan!" Perintah Noah, lalu ia memberikan tatapan yang sedikit tajam "Maaf, Kenapa Anda berkata seperti itu?" Tanya Noah kepada Teo.

"Maaf jika terdengar kasar, tapi Aku tidak peduli dengan perang ini. Tugas ku adalah melindungi Tuan ku, bukan kerajaan ini," Ucap Teo terdengar sangat dingin dan itu membuat amarah Noah sedikit meluap.

"Apa yang–."

"Ah Tuan Fleure, maaf sebelumnya. Teo tidak bermaksud berkata buruk, Saya mengerti kenapa Teo berkata seperti itu," Cattalina pun langsung menjadi penengah mereka.

"Lalu kenapa dia berkata seperti itu?"

"Emm … Teo bukanlah berasal dari kerajaan ini, dia berasal dari negeri lain. Ia sedang mencari keluarganya yang hilang, dan ya … Anda mungkin sudah mendengarnya kalau ada yang menyelamatkan Kami saat diburu oleh bandit, ya Teo lah yang menyelamatkan Kami … Karena itu, Teo berkata seperti itu," Penjelasan Cattalina kelihatannya dapat dimengerti oleh Noah, meskipun ia kelihatannya masih marah dengan Teo.

"Begitu. Maaf jika Saya salah paham, tapi bukan berarti Kau bisa berkata seperti itu," Ucap Noah mengingatkan Teo agar berhati-hati saat berbicara.

Teo membungkuk dengan tangan kanan di dada kirinya "Saya mengerti, maaf jika Saya membuat Anda salah paham," Ucap Teo

"Aaaaaaaaaa!" Teriakan penduduk terdengar dari luar, penduduk yang sedang masuk kedalam bangunan sekolah pun langsung berlarian kedalam.

"Ada apa!?" Tanya Noah spontan.

"Mereka sepertinya langsung kemari, ya cara agar serangan mereka tetap berlanjut adalah menyingkirkan musuh yang berada di luar jangkauan serang mereka," Jelas Teo sambil melihat kearah para penyihir yang juga kelihatan panik di atas dinding sekolah.

"Apa maksudmu Teo?" Sepertinya Cattalina tidak terlalu mengerti maksud dari ucapan Teo.

"Mereka berniat menyerang para penyihir itu, jika mereka berhasil mengalahkan mereka, maka prajurit kerajaan yang menahan mereka di gerbang tidak akan dapat bantuan lagi, dan dengan begitu musuh dapat dengan mudah menguasai gerbang,"

"Eh!?"

"Walau para prajurit kerajaan itu menang jumlah, tapi tidak ada yang tahu kapan perempuan yang berdiri di menara jam itu turun tangan. Walau kita memiliki Kesatria suci dan Wil–. Maksudku sang Jenderal, tapi kita belum tahu seberapa kuat orang itu. Bisa saja dia lebih kuat daripada mereka. Bukan berarti Saya meremehkan kekuatan mereka, Saya hanya memikirkan kemungkinan terburuknya. Ya tapi akan lebih baik kalau itu tidak terjad–." Ucapan Teo langsung terhenti saat ketika mereka terus melihat kearah Teo dengan berbagai tatapan "A-Apa Saya salah bicara lagi?" Tanya Teo yang sudah mengkhawatirkan nasib dirinya, lagi.

"Tidak … Aku mengerti apa yang Kau katakan. Hanya saja …," Noah nampak kesulitan mencari kata-kata yang pas untuk Teo saat berkata seperti itu.

"Teo, Apa Kau pernah berperang sebelumnya?" Tanya Zack.

"Eh? … Um, kenapa?" Jawab Teo setelah menganggukan kepalanya.

Zack langsung menghela nafasnya "Begitu ya ... Tidak, hanya saja Kau berbicara seperti sudah berpengalaman saja," Ucap Zack sambil tersenyum kecil.

Sementara itu Troth melihatnya dengan tatapan iri dan juga marah kepada Teo.

Suara pedang yang beradu mulai terdengar dari luar sekolah, para penyihir yang berada diatas dinding juga sebagian dialihkan untuk membantu para prajurit yang mempertahankan sekolah "Teo, Kau bilang Kau adalah pengawal Kami kan?" Tanya Celica.

"Tentu saja, Nona Celica,"

"Kalau begitu, Kau akan menuruti perkataan Tuanmu kan?"

"Umm ... Tentu saja?"

Celica menyeringai sambil melirik kearah Teo, perasaan Teo langsung merasa tidak enak melihat Tuannya itu "Kalau begitu ... Bantu mereka yang berada di luar gerbang," Teo tidak bisa membantahnya, ia sudah berkata kalau ia akan menuruti perkataan Tuannya dan ia hanya bisa menghela nafasnya.

"Baiklah ... Tapi apa tidak apa-apa jika Saya meninggalkan Anda berdua?" Tanya Teo dengan harapan perintahnya dibatalkan.

"Tenang saja, Zack, Tuan Fleure dan pengawalnya ada disini. Kami juga akan membantumu dari dinding, jadi tenang saja," Ucap Celica sambil tersenyum licik.

Helaan nafas Teo keluarkan lagi, ia tidak dapat mengelak dari perintah Tuannya ia pun bersiap dengan mengeluarkan pistolnya lalu melakukan inspeksi senjata, yaitu memeriksa kondisi pistolnya secara singkat "Tidak kusangka Aku akan berperang disini," Ucap Teo dengan sangat pelan.

"He-Hey, apa itu?" Tanya Troth sambil menunjuk kearah pistol milik Teo.

"Ini? Hanya senjata yang tidak dimiliki oleh orang lain," Ucap Teo sambil memeriksa tas kecilnya yang berisi beberapa magazine "Yah magazine ku masih banyak, boros sedikit tidak apa-apalah," Ucap Teo pelan, lagi.

"Apa maksudmu tidak dimiliki orang lain?" Tanya Noah.

Teo terdiam sesaat sambil terus melihat kearah Noah, lalu ia pun tersenyum ramah "Maksud Saya, senjata ini Saya buat untuk diri Saya sendiri, karena itu tidak dimiliki orang lain," Ucap Teo, tentunya itu adalah sebuah kebohongan, kebohongan untuk menutupi asal dari senjata itu "Kalau begitu Saya permisi," Ucap Teo lalu ia berjalan menuju gerbang sekolah "Sialan, Kenapa Aku benar-benar sial?" Gerutu Teo lagi, sebenarnya ia benar-benar tidak menyukai kondisinya saat ini, berperang dan mempertaruhkan nyawanya demi negeri lain, benar-benar tidak menyukainya.

Setelah keluar dari gerbang, Teo langsung berlari menuju para prajurit yang sedang bertarung dan …

*Bang!*

Tembakan pistolnya di lepaskan dan tepat mengenai kepala musuh yang memakai zirah berwarna hitam. Semua prajurit yang ada disana mau itu dari pihak musuh ataupun kerajaan, semuanya menoleh kearah Teo dan seorang prajurit musuh yang kepalanya berlubang tergeletak di tanah "Aaaaah … Aku jadi pusat perhatian, ya terserahlah daripada Aku mati, lebih baik tidak perlu ku sembinyikan," Ucap Teo pelan, lalu ia mengarahkanmya lagi kearah kepala seorang prajurit zirah hitam dan …

*Bang! Bang!* Tembakan pertama berhasil mengenai kepala prajurit zirah hitam, begitu juga tembakan kedua yang mengenai prajurit zirah hitam lain dan para prajurit itu masih saja terdiam melihat kedua orang itu tewas di depan mata mereka semua seperti orang bodoh "Umm … Paman yang memakai zirah hitam, bisakah kalian menjauh dari sini? Aku ingin pekerjaan yang merepotkan dari tuan ku ini cepat selesai, jadi bisakah kalian menjauh?" Ucap Teo sedikit keras agar terdengar oleh para prajurit itu karena jarak mereka yang jauh darinya.

"Orang itu, jika dia selesai, Aku akan menghukumnya!" Dan ucapannya terdengar oleh Tuannya yang sudah berada diatas dinding.

"Senjata itu … luar biasa! Sebenarnya apa itu? Aku tidak melihat dia mengeluarkan sihir dari senjatanya, bagaimana …," Noah tidak dapat berhenti kagum melihat apa yang Teo lakukan.

"Y-Yah, sejujurnya Kami juga tidak tahu bagaimana cara kerjanya. Teo tidak pernah memberitahu tentang senjatanya, tapi senjatanya juga yang menyelamatkan kami saat itu," Jelas Cattalina.

Kembali lagi dengan Teo, para prajurit berzirah hitam itu terlihat gentar saat 3 orang rekannya terbunuh dengan singkat "He-Hey! Apa yang kalian lakukan! Cepat serang penyihir itu!" Teriak seorang prajurit berzirah hitam yang tidak menggunakan helm besinya, dugaan Teo dia adalah pemimpinnya.

"Heeeeeeaaaaaaaa!" Para prajurit zirah hitam itu langsung menyerang Teo.

"Tahan mereka! Jangan sampai dia menyerang orang it–."

*Bang! Bang! Bang! Bang!*

Teo terus menembakan pistolnya sebanyak 9 kali dengan tepat sasaran mengenai kepala prajurit berizrah hitam itu dan dengan cepat, Teo mengeluarkan magazine-nya dan menggantinya, tentu ia memasukan magazine yang kosong itu kedalam tasnya agar tidak ada orang di dunia ini yang mengambilnya, walaupun ia juga berpikir kalau di dunia ini magazine kosongnya tidak berguna.

Prajurit berzirah hitam yang lolos dari prajurit kerajaan yang menyerang Teo, kini tewas semua "Aku sudah bilang kan? Tolong mundur saja, ya," Ucap Teo, lalu ia mengokang pistolnya setelah mengisinya dengan magazine "Ah jangan, lebih baik kalian jatuhkan senjata kalian saja dan menyerahlah," Ucap Teo sambil tersenyum ramah.

"A-Apa-apaan itu … Cepat sera–."

Ucapan pemimpin prajurti zirah hitam itu terpotong setelah kepapanya berlubang ditembak Teo, helaan nafas berat Teo keluarkan "Dengar! Pemimpin kalian sudah tewas! Jatuhkan senjata kalian semua atau kalian akan menyusul rekan-rekan kalian!" Ucap Teo dengan keras dan tegas, karena masih memegang senjatanya, Teo menembakan pistolnya ke langit.

"Hiiiiik!" Para prajurit zirah itu nampak ketakutan setelah mendengar suara tembakan yang keras itu.

"Hmm?" Teo menyadarinya, mereka semua trauma dengan suara tembakan itu.

*Bang!*

"Hiiiik!" Mereka semua langsung bersujud dengan memegangi kepala mereka setelah melempar pedang mereka ke tanah.

"Heeee," Teo memyeringai melihat mereka semua ketakutan "Ahahahaha! Menyerahlah, lepas semua zirah kalian semua! Lakukan itu dengan posisi kalian sekarang!" Ucapan Teo langsung dituruti oleh mereka semua, mereka melepas zirah mereka lalu bersujud di depan para prajurit kerajaan.

Teo mendekati salah satu prajurit kerajaan yang sepertinya pemimpin para prajurit kerajaan di sana "Apa Anda pemimpin pasukan ini?" Tanya Teo ke prajurit itu.

"A-Ah iya," Tanya prajurit yang kelihatannya lebih tua daripada Teo.

"Maaf untuk sebelumnya, Saya tiba-tiba ikut membantu, tapi Saya ada di pihak kalian, tenang saja."

"Tidak, justru karena Kau datang, kami sangat terbantu. Tapi Kau siapa? Sepertinya Kau bukan prajurit."

"Ah, perkenalkan, Saya–."

"Heaaaaa–."

*Bang!*

Seorang prajurit zirah hitam yang mencoba menyerang pemimpin pasukan prajurit di depan Teo langsung tewas tertembak "JANGAN ADA YANG BERGERAK! JIKA ADA YANG BERGERAK LAGI, AKU AKAN MEMBUNUH KALIAN SEMUA, MENGERTI!?" Teo membentak kepada seluruh prajurit zirah hitam yang kini tanpa zirah itu dengan sangat keras.

"Ah maaf, Saya tiba-tiba bicara seenaknya. Tapi, ucapan Saya itu sungguhan," Ucap Teo sambil tersenyum ramah kepada pemimpin pasukan kerajaan, lalu melirik tajam kearah prajurit zirah hitam itu "Izinkan Saya memperkenalkan Saya, nama Saya Teo, pengawal dari keluarga Blouse," Ucap Teo dengan sangat ramah kepada pemimpin pasukan kerajaan yang masih di depannya.

"O-Oh pengawal keluarga Blouse, Kami sangat berterima kasih atas bantuanmu. Berkat Kau, sekolah dan para penyihir dalam kondisi aman sekarang," Ucap pemimpin itu.

"Begitu ya, syukurlah. Apa hanya mereka yang menyerang?" Tanya Teo.

"Ya, sepertinya pasukan yang menjaga gerbang sedang kesulitan sampai mereka ini bisa tembus sampai sekolah. Kami akan membawa mereka dengan kereta kuda ke penjara Ibukota, lalu membantu prajurit lain. Bagaimana denganmu?"

"Saya akan kembali ke tempat Tuan Saya, disaat seperti inilah Saya harus melindungi mereka," Ucap Teo sambil terus tersenyum ramah.

"Begitu,"

"Kalau begitu Saya kembali. Ah Jika mereka melawan lagi, bunuh saja," Ucap Teo menakut-nakuti para prajurit zirah hitam yang sudah menyerah "Ahahaha, sampai jumpa," Ucap Teo lagi lalu ia berjalan kembali ke dalam lingkungan sekolah.

Evakuasi penduduk berjalan lancar, para penduduk berhasil masuk kedalam sekolah untuk berlindung, para penyihir aman dan bisa terus melakukan sihir ledakan jarak jauh untuk membantu prajurit yang lain, lalu kedua Tuannya tersenyum bangga melihat pengawalnya itu menang dengan mudah, lebih tepatnya itu seperti kecurangan yang sangat mengerikan dilakukan oleh Teo.

To be continue

ตอนถัดไป