webnovel

Chapter 21 - Perawatan untuk Teo (Bagian 3)

Dua hari kemudian, di pagi hari, Celica mulai terbiasa menyuapi Teo, meskipun dihari-hari sebelumnya, Celica sering sekali melempar air minum ke wajah Teo. Karena itu, hari ini, Teo sudah pasrah saat dilayani tuannya.

"Tunggu, apa-apaan wajah mu itu?" ucap Celica melihat Teo memejamkan matanya dengan raut wajah yang pasrah dengan takdirnya

"Tidak ada. Nona Celica, hari ini Anda tidak pergi kesekolah?"

"Setelah ini aku pergi, karena itu cepatlah makan!" ucapnya dengan wajah yang terlihat marah.

"Iya." ucap Teo terdengar pasrah. Ia membuka mulutnya, sesendok bubur pun masuk kedalam mulutnya.

"Jadi, apa belum ada perkembangan?"

"Soal apa?"

"Tubuhmu!" Celica membentak Teo sampai membuatnya terpejam.

"Begitu, Saya sudah bisa merasakan tubuh Saya…" ucap Teo sambil melihat kedua tangannya "Tapi sepertinya, Saya belum mampu menggerakannya. Kaki saya pun masih belum bisa dirasakan."

"Begitu ya, jadi masih lama."

*Tok! Tok!*

"Masuk." ucap Celica.

Pintu terbuka, sosok lelaki masuk kedalam ruangan Teo, ia tersenyum kepada merereka "Papa!?"

"Celica, jadi kamu benar-benar merawatnya ya, sampai menyuapinya juga." ucap Tuan wales sambil berjalan menghampiri mereka.

"A-Aku hanya menuruti permintaanya, aku sudah berjanji sih." Celica memalingkan wajahnya yang sedikit memerah itu, karena itu, usapan kepala dari Ayahnya.

Meski berkata seperti itu, tangan Celica bergetar, mungkin karena kedatangan ayahnya "Tenang saja, Nona Celica. Menyuapi orang yang sedang dirawat itu normal, Tuan Wales mengerti itu."

"Benar, itu normal kok. Tidak perlu dipikirkan. Lalu, Teo, bagaimana keadaanmu?" tanya Tuan Wales kepadanya.

"Sedikit lebih baik dari sebelumnya, Tuan. Berkat Nona Celica, Saya bisa merasakan tubuh tubuh Saya meskipun masih belum bisa digerakan." Ucap Teo sambil membayangkan semua perawatan dari Celica, mulai dari menarik tubuhnya sampai terangkat, ditumpahi kuah sup, sampai disiram dengan air minum dan Teo hanya tersenyum ketika mengingat itu semua.

"Begitu ya, syukurlah kalau begitu. Aku senang melihatmu baik-baik saja, Aku pikir akan kehilangan pengawal lagi." ucapannya terdengar begitu berat meskipun ia berbicara dengan nada candaan "Tapi sebaliknya, kamu menyelamatkan kami. Aku dengar dari William, dia memaksamu untuk tidak memiliki pilihan lain selain membantunya, kan?" ucapannya membuat Teo sedikit terkejut, meskipun ia sebenaranya tahu kalau William akan memberitahu keluarganya "Membuatmu jadi umpan, menahan para bangsawan dan Tuan Cruile di tempat yang sama, itu rencana yang kurang aku suka, tapi mengingat itu Tuan Cruile, tidak ada cara lain. Selain mahir menggunakan boneka sihir, orang itu juga ahli menggunakan teleportasi jarak jauh dan menghilangkan keberadaanya. Aku yakin, William memakai rencana itu karena sudah mempertimbangkan itu." ucapan Tuan Wales sangat tepat seperti apa yang William bicarakan sewaktu di penjara sekolah.

Teo tersenyum mendengar ucapanya itu "Sebenarnya, tanpa rencana dari Tuan William, Saya sudah berniat melawan, tidak mungkin Saya membiarkan Keluarga yang Saya layani menanggung apa yang sudah Saya perbuat, kan?" ucap Teo dengan senyuman diwajahnya.

"Begitu, Kau benar-benar pengawal yang hebat tapi sepertinya Stella tidak berpikiran begitu." ucapnya terlihat bingung saat membahas istrinya "Padahal saingannya sudah menghilang, tapi dia sama sekali tidak berterima kasih kepadamu?"

"Saingan?" tanya Teo.

"Kau tau? Keluarga Blouse dan Keluarga Cruile selalu berselisih, Mama selalu bersaing dengan mereka dan Keluarga Cruile juga selalu iri dengan pencapaian Ibu ditambah Kak William yang sekarang menjadi Jenderal, mereka semakin iri…"

"Begitu ya, karena itu mereka sampai mengubah fakta saat di persidangan, Saya mengerti." ucap Teo sambil mengingat apa yang terjadi di persidangan pada saat itu, persidangan yang panjang yang menentukan takdirnya "Lalu, sekarang bagaimana keadaanya?"

"Dia, antara marah dan senang. Tapi aku rasa kalau bertemu denganmu pasti marah besar." ucap Tuan Wales lalu dilanjutkan dengan tawanya.

"Y-Ya sepertinya Saya harus bersiap untuk itu." ucap Teo dengan senyuman yang ia paksakan "Tapi, apakah keluarga Anda baik-baik saja? Seandainya ada dampak buruknya, Saya siap bertanggung jawab untuk itu." ucapan Teo membuat mereka berdua sedikit terkejut, kemudian mereka tersenyum.

"Kau tidak perlu sampai seperti itu, Kau sudah melakukan banyak, itu sudah cukup untuk kami. Kalau begitu, aku harus kembali bekerja, cepatlah sembuh." ucapnya dan melangkah keluar meninggalkan mereka.

Tidak ada yang berbicara setelahnya, hanya gerakan tangan Celica yang digunakan untuk menyuapi Teo sampai akhirnya bubur semangkuk pun habis di lahap Teo. Celica menuangkan minum untuknya, dari gerakannya, ia sama sekali tidak ragu. Celica, ia mulai terbiasa merawat Teo, tubuhnya tidak lagi gemetar, hari ini ia melakukannya dengan sangat baik "Terima kasih, Nona Celica." ucap Teo dengan senyumannya, ia sampai mengejutkan Celica dan membuatnya membalikan tubuhnya.

"Hmph!" Suara itu dan wajahnya yang memerah menjadi respon untuk Teo, Celica membereskan semua bekas sarapan Teo lalu berjalan keluar "Aku akan pergi ke sekolah!" ucapnya lalu membanting pintu.

Responnya yang seperti itu membuat Teo sedikit tersenyum, meskipun itu hanyalah sesaat. Senyumannya menghilang, ia mengingat kembali apa yang sudah terjadi, ia mengingat Karina yang sekarang berada di istana. Helaan nafas membuat dirinya melepaskan semuanya dan kembali fokus dengan penyembuhannya "(Aku mohon, bergeraklah!)"

***

Di dalam kereta kuda, Celica melamun melihat keluar jendela dan Nona Cattalina... "Ey!" Ia menyentuh pipi Adiknya tiba-tiba dan membuat Celica terkejut.

"Kakak!" suaranya terdengar marah, namun sebenarnya tidak begitu, ia hanya memalingkan sedikit wajahnya dari Kakaknya.

"Maaf, habisnya tidak biasanya kamu melamun begitu? Kenapa, lelah?"

"Tidak juga, aku sudah mulai terbiasa, jadi tidak terlalu lelah." sangkal Celica

"Hmm~ begitu ya, apa tangan mu sudah tidak bergetar lagi saat menyuapi Teo?"

"Kakak! Kamu mau meledekku ya!?"

"Hahaha, maaf aku tidak bermaksud. Celica de Blouse sudah bisa melayani pengawalnya ya, hebat."

"Ih Kakak! Lagipula itu normal kan, aku hanya mengikuti permintaanya! Lagipula menyuapi seseorang yang sedang dirawat itu normal, kan?" sekarang Celica benar-benar marah kepada Kakaknya.

"Maaf, maaf. Aku tidak bermaksud begitu, tapi syukurlah kamu bisa mempelajari sesuatu." ucap Cattalina dengan senyumnya. Senyuman itu meredam amarah Celica dan membuatnya bersandar ke bahu Cattalina. Tidak lama, kereta kuda mereka sudah sampai di sekolah sihir.

Saat masuk kedalam sekolah, Cattalina melihat siluet sosok yang tidak asing di dekat ruangan yang tidak dipakai, karena penasaran, Cattalina ingin menghampirinya "Cel–. Eh? Dia sudah duluan?" ucapnya ketika berbalik dan melihat Adiknya sudah tidak ada berada di dekatnya, tanpa pikir panjang lagi, Cattalina menghampiri siluet itu, namun siluet itu masuk kedalam ruangan kosong. Cattalina berjalan cepat ke dalam ruangan, ia melihat siluet itu, perlahan berubah menjadi sosok seseorang yang sangat ia kenali, wajah Cattalina yang penasaran pun berubah menjadi datar.

Sementara itu Celica sudah berada di dalam kelas raut wajahnya tidak seperti biasanya sampai membuat kedua temannya yang tidak ia sadari berada di sampingnya itu khawatir dengannya "Celica, Kamu baik-baik saja?" tanya Erica dan diabaikan oleh Celica dengan matanya yang terpejam.

"Celica, apa ada masalah?" tanya Aria.

"Oh Aria, maaf aku tidak sadar ada kamu disini." balas Celica dengan senyuman.

"Hey! Kenapa hanya Aria yang dijawab!? Kamu mengabaikan ku ya!?"

"Oh Erica, kamu juga ada disini ya? Maaf ya, aku juga tidak menyadarimu, karena…" ia memandang kedua temannya bergantian, pandangannya naik dan turun.

"Aku tidak sependek itu sampai kau tidak melihatku!" teriak Erica saat melihat arah pandangan Celica.

"Hahaha, maaf maaf. Aku hanya bercanda, tapi aku benar-benar tidak menyadari kalian, jadi maaf ya." ucapnya setelah meledek Erica, lalu ia menghela nafasnya.

"Sebenarnya kamu ini kenapa? Kemarin kamu serius sekali, sekarang kamu keliatan lelah, apa ini ada hubungannya dengan pengawalmu lagi?" tanya Erica.

"Eh? Apa aku pernah bilang?"

"Tidak, tapi sebelumnya kami pernah bertanya soal pengawalmu dan kami tau itu penyebab kamu jadi serius sebelumnya, jadi karena itu aku pikir kamu seperti ini karena pengawalmu lagi... Apa bukan?"

Celica terdiam sesaat menatap kedua temannya, ia menggelengkan kepalanya "Mm… Tidak ada apa-apa, aku hanya tidak bisa tidur semalam (Tidak mungkin aku memberitahu mereka…)" ucapnya lalu mengeluarkan buku melalui ruang sihirnya.

Sihir yang sangat berguna, namun, ada batasan berat benda tertentu untuk memasukan ke dalamnya. Kelebihannya, sihir ruang memiliki kapasitas ruangan tanpa batas selama tidak melebihi batasan berat benda yang di tetapkan "Enaknya bisa menggunakan sihir ruang." ucap Erica dengan tatapan iri. Meskipun termasuk sihir tingkat tinggi yang mudah dipelajari, namun tidak sembarang penyihir yang bisa memakai sihir ruang, hanya penyihir yang memiliki kapasitas energi sihir yang banyaklah yang bisa menggunakan sihir ruang, karena itu, Erica iri dengan Celica "Aku harus menggunakan tas, merepotkan." keluhnya lagi.

"Kalau begitu kamu harus rajin berlatih fisik dan sihir mu agar kapasitas energi sihir mu bertambah, Erica." ucap Aria menyerang Erica dengan nasihatnya. Erica langsung memalingkan wajahnya sebagai respon dari perkataan Aria "Tidak di dengar…"

Terlalu lelah, Celica sampai tidak menghiraukan kedua temannya, ia membuka buku dan membaca meskipun ia tidak terlalu fokus "Celica, kalau kamu lelah, lebih baik kamu pergi ke ruang kesehatan."

"Mmh? Ah tidak apa-apa... Aku baik-baik saja." jawab Celica

Sekeras apapun usaha mereka, itu tidak mengubah keputusannya untuk tetap dikelas dan belajar "Kalau begitu…" Erica berdiri dibelakangnya "Aku akan tunjukan kemampuan keluarga Druzhel!" Erica langsung memijat pundaknya.

Pijatannya lembut, rasa nyaman yang luar biasa, sampai Celica menyandarkan kepalanya ke dada Erica "Aaaah… Luar biasa, sudah lama aku tidak dipijat seperti ini. Luar biasa, pelayan rumah ku saja tidak seperti ini, di pijat langsung oleh keluarga Durzhel memang luar biasa–.Uuuuh, ya disitu…"

"Fufu~ inilah keahlian kami, meski kami bangsawan, kami terlatih untuk merawat orang lain." ucap Erica membanggakan keluarganya.

"Iya iya, keluarga mu memang yang terbai–. Aaaaaah tepat disitu, keluarga Druzhel memang hebat soal merawat, tidak heran kalau kalian sampai ditunjuk menjadi kepala asosiasi pelayan kerajaan ya."

"Eh? Sungguh?" Aria terdengar tidak percaya dengan apa yang Celica kerajaan. Kepala Asosiasi pelayan kerajaan, bukanlah sebuah organisasi pelayan biasa. Karena semua pelayan yang melayani bangsawan sampai keluarga kerajaan, dari sanalah mereka semua berasal, kemampuan melayani yang nyaris sempurna, semua kemampuan memijat, memasak, segalanya, mereka dilatih untuk melayani tuan mereka oleh Asosiasi pelayan kerajaan. Selain melayani, mereka juga diajarkan bertarung untuk melindungi Tuan mereka dan juga diri mereka.

"Ya sungguh loh, kamu tidak tahu?"

"Aku baru tahu loh!"

"Memang sedikit sih yang ingin tahu soal Asosiasi kami, jadi aku tidak heran." ucap Erica lalu tersenyum lebar.

Mendengar dan melihat senyumannya membuat Aria sedikit bersalah tidak mengetahui pekerjaan keluarganya selain mengurus tempat wisata. Pekerjaan pelayaan memang pekerjaan paling rendah dan hampir setara dengan para pedagang dimata bangsawan, karena itu tidak ada yang pernah peduli bagaimana mereka bekerja. Selama mereka dilayani, itu sudah cukup bagi mereka para bangsawan. Meski begitu Erica, bisa tetap tersenyum meskipun ia keturunan dari bangsawan yang mengelola pekerjaan paling rendah itu.

"Aaaaah enak, terus lagi…."

"Fufu~ Enak bukan?" Erica mendekatkan kepalanya ke telinga Celica "Kalau ingin dilanjut, tolong 50 peraknya, Nona."

"(Dia cari untung!)" seolah dihipnotis, Celica langsung mengeluarkan 50 perak dari sihir ruangnya dan memberikannya kepada Erica.

"Terima kasih, Nona." ucapnya dengan senyum yang semakin mekar dan pijatannya yang semakin serius.

Sekarang, Aria mengerti kenapa Ia tidak pernah malu dengan pekerjaan keluarganya "(Maaf Erica… Rasa simpatiku padamu sudah menghilang.)" begitulah pikir Aria setelah melihat Erica meminta uang kepada Celica sebagai bayaran dari layanan langsung dari keluarga Druzhel.

Setelah selesai dipijat "Yah terima kasih ya, kamu benar-benar menolongku." Celica benar-benar tidak sadar uangnya sudah diambil Erica, walaupun sebenarnya Celica sendiri yang memberikanya

"(Kemampuan yang mengerikan.) A-Ah, Celica, kamu seperti orang tua, apa kamu benar-benar kelelahan?" tanya Aria

"Emm, itu… Ah, Aku hanya belajar terlalu larut, sampai ketiduran diatas meja belajar (Maaf…. Aria, aku tidak jujur.)" ucapnya menambahkan kebohongan lagi untuk menutupi rasa lelahnya.

"Ah kasian, sebaiknya kamu jangan memaksakan diri, ya." ucap Aria. Melihat wajahnya yang menunjukan ke khawatirannya kepadanya, Celica terdiam dan memalingkan sedikit wajahnya dengan rasa bersalah telah membohongi temannya.

"Sudah kubilang jangan khawatir ya." balas Celica disertai senyumannya saat menoleh kembali ke arah temannya.

"Baik semuanya, ayo duduk. Hari ini kita akan belajar tentang sihir roh." seorang masuk kedalam kelas dan memulai pelajaran di kelas mereka.

"Kalian sana duduk, pelajarannya sudah mau dimulai loh." ucap Celica.

"Oh baiklah, sampai nanti." ucap Erica lalu berjalan kembali ketempatnya diikuti Aria yang melambaikan tangan kepadanya.

"(Maaf, tidak mungkin aku bilang lelah karena merawat pengawalku.)" ucap Celica dalam hati, lalu diakhir helaan kecil nafasnya dan pelajaran pun dimulai.

"Kalian tahu sihir roh?" tanya guru itu dan tidak ada murid yang mengangkat tangannya "Sihir roh berbeda dengan sihir alam yang kalian kenal, seperti sihir api, air, tanah, udara dan lain sebagainya. Sihir ini, mengandalkan roh dan menguasainya, hanya sedikit manusia saja yang bisa menguasainya, kalian ingin belajar? Saya sarankan jangan, resikonya besar, bisa-bisa kalian yang dikuasai roh itu." ucapannya membuat murid seisi kelas merinding "Resikonya besar, jika tidak bisa menguasai, kalian akan dirasuki dan selanjutnya, tergantung roh kalian. Apa sihir roh mirip dengan sihir pemanggilan? Tidak, mereka berbeda. Sihir roh berbeda dengan sihir pemanggilan, kalian tidak bisa menjadikannya peliharan. Sihir bisa digunakan untuk berbagai macam, seperti meningkatkan sihir alam kalian, meningkatkan kemampuan fisik kalian, dan membuat benda mati menjadi hidup, sihir yang serba guna, tapi sangat beresiko untuk menguasainya." menguasai benda hidup, ucapan itu mengingatkan Celica dengan seseorang yang menguasai boneka sihir "Mereka yang menyalahgunakan sihir roh akan menjadi orang-orang yang mengerikan, tidak terkendali dan perlahan dikuasai sihir roh nya sendiri. Sihir roh itu bagaikan makhluk hidup, karena itu mereka bisa menguasai penggunanya dan merubahnya menjadi orang yang mengerikan. Meski kekuatannya hebat, tapi ada satu kelemahan yang sangat berdampak besar kepada penggunanya." guru mulai menjelaskan mengenai kelemahan, namun Celica melamun saat guru menjelaskannya, pikirannya kembali mengingat kejadian beberapa hari lalu, disaat pengawalnya ditahan oleh pengguna sihir roh, kepala keluarga Cruile. Pengawalnya, melawan orang seperti itu, membuatnya sedikit bersimpati kepada pengawalnya itu.

***

Beberapa jam setelahnya, jam istirahat dimulai, Celica membuka sihir ruang-nya dan menaruh buku sihir lalu mengambil bekalnya "Celica, boleh aku makan siang bersamamu?" tanya Aria dengan bekal ditangannya.

"Oh, boleh kok." jawabnya dengan senyuman.

"Terima kasih." lalu Aria duduk disampingnya, saat ia duduk, tatapannya teralih kearah Cattalina yang berjalan pergi keluar dari kelas.

Wajahnya tiba-tiba memerah seiring keluarnya Cattalina dari kelas "Uwah, wajahmu merah begitu. Jangan menatapi Nona Cattalina seperti itu!" Erica tiba-tiba muncul dibelakang mereka.

"Ha! Erica, jangan mengejutkan ku seperti itu!"

"Benar, Erica. Tidak baik mengejutkan orang lain seperti itu." ucap Celica yang sependapat dengan Celica.

"Hei! Aku sudah berada disini, tapi kalian tidak menyadari ku. Lalu! Apa kamu tidam masalah Kakak mu di tatap seperti itu oleh dia!?" ucap Erica sambil menunjuk Aria yang wajahnya masih memerah.

"Eh? Biarkan saja, sudah biasa juga Aria seperti itu, mengagumi Kakaku…"

"Celica…" balas Aria dengan wajah yang sangat bahagia.

"Walaupun Kakak ku tidak pernah menganggapnya begitu."

"Aaah…"

"Kakak selalu mengabaikannya, meskipun sebenarnya Kakak tau kalau Aria kadang mengikutinya."

"Eeeeeh…."

"Aku sudah tanya, tapi Kakak bilang tidak menganggapnya serius. Kakak sudah mencoba berbicara dengan Aria, tapi dia lari dari Kakak, karena itu Kakak tidak terlalu serius."

"Uuuhh…" Seketika wajahnya murung, semangatnya hilang, dan hanya menidurkan kepalanya diatas meja.

"Celica, kau kejam." ucap Erica setelah melihat semangat temannya dihancurkan tanpa ampun oleh Celica.

"Bercanda, Kakak tidak seperti itu, hanya saja dia mencoba berbicara denganmu, tapi kamu sendiri selalu menghindar kan?" ucapan Celica membuatnya semakin murung namun Aria menyadari kesalahannya.

Aria, sangat mengagumi Cattalina. Sudah lama, sejak ia kecil, Aria sangat mengagguminya. Aria melihat Cattalina begitu anggun, senyumannya dan wajahnya sangat cantik, juga karena kekuatan sihirnya.

Saat masih kecil, Saat usianya 5 tahun, Cattalina membangkitkan sihir tanahnya. Lalu, 4 tahun kemudian, Cattalina berhasil meningkatkan sihir tanahnya dan berubah menjadi sihir bumi. Perubahannya itu, membuat Aria semakin mengaguminya. Karena itu, sekarang ia terlihat tergila-gila dengan Cattalina meskipun ia menutupinya, namun itu malah menjaga jarak antara dirinya dan Cattalina.

"Sudah ayo ma–. Huh." ucapan Celica terhenti, pandanganya tertuju ke kedua murid yang ada di paling depan, mereka…

"Hoho… Mereka mesra ya, sampai saling menyuapi begitu." ucap Erica yang juga melihat pasangan yang ada di depannya.

"Kalau tidak salah mereka sudah bertunangan, kan?" tanya Erica yang terdengar memastikan.

"Ah yah sepertinya begitu." ucap Celica terdengar tidak terlalu peduli.

"Mereka mesra sekali ya, sampai saling menyuapi begitu." ucap Erica.

"Apa mesranya kalau menyuapi seseorang?" tanya Celica dengan santainya.

"Eh?"

"Hm?" mereka berdua menatap Celidengan penuh rasa bingung, begitu juga Celica menatap heran kepada kedua temannya "Ada apa?"

"Celica… Kamu menganggap itu, biasa ya?" tanya Erica.

"Eh? Yah hanya menyuapi seseorang itu biasa, kan?" jawaban Celica membuat kedua temannya saling menatap, lalu tatapan mereka teralih kepada Celica dengan mengerutkan kening mereka

"Celica, kamu serius berkata seperti itu?" tanya Ericka terdengar serius.

"Y-Ya memang kenapa?"

"Celica..." Aria terdenar menyayangkan jawaban Celica dengan menyebut nama Celica.

"Apa keluarganya lupa mengajarkannya?" tanya Ericka

"Aku rasa tidak, Keluarga Blouse tidak mungkin lupa dengan itu!" jawab Aria dengan sangat yakin.

"T-Tunggu, kalian kenapa? Apa ada yang aneh?"

Ericka memegang kedua pundak Celica "Celica! Apa kamu lupa? Seorang bangsawan tidak bisa sembarang melakukan itu! Hanya kepada keluarga dan tunangan kita saja kita bisa melakukan itu!" ucapan Ericka membuatnya terdiam. Dirinya, lupa dengan ajaran itu, salah satu ajaran etika seorang bangsawan, ia melupakannya.

Wajahnya sedikit memerah mengingat ia menyuapi makanan selain keluarga atau tunangannya, parahnya orang itu adalah orang yang lebih rendah darinya, rasa kesal dan malu bercampur dalam dirinya, ia memalingkan wajahnya "Maaf, aku lupa, sepertinya aku terlalu lelah." dan lagi ia menjadikan rasa lelah menjadi alasannya.

"Oh begitu, aku pikir kenapa. Kalau begitu cepat makan dan istirahat, nanti kenapa-kenapa loh." ucap Aria dengan ekspresi wajahnya yang lega.

"Kamu ini, aku pikir ada seseorang yang mempengaruhi mu berkata kalau itu hal biasa." ucapan Ericka mendapat senyum kebohongan dari Celica.

Kenyataan ia terpengaruh karena Teo berkata kalau menyuapi seseorang itu biasa, ditambah Teo menggunakan alasan kalau dirinya hanya dirawat dan tidak ada alasan lain. Ia melupakan ajaran kalau seorang bangsawan harus menjaga dirinya ketika berhubungan dengan orang lain, salah satunya menyuapi makanan ke orang lain selain keluarganya sendiri ataupun tunangannya. "(Tapi, dia itu hanya aku rawat dan aku menjaga harga diriku dengan memenuhi permintaanya, jadi aku tidak salah! Tapi mama bilang kalau aku harus menjaga sikap dan perilaku kepada orang lain, menyuapi orang lain juga tandanya punya hubingan khusus. Tapi, tapi, aku hanya memenuhi permintaanya, jika tidak, aku tidak bisa menjaga harga diriku... Tapi...)" Sekarang tangan Celica bergetar ketika memasukan tangan ke mulutnya, dengan pikirannya yang berputar-putar tentang pantas atau tidak dirinya itu.

***

Malam harinya, Celica sudah membersihkan tubuhnya di kamar mandi, menyiapkan makanan dan minuman untuk Teo dan juga pikirannya masih berputar-putar antara pantas atau tidaknya soal menyuapi seseorang.

"Oh Nona Celica, terima kasih maaf mengganggu waktu istirahat Anda." Tanpa berkata apa-apa, Celica duduk dengan menundukkan kepala dan itu membuat suasana ruangan terasa berat "No-Nona Celica, anda baik-baik saja?" tanya Teo

Celica mulai mengaduk bubur dengan kepala menunduk. Ia menyendok bubur dan mengarahkan sendok itu kearah Teo, dengan tangan yang bergetar hebat "Tu-Tunggu Nona Celica! Berbahaya kalau seperti itu! Bubur itu sepertinya masih panas! Jadi tenangkan diri Anda, Nona Celica!"

"Teo aku masuk." suara Cattalina diikuti dengan sosoknya masuk kedalam ruangan itu "Tungg–. Teo, kenapa kamu ketakutan begitu?" tanya Cattalina.

"Nona Cattalina tolong hentikan Nona Celica Kalau tangannya bergetar begitu bisa-bisa bubur panasnya jatuh keatas tubuh Saya!" ucap Teo dengan sangat cepat.

"Aha menarik. Aku akan awasi kalian saja ya."

"Nona Cattalina! Saya mohon! Saya tidak mau mengalamonya lagi!" ucapnya sedikit berteriak karena rasa takutnya.

"Fufu~ maaf, Celica tenanglah, ada apa?" pertanyaan itu mendapat respon.

Celica perlahan menoleh kebelakang "Kakak... Hiks..." Dia menangis.

"Teo, apa yang kamu lakukan!" bentak Cattalina.

"Saya tidak melakukan apapun!"

setelah itu, Celica menceritakan semua apa yang ada di kepalanya kepada Kakaknya "Fufufu~ hahaha... Jadi begitu."

"Kakak, tidak lucu tahu! Harga diriku dipertaruhkan tahu!"

"Maaf, maaf. Memang benar bangsawan tidak boleh sembarang melayani orang lain. Tapi yang kamu lakukan adalah pengecualian." ucapnya sambil mengusap kepalanya.

"Tapi itu..."

"Kamu punya alasan untuk itu. Pertama, Bangsawan harus menepati perkataanya, kamu sudah berjanji kepada Teo akan menuruti keinginannya, kalau begitu wajar kan kalau mengikuti permintaanya?" jawaban sekaligus pertanyaan itu membuat kepalanya mengangguk.

"Kedua, Teo sudah membantu saingan ibu dan juga ancaman kerajaan kita, seandainya ia bertemu ratu, mungkin akan diberi hadiah lebih dari yang ia pinta kepadamu, mungkin."

"Kenapa Anda mengucap 'mungkin' dua kali?" ucap Teo

"Karena itu kamu tidak perlu khawatir dengan itu ya." ucap Cattalina dengan ssnyuman.

"Ucapanku tidak di dengar." ucap Teo lagi.

Celica mengatur nafasnya, menjernihkan pikirannya, dan menenangkan dirinya "Maaf, karena itu aku tidak bisa berfikir dengan jernih." ucap Celica lalu mengambil mangkuk dan lalu mengambil sesendok bubur "Cepat buka mulutmu." Celica kembali normal, Meskipun kali ini dengan Teo kembali waspada "Jangan takut begitu! Lagipula buburnya sudah tidak panas lagi!" meski begitu Teo masih dalam mode waspada, ia membuka mulutnya dan sesendok bubur pun masuk kedalam mulutnya. Akhirnya kegelisahan Celica menghilang dan keraguan saat melayani Teo pun sudah tidak ada lagi.

"Oh iya Teo, boleh aku meminta sesuatu?" tanya Cattalina tiba-tiba.

"Apa itu, Nona Cattalina?"

Cattalina terdiam sesaat sebelum menjawab, lalu "Aku akan mengambil kembali pedang sihirmu." ucapan itu membuat Adiknya terkejut, karena itu adalah pemberiannya maka dari itu Celica sedikit terkejut mendengar Kakaknya ingin mengambil pedang yang ia berikan kepada Teo.

"Kakak kena–."

"Dan juga, aku ingin senjata dari duniamu, boleh?" permintaan yang kedua itu, membuat suasana ruangan menjadi dingin dan Teo menanggapinya dengan tatapan dingin.

To be continue.…

Next chapter