Karena tak kuasa lagi menahannya, aku lantas berlari ke atas dan masuk ke kamar.
Percakapan antara cucu dan kakek tadi, semakin membuat hatiku sesak tak karuan.
Aku begitu kasihan pada Abah yang tak tahu berita dari awalnya seperti apa.
Dia begitu terluka.
Tadi saja aku mendengarnya menangis sesenggukan. Dan baru kali itu, aku baru tahu bahwa Abah dan Hamzah sama-sama korban yang tak tahu masalah awalnya apa, tapi seakan dijadikan pelaku.
"Ya Allah, bagaimana aku harus kuat menghadapi semuanya?"
Hatiku semakin kalut dan bingung.
Kesesakan di dalam raga ini semakin membuatku tak tahu harus melakukan apa.
Aku ingin melangkah, tapi kenangan yang melingkupi selalu bergelayut di dalam pikiran.
Aku harus apa?
Hatiku rapuh, Hamzah.
Aku juga tahu kamu pasti memahami semuanya.
Berada di posisimu seperti itu, entah kenapa aku salut.
Kamu masih bisa mengendalikan seluruh emosimu walau dunia kadang mengujimu untuk semua hal yang ada.
"Rein?"
Seketika aku mengusap air mata.
สนับสนุนนักเขียนและนักแปลคนโปรดของคุณใน webnovel.com