"Lo habis bentak² calon gua ya?!" suara Deren agak kesal di telfon.
"Calon?emang lo punya?" Alvano memakan buah nya.
"Sekertaris yang di samping ruangan gua itu calon gua!" Deren membentak Alvano.
Alvano tiba-tiba tersedak, lalu langsung minum.
"Ha? Masa sih?" Alvano mengerutkan kening.
"Iya! Dan lo bakal dapet balasannya karena udah bentak-bentak dia!" Deren menutup telfonnya.
"ehh...gua gak tau..." Alvano menjelaskan. Tapi sudah telat...Deren sudah menutup telfon nya.
°°°
"Ra! Kok lo belum pulang? Jam sepuluh ini..." Karina bertanya di telfon pada Callista.
"Bentar lagi gua pulang kok...ini masih ada satu lagi yang belum selesai..." Callista mengutak-atik laptopnya.
"Gua jemput sekarang ya..."
"Gausah! Gua naik taksi aja nanti"
"Bahaya...nanti kalo ada apa-apa gimana? Gua jemput aja..."
"Gausah Karina..."
"Tapi..."
"Gua bilang enggak ya enggak...udah ya, gua tutup dulu" Callista menutup telfon nya.
"Gua belom selesai ngomong..." Karina kesal.
*
Callista mencari taksi, dia sudah berjalan jauh dari kantor, namun tidak menemukan taksi juga.
"Ahh..." Callista tiba-tiba bertabrakan dengan seorang pria hingga jatuh.
"Anda gak papa?" Pria itu mencoba menolong Callista.
"En-enggak papa..." Callista bangkit di bantu oleh tangan pria itu.
"Maaf...saya tidak sengaja..." Pria itu sedikit membungkukkan badannya.
"Iya..." Callista menatap pria itu.
"Nathan?" Callista mengerutkan kening.
"Lah...elo? Ngapain malem-malem jalan sendiri?!" Nathan mengerutkan kening.
"Gua habis lembur...lah lo ngapain?"
"Habis beli makanan" Nathan mengangkat kantong plastiknya.
"Ohh..."
"Lo lembur sampe jam sepuluh? Kok Deren tega?" Nathan mengerutkan kening.
"Ehh...bukan Deren..." Callista melambaikan kedua tangannya di depan dada bermaksud bahwa kata² Nathan tidak benar.
"Terus?"
"Ada pengganti Deren selama Deren di luar kota...dan gua tuh ada kesalahan bikin dokumennya...jadi ngelembur deh..." Callista tersenyum tipis.
"Ohh...sekarang mau pulang?"
"Iya..."
"Gua anter aja...malem gini mana ada taksi yang gampang di berhenti in..."
"Gausah...ngerepotin"
"Gua gak merasa repot...udah ayok" Nathan menarik tangan Callista menuju mobilnya.
Callista akhirnya hanya nurut.
"Sini?" Nathan menghentikan mobilnya.
"Iya...makasih ya tumpangannya...gak tau lagi kalo gak ada lo tadi..." Callista tersenyum lebar.
"Santai aja...kaya sama siapa aja makasih segala..." Nathan tersenyum.
Callista tersenyum canggung.
"Yaudah...pokoknya makasih ya..." Callista keluar dari mobil.
"Bye..." Nathan membuka kaca mobilnya dan melambaikan tangan ke Callista.
Callista membalas lambaiannya.
Namun terlihat Deren yang berdiri di pintu apartemen.
"Deren? Bukannya kamu pulang besok?" Callista menatap Deren dengan kebingungan.
Deren menarik salah satu sudut bibirnya.
Lalu Deren langsung pergi.
"Deren...Deren..." Callista mengejar Deren, tapi Deren sudah masuk ke mobilnya meninggalkan Callista.
Callista menghela nafas.
"Ra...lo kenapa? Kok kayanya lemes banget gitu?" Karina mengerutkan kening melihat Callista dengan wajah yang tak menyenangkan dan mata sayu.
"Gua capek" Callista langsung masuk ke kamarnya.
Karina hanya menatap Callista bingung.
***
"Ehh...nama lo Callista kan?" Alvano tiba-tiba berada di depan Callista, membuat langkah Callista terhenti.
"Hem" Callista hanya menatap Alvano malas.
"Maafin gua ya...kemaren gua yang salah kok..." Alvano menatap Callista dengan penuh harap.
"Udah gak penting" Callista melewati Alvano dan menuju ke ruangannya.
"Kok hari ini mukanya pada kusut sih...pada punya beban hidup apa sih?" Alvano menatap kepergian Callista.
*
Saat Callista mau masuk ke ruangannya, Callista berhenti di depan pintu ada Deren yang sedang duduk di meja kerjanya.
Callista menelan ludah.
"Permisi..." Callista hanya melalui Deren dan berjalan ke ruangannya.
Deren hanya melirik sekilas dan menatap laptopnya lagi.
*
"Ra...lo masih lama pulangnya?" Karina menelfon Callista.
"Iya nih...lo duluan aja" Callista sambil mengetik di laptopnya.
"Mendung...gua gak yakin tinggalin lo..."
"Yakin aja...udah sana gak papa...udah ya...gua tutup" Callista menutup telfonnya.
"Tuh anak kebiasaan...belum selesai udah di matiin" Karina mendegus kesal dan menjalankan mobilnya.
*
Tiba-tiba Deren masuk ke ruangannya, dan menatap ke Callista.
"Kenapa belum pulang?" Deren bertanya dari tempat meja kerjanya.
"Ha?" Callista sontak menjawab, dia tak menyangka Deren berbicara padanya.
"Kenapa belum pulang?" Deren mengulanginya.
"I-ini...masih ada berkas belum selesai" Callista gugup.
"Udah...taruh aja...besok masih bisa...ayo aku anter" Deren masih membereskan mejanya.
"Gausah...aku bisa naik taksi...lagipula besok juga berkas nya udah di pake"
"Yaudah...di bawa pulang aja...kerjain di rumah...kalo capek bisa tidur...kalo di kantor sendiri nanti takutnya ada setan lagi"
Callista mengerutkan kening, menelan ludah.
"Maksud kamu ngomong gitu mau nakut² in?" Callista merasa agak takut.
"Enggak...cuma ngasih tau..." Deren berbalik dan berjalan ke ruangan Callista.
"Kenapa? Kamu takut?" Lanjut Deren.
"Ma-mana ada" Callista mencoba tetap biasa saja.
Deren tertawa ringan "tenang aja...ada aku..." salah satu tangan Deren jatuh ke atas kepala Callista.
"Kamu udah maafin aku?" Callista mendongak menatap mata Deren.
Deren menghela nafas berat "kamu bisa jelasin nanti di mobil...sekarang kita ke mobil dulu" Deren tersenyum tipis, lalu berjalan mendahului Callista.
Callista pun membereskan barangnya dan bergegas menyusul Deren.