"Hamzah, ayo bangun...," aku menggerak-gerakan tubuhnya yang sama sekali tak memberikan reaksi apa pun. "Ini sudah pukul tujuh pagi. Bukankah kita mau jenguk Alif?"
"Hm...." Hamzah menggeliat tapi matanya masih mengatup rapat.
"Ih ayo bangun..., bagaimana kalau akang dan Amzar menunggu kita terlalu lama di sana?"
Dia terdiam dan masih terlelap.
"Hamzah?"
"Hm?" tanyanya singkat.
"Ish ayo bangun." aku menarik tangannya tapi Hamzah benar-benar lemas sekali.
Karena kesal, aku segera ke kamar mandi lalu membawa segayung air.
"Hamzah. Ayo bangun...." pintaku ketika kembali.
Lagi-lagi, dia masih tak bergeming.
"Oke. Kalau aku hitung sampai tiga kamu belum bangun juga, aku siram pakai air.
"Hm. Jangan." lirihnya pelan.
"Iya makanya bangun. Ayo." aku menarik tangannya.
"Lima menit lagi. Masih ngantuk." ujar ya kemudian berganti posisi jadi membelakangiku.
"Ish." aku semakin kesal lalu berdiri.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com