"Hamzah!" aku mendengar samar-samar ada seseorang yang memanggil nama Hamzah, "tunggu sebentar."
Kami berdua spontan menoleh ke belakang dan betapa terkejutnya aku, sekalipun Hamzah ketika melihat Amzar berlari menghampiri kami.
Ya Allah. Apakah ini mimpi?
Dia berlari kemudian menatap Hamzah dengan lekat sekali. Matanya berkaca-kaca dan tanpa membutuhkan waktu yang lama, dia lantas memeluk Hamzah dengan erat sambil menangis.
Aku masih terperangah tak percaya melihat pemandangan seperti ini.
Tak hanya aku. Hamzah juga sesekali memandang ke arahku dengan raut yang bertanya-tanya.
Karena masih belum sepenuhnya yakin dengan Amzar, aku melirik ke bawah dan melihat apakah dia sedang membawa senjata atau tidak.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com