webnovel

FIRST LOVE | 43

Abdul berputar kembali ke posisinya semula. "Kenapa feeling gue bilang, bakal ada yang gak beres, ya? Dan-- itu lebih ke arah Lova."

Malik menghela nafas pelan. "Kalau ada cewek itu, semuanya jadi mungkin. Tapi, apapun yang nantinya bakal terjadi, kita harus tetap saling jaga dan percaya. Terutama buat kamu, La. Kalau kamu mau hubungan kamu aman sama bang Kevin. Jangan sampai ke hasut sama jamet itu lagi."

"Kamu harus bisa saling jaga hubungan kamu sendiri sama bang Kevin, La. Aku sama Malik jadi bisa fokus jagain Lova. Karena kalau emang sasarannya Lova, keadaannya gak lebih mudah dari keadaan kamu waktu itu."

"Iya-iya ... aku udah belajar dari kejadian yang kemarin itu, kok." sewot Lila. "Intinya, kepercayaan itu modal penting dalam menjalin sebuah hubungan, kan?"

"Good girl!" Malik mengacak rambut Lila pelan. "Balik kantin lagi, lah. Ngapain banget ngelihatin orang lagi pacaran."

"Lo yang ribet minta nyusulin Lova ya, kampret!"

Malik dan Lila hanya tergelak secara bersamaan ketika melihat raut wajah masam Abdul.

-firstlove-

Axel mendesah keras sambil memasukan kedua tangan ke dalam saku celananya. Berdiri menatap pintu kelas yang masih tertutup itu malas. Axel bisa saja menerobos masuk dan menyeret Lova keluar dari kelas yang terdengar sangat membosankan dari luar itu, andai saja ... gadis itu tidak akan marah setelah dia melakukannya. Axel tidak ingin mengorbankan kedua telinganya. Jika Lova sudah bersungut marah gadis itu akan menjelma menjadi pacar yang sangat annoying dengan segala ceramah panjang.

Axel berjalan kecil ke arah samping pintu. Berbalik badan dan menyandarkan punggungnya pada dinding di belakangnya. Hanya princess Lova saja yang bisa membuatnya rela menunggu seorang perempuan. Axel menundukan kepala menatap pada sepatu dengan brand mahal yang membalut kedua kakinya.

Axel langsung mengangkat kepala seraya menegakan posisi berdirinya ketika tak lama suara bel tanda berakhirnya kegiatan belajar mengajar hati itu telah selesai. Beranjak berdiri di depan pintu kelas dan menatap dengan tidak sabaran.

"Lova mana?" todong Axel langsung pada Bima, si ketua kelas yang menjadi orang pertama yang keluar dari kelas dengan membawa tumpukan kertas tugas milik teman-teman yang lain.

Pertanyaan macam apa itu? Memang Lova ada dimana lagi kalau bukan di dalam kelas. Bima hanya terdiam menatap Axel tidak suka. Tak ada niatan untuk menjawab pertanyaan dari anak pemilik Global Cetta School yang tak bermutu sama sekali.

Axel menarik Bima yang berdiri menghalangi pintu dengan kasar membuat laki-laki itu nyaris tersungkur jika saja si ketua kelas tidak memiliki keseimbangan yang baik.

"Kampret!"

Axel hanya mengacungkan jari tengah tangan kanannya tanpa melihat Bima. Sudut bibirnya naik sebelah membentuk senyum sinis ketika mendengar suara erangan dari si ketua kelas di belakangnya.

"Axel!" teriakannya berhasil menarik perhatian dari seluruh penghuni kelas. Tak terkecuali Lova. "What are you doing!"

Kegiatan Lova yang sedang membereskan buku-buku pelajaran dan alat-alat tulisnya seketika terhenti. Dengan gerakan cepat Lova mengangkat kepala menatap ke arah Axel yang sudah berdiri di depan kelas sedang berhadapan dengan Mr. Liko, guru bahasa Mandarin di Senior High Global Cetta School yang didatangkan langsung dari asal bahasa itu, Republik Rakyat Cina. Lova menghela nafas pelan.

Axel hanya menatap Mr. Liko sejenak, lalu mengibaskan tangan kirinya tak acuh. Berlalu begitu saja menghampiri Lova. Axel terkekeh pelan ketika tatapannya bertemu dengan mata gadis yang biasa teduh itu kini berubah menjadi tajam. Namun, bukannya menyeramkan tatapan tajam Lova justru tampak lucu di matanya.

Lova geleng-geleng kepala. Kembali melanjutkan kegiatannya yang sempat terhenti.

"My Lov?" panggil Axel pelan ketika sudah berdiri di samping meja Lova.

"Hmm?" jawab Lova bergumam sambil menoleh sedikit mendongak menatap Axel.

"Lo udah selesai, kan? Yuk, balik."

"Sebentar. Kenapa Axe kesini?" tanya Lova sambil menatap Axel tidak mengerti.

"Ya, jemput lo, lah?!"

"Aduh! Baik banget ..." puji Lova dengan suara manja sambil memajukan sedikit wajahnya dan menatap Axel geli. Lova menyunggingkan senyum mengejek.

Axel terkekeh pelan. "Pacar idaman banget gak gue, hm?" goda Axel sambil memainkan kedua alisnya naik turun.

Lova tertawa kecil sambil manggut-manggut. "Ya, ya, ya ... makanya pacar Axe bisa banyak, kan?"

Axel berdecak keras. "Yang penting sekarang enggak. Cuma lo doang, my Lov." sangkal Axel membela dirinya sendiri.

Axel mengulurkan tangan kanannya mengambil backpack Lova dan paper bag yang memuat tempat kotak bekas bekal sarapannya yang ada di atas meja. Menyampirkan sebelah tali tas Lova di bahunya sebelah kanan dan menenteng paper bag juga di tangannya sebelah kanan membuat kaget semua mata yang sedang memperhatikan interaksinya dengan Lova. Ditambah lagi dengan sikap perhatian yang dia tunjukkan pada gadis itu berhasil menimbulkan decakan kagum dari hampir semua kaum hawa yang ada di sana.

Lova tersenyum manis. "Ugh ... so ... sweet ..."

Axel mendengus pelan. "Yuk!" ajak Axel singkat sambil mengulurkan tangan kirinya yang langsung diterima Lova. Axel menarik pelan tangan Lova hingga gadis itu berdiri. Menautkan jarinya ke sela kosong di antara jari-jari Lova. Axel menggenggam tangan pacarnya itu erat.

"Eh?! Sebentar, Axe." kata Lova tiba-tiba sambil menarik pelan tautan tangannya dengan Axel serta menghentikan langkahnya membuat langkah laki-laki itu otomatis ikut terhenti.

"Kenapa lagi, my Lov."

Lova menggeleng pelan. Lalu berpaling ke arah Lila yang ternyata sedang menatapnya. "Lila. Lova pulang duluan gak apa-apa, kan?"

Lila mendengus samar. "Kirain udah lupa masih ada orang lain di sini?" sindir Lila halus membuat Lova tersenyum kikuk. Lila tersenyum kecil. "Iya, kamu duluan aja gak apa-apa kok, darl. Tapi ... kamu jangan lupa kasih kabar aunty Zeva, lho. Jangan sampai aunty Zeva khawatir."

"Iya. Nanti Lova telepon aunty Zeva."

Lila mengangguk kecil. Tatapannya beralih menatap Axel. "Heh?!" Lila berkacak pinggang menatap Axel tajam. "Jagain sahabat gue baik-baik." Lila mengedikan dagunya sekilas ke arah Lova "Awas aja, lo." Lila mengangkat tinggi tangan kanannya yang terkepal membuat Lova terkekeh kecil melihatnya.

Axel berdecak kasar. Menatap Lila tidak suka. Untung sahabat Lova. Axel langsung menarik tangan Lova dan sama sekali tak ada niatan untuk menjawab ucapan Lila.

"Bye, Lila." Lova tersenyum lebar sambil melambaikan satu tangannya yang bebas.

"Bye, darl. Be careful, okay? GPS nyalain!" balas Lila dengan suara yang sedikit keras karena Lova hampir sampai di ambang pintu kelas sambil melambaikan tangan kanannya.

Lova hanya tertawa kecil sambil mengacungkan ibu jarinya tanda OK. Sementara Axel memutar kedua bola matanya malas.

Lila menghela nafas pelan ketika tubuh Lova dan Axel sudah hilang di balik pintu. Matanya langsung saja melirik tajam pada empat teman perempuannya yang sedang bergerombol berbisik-bisik membicarakan Lova, namun cukup bisa didengar telinganya yang masih normal. Lila sengaja berdehem keras berhasil membuat keempat teman perempuannya itu langsung kabur ketika menyadari keberadaannya. Dasar julid!

Tbc.

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

Creation is hard, cheer me up!

Like it ? Add to library!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Jangan lupa beri power stone nya juga ya ...

Gak bosen-bosen q bilang makasih buat yang udah dukung cerita Lova dan Axel.

Dewa90_creators' thoughts
Next chapter