webnovel

Story Dua Puluh

"Gimana pestanya? Bagus? Rame? Enak gak makannya?" Karina langsung bertanya pada Callista.

"Bagus, rame, gak tau enak apa enggak makannya, tapi gak nyaman" callista menjawab pertanyaan Karina.

"Kenapa?"

"Gatau...gua gak bisa jelasin, mesti di lihat pake mata sendiri dan di rasain sendiri"

"Yaudah si..."

*

   Keesokannya Callista sudah di ruangannya.

"Callista..." Deren membawa beberapa berkas dan berjalan menuju meja Callista.

"Iya? Kenapa?" Callista mengalihkan pandagannya dari laptop ke Deren.

"Ini berkas-berkas nya...aku butuh buat rapat nanti, dan ini tolong di print ya..." Deren tersenyum.

   Callista mengangguk "iya..." Callista menerima berkas-berkas itu.

"Yaudah, aku harus pergi rapat sama seseorang..." Deren mengusap pucuk kepala Callista.

   Callista hanya memandang kepergian Deren.

*

Callista terpaksa makan siang sendiri, karena Karina sibuk.

    Saat Callista duduk di salah satu meja, dia melihat penampakan yang mencengangkan...

Dahi Callista mengerut "itu bukannya Deren ya? Sama Friska?" Callista langsung mengambil hape, lalu menelfon Deren.

Telfon nya di angkat oleh Deren.

"Halo...ada apa?" Deren menjawab telfon nya.

"Kamu dimana?" Callista bertanya.

"Aku lagi rapat sama klayen..."

"Cewek ya?"

"Enggak, cowok"

"Emang kenapa?" lanjut Deren.

"Gak papa, yaudah" Callista langsung menutup telfon nya, lalu dia pergi tanpa memakan makanan nya ataupun meminum minumannya.

•••

"Bisa-bisanya dia bohong ke aku...belom jadi suami aja pinter boong...apalagi nanti jadi suami...katanya pengenalan...kok malah dia bohong terus ke aku...itu yang namanya pengenalan?! Rahasia dia yang belum aku tahu...aku selalu sabar buat menanti supaya dia cerita tentang rahasia dia...tapi kenapa dia terus bohong ke aku?! Gapernah ceritain rahasia dia? Sebenernya sedeket apasih Deren sama Friska?! Bukan cemburu tapi...gak ada yang enggak curiga kalo cowok sama cewek deket banget sampe cowok nya berani bohong buat cewek itu..." Callista terus mengoceh dalam hati.

   Akhirnya Callista memilih makan di restoran lain.

Saat Callista sampai di restoran itu, terlihat semua tempat penuh...hanya tersisa satu meja, lalu Callista memesan makanan, dan menempati meja itu.

    Saat Callista sedang makan, ada seorang cowok yang datang.

"Permisi...boleh sharing meja?" Cowok itu membawa nampan dan berdiri di dekat Callista.

Callista mengangkat kepalanya ke atas untuk melihat pria itu.

"Nathan?" Callista mengerutkan kening.

"Lho...kamu Callista kan? Yang pernah ke pesta bareng Deren"

"I-iya..." Callista tiba-tiba gugup.

"Boleh sharing meja? Penuh semua soalnya..." Nathan tersenyum.

Callista mengangguk "iya, boleh...".

  Nathan pun duduk.

"Sendiri aja? Deren gak ikut?" Nathan bertanya.

"Iya...sendiri, Deren lagi ada rapat"

"Ohh..." Nathan mengangguk.

"Rapat boongan maksudnya..." Callista berbicara dalam hati.

*

"Callista, kamu udah siapin berkas-berkasnya? Yang aku suruh print juga..." Deren berdiri di depan meja kerja Callista, menumpangkan kedua tangannya di atas meja.

  Callista menyodorkan semua berkas yang sudah di siap kan nya.

"Oke, nanti nyusul ke ruang meeting ya..." Deren tersenyum ke Callista lalu pergi.

"Ohh, iya...nanti malem makan di rumah aku, yuk...ada Friska juga..." Deren tiba-tiba berbalik.

"Nggak bisa" Callista tak menatap Deren sekalipun, dia hanya sibuk mengutak-atik laptopnya.

"Kamu kenapa sih? Aku ada salah?" Deren mengerutkan kening.

  Callista hanya diam.

"Callista..." Deren menaikkan dagu Callista.

"Aku punya salah?" Deren mengerutkan kening.

"Kamu pikir aja sendiri kesalahan kamu..." Callista menepis tangan Deren.

   Callista menutup laptopnya, lalu pergi meninggalkan Deren.

Tapi tiba-tiba Deren menarik tangan Callista, hingga muka Callista menabrak dada Deren.

"Kalo kamu gak bilang, ya aku gak tau..." Deren menatap lekat mata Callista.

  Mereka hanya saling tatap.

"Kenapa sih...kenapa kamu bohongin aku...kamu bilang kamu mau rapat...kenapa kamu malah ketemuan sama Friska?! Kita baru tahap saling kenal, Der...tapi kamu udah bohongin aku...gimana aku mau percaya in hati aku ke kamu?!" Callista menepis tangan Deren.

"Kamu tau darimana?" Deren mengerutkan kening.

"Gak penting." Callista pun pergi meninggalkan Deren sendirian.

  Deren mengehla nafas, lalu memejamkan matanya.

    Ya...itu salahnya...kesalahan kecil yang akan berujung fatal...

Next chapter