"Lo itu beneran bego ya di tindas gak malah bales malah diem aja." Omel Bryna saat melihat Blenda baru saja masuk ke dalam kamar miliknya.
"Maksud lo apaan sih." jawab Blenda tidak mengerti.
"Dasar oon, Hanzel. Badboy sekolah lo yang selalu ngebully lo. Kenapa lo diem? Kenapa gak lo bales aja perbuatan lo sama dia?" ucap Bryna emosi.
Dia emang suka jahilin Kakaknya, tapi nyatanya kalau ada yang berani jahilin Kakaknya ini, Bryna lah orang pertama yang gak bakalan terima kalau Blenda jadi bahan bullyan orang lain keculai Bryna.
"Gue gamau aja punya masalah sama dia Bry, makanya gue diem." jawab Blenda santai.
Bryna menghela nafasnya kasar, kalau saja membunuh orang tidak di hukum mungkin saat ini Bryna akan membunuh Blenda seketika biar mampus sekalian. Punya Kakak begini amat lugunya, nurutnya juga.
"Kalau saja bekap lo pakai bantal gak mati, gue udah bekep lo biar mampus." Gerutu Bryna.
Blenda pun nyengir. Dia pun mengambil tas Bryna dan menatap isinya.
Mata Blenda membulat seketika saat tau isi tas Bryna, buku cuma satu dan gak ada coretan sama sekali.
"Lo-----"
"Apaan sih gausah lebay deh, nilai lo gak anjlok kok." sahut Bryna cepat sebelum Blenda ngomel-ngomel.
"Tapi---"
"Bawel lo ah, gue mau ketempat balap dulu. Bye"
Bryna buru-buru pergi dari kamarnya, sebelum blenda benar-benar mengomel dan membuat telinga Bryna pecah.
Bryna pun langsung menuju tempat balap yang biasa dia tongkrongin disini. Sampainya di sana dia pun langsung keluar dari mobil dan membeku.
Matanya tertuju pada seorang cowok dengan earphone di lehernya yang mengantung bebas, di tambah lagi tangan yang menari-nari di beberapa tombol dan memutarnya
Hingga mata mereka berpadu. Bryna diam menatap cowok itu dengan tatapan tidak percaya. Sedangkan cowok itu langsung melepaskan earphonenya dan berlari menghampiri Bryna.
Memeluknya. Adalah salah satu tindakan untuk melepas rindu. Matanya terpejam saat Bryna meradakan dekapan hangat dari cowok tadi.
"Aku kangen sama kamu." Lirih nya dan sesekali mencium kepala Bryna.
Bryna diam, tubuhnya seakan tersiram air es saat di peluk cowok itu. Dia pun juga tidak meronta sama sekali. Jujur dia juga sangat merindukan cowok ini tapi apakah ini boleh?
"Kenzie." Lirih Bryna.
Kenzie pun melepas pelukannya dan menangkup kedua pipi Bryna. Bryna bisa melihat ada guratan bahagia di wajah Kenzie. Tapi ada juga tatapan yang menyiratkan kepedihan di sana.
"Iya ini aku, aku kembali." Katanya.
Karena tak tahan Bryna pun langsung mengangguk dan memeluk Kenzie. Sungguh dia sangat merindukan Kenzie, cowok yang masih dalam status pacar abryna, dan cowok juga yang sudah meninggalkannya selama dua tahun terakhir ini.
"Aku seneng banget bisa ketemu sama kamu."
"Aku juga, kamu kapan balik."
"Tadi pagi sama Kemal."
Bryan tersenyum dari pun langsung memeluk Kenzie lagi, seakan tidak ada hari lagi untuk besok.
Tak lama Kemal pun datang dan langsung memisahkan mereka berdua.
"Ingat ya adik;kakak," Katanya dan membuat Bryna menunduk. " Sorry Bry, gak maksud." Lanjutnya tidak enak.
Mengingat apa yang terjadi di antara mereka berdua Kemal lah yang tau semuanya kecuali Blenda, yang tau di tengah cerita mereka.
Bryna mengelengkan kepalanya sebagai jawaban. Dia pun melangkah pergi dan meninggalkan keramaian ini, sungguh ucapan Kemal baru saja membuat mood Bryna hancur seketika. Bryna duduk di kursi pinggiran jalan, tatapannya kosong menatap lurus ke arah pohon yang bergoyang tertiup angin. Hingga Kenzie datang dan berjongkok di hadapan Bryna.
"Jangan sedih, kita masih bisa bersama tanpa mereka tau hubungan kita." Kata Kenzie membuat Bryna menunduk.
"Kalau mereka tau lagi terus kita di pisahin lagi?" ucap Bryna. Nada bicaranya pun takut. Dia takut, takut apa yang dia akan mulai akan berakhir dengan terpaksa.
"Gaakan, kita jaga rahasia aja. Aku janji sama kamu, kita bakal bersama terus dan gaada yang bakal pisahin kita kayak dulu lagi."
Bryna diam. Bisa di bilang hubungan mereka ini hubungan terlarang. Bagaimana tidak terlarang kalau Kenzie ini sebenarnya adalah kakak sepupu Bryna.
Pertama kali mereka bertemu mereka tidak tau kalau mereka ternyata satu saudara. Karena terpisah dan kedua keluarga mereka tidak memberi tau kalau ternyata Meizie memiliki Kakak yang tinggal di London. Alhasil mereka pun menjalin hubungan selama di sana, hingga Bryna pulang ke Indonesia pun mereka masih berhubungan.
Hingga akhirnya kedua orang tua mereka pun tau, dan memisahkan mereka dengan harapan jika mereka sadar karena mereka tidak bisa bersatu walau cinta yang mendasari mereka.
Bryna pun tersenyum mungkin ini jalan yang terbaik. Lagian selama ini Bryna juga tidak pernah menjalani hubungan dengan apapun setelah kepergian Kenzie.
"Janji gak bakal ninggalin aku lagi?"
"Janji sayang, aku gak bakal ninggalin kamu lagi. Miss you." kata Kenzie dan memeluk Bryna. Begitu juga dengan Bryna yang langsung membalas pelukan Kenzie erat. Air matanya turun entah dia harus bahagia atau sedih saat ini. Hatinya sangat bimbang.
*****
Blenda menatap Bryna tajam. Apa lagi yang di tatap malah menampilkan wajah tanpa dosanya di sana.
"Lo bikin ulah apaan sih Bry sampai heboh di web sekolah gue." Kata Blenda membuka suara.
Bryna membalik tubuh nya dan nyengir, mengacungkan dia jarinya dan memamerkan deretan giginya yang sangat rapi.
"Gaada." Jawab Bryna santai.
"Gaada lo bilang, nih liat lo berantem kan sama Hanzel. Jadi ini kenapa semalem lo marah-marah sama gue." jawab Blenda sambil membuka situs web sekolahnya.
Dia cukup terkejut saat menatap vidio ulah Bryna yang menyeret Hanzel ke tengah lapangan. Sudah di pastiin kalau sekolah Blenda akan menjadi buruk saat Bryna datang. Mengingat sikap mereka ini bertolak belakang.
Bryna yang bar-bar dan juga emosian. Sedangkan Blenda yang lembut dan menyikapi apapun dengan tenang tanpa emosi.
Salahin oppa juga yang dulu mendidik Bryna dengan jurus karate. Sedangkan oma cuna ngajarin Blenda makeup.
"Gue kan cuma ngasih pelajaran aja sama dia, biar gak seenaknya sama lo." jawab Bryna.
"Astaga Bryna lo itu ya susah banget sih di bilangin, jangan cari gara-gara sama dia."
"Mungkin lo lupa sama sabuk gue, gue berangkat." kata Bryna menyambar kunci mobilnya sendiri.
Blenda melonggo dan menyambar kunci mobilnya, dan langsung mengikuti Bryna jika dia salah mengambil kunci mobilnya.
"Bry itu bukan kunci mobil gue." teriak Blenda.
"Sabodo, gue mau pakai mobil gue aja, mobil lo lambat kek siput." jawab Bryna dan langsung masuk ke dalam mobilnya sendiri.
"Enak aja mobil gue di bilang kek siput, mobil lo aja yang kekencengeng." jawab Blenda tidak terima.
Untung saja ini basement jadi tidak ada yang mendengar teriakan mereka pagi ini. Ya mereka sepakat menganti bajunya di salah satu kamar apartemen milik keluarga Christopher. Tentu saja Papinya tidak akan tau soal ini. Kalau tau kan bisa berabe saat ini.
******
Duk....
"Eh maaf, maaf gak liat."
Blenda pun menunduk dan mengambil beberapa lembar kertas yang terjatuh di hadapannya dan memberikan pada cowok yang baru saja dia tabrak.
Blenda pun memungut lembaran itu dan memberikannya pada cowok yang bername tag Mozza Midley.
"Maaf gue keburu soalnya." Kata Blenda lagi dan tersenyum ramah.
"Emm lo bilang apa?" Ulang Mozza heran.
Bukannya dia salah dengar, hanya saja dia tidak pernah mendengar kata maaf atau apapun dari cewek yang sudah tiga tahun ini menjadi musuh bebuyutannya.
"Maaf tadi gue keburu jadi gak sengaja." Kata Blenda lagi dan membuat Mozza mengangguk.
"Iya gue maafin, asal lo ke kantin bareng gue sebagai permintaan maaf lo." jawab Mozza tersenyum miring.
Jarang-jarang juga Bryna minta maaf model begini, yang ada pasti berantem mulu sama Mozza.
Blenda melonggo menolehkan kepalanya slow mantion menatap cowok yang berdiri di samping nya. Dan pada akhirnya Blenda pun mengangguk sebagai jawaban, dari pada harus mencari masalah di sekolah bryna saat ini.
"Iya deh." Kata Blenda pasrah.
"Yaudah nanti istirahat gue ke kelas lo, sekarang gue anter lo ke kelas."
Blenda tertawa kecil dan mengangguk, dia pun berjalan berdampingan bersama dengan Mozza sampai di kelas Blenda.
Semua anak menatap mereka bingung, bahkan ada yang terang-terangan berbisik dan menbicarakan mereka berdua.
"Tumben lo akur sama ketos sialan." Kata Alexa menatap Blenda baru saja masuk ke kelas.
"Ya kan gak papa baikan sekali-kali." jawab Blenda tersenyum manis.
Jawaban Blenda sukses membuat Alexa dan juga Rachel saling tatap. Tangan Rachel pun langsung menyentuh kening Blenda berharap apa yang di ucapkan Blenda barusan adalah kesalahan besar.
"Bry lo waras kan? Semua anak pada liatin lo akur sama ketos. Ini gak mungkin bagi lo." Kata Rachel
"Ada yang salah ya kalau gue baik sama dia?" tanya balik Blenda
"Kagak, aneh iya," Jawab Alexa. "Biasanya lo bakalan berantem terus sama dia, sampai tonjok-tonjokan dan sekarang lo malah baikan sama dia, ibarat kayu kebakar lo yang jadi airnya."
"Haha udah deh, anggap aja lembaran baru buat pertemanan." jawab Blenda tertawa.
"Parah ni bocah, Lex beneran sakit, kudu di bawa ke RSJ ni orang, gue takutnya pas berangkat kepalanya kepentok apa kek jadi begini." jawab Rachel bingung.
"Paling pas berangkat biasanya sarapan roti, dia sarapan obeng makanya konslet." dengus Alex.
Blenda tertawa akan ucapan Alexa dan juga Rachel pagi ini. Teman Bryna cukup menarik, sangat menarik walaupun ucapannya cukup kasar, tapi malah buat ablenda tertawa terus.
Baru paham gue cowok yang gue tabrak adalah Mozza, Ketos yang jadi musuh bebuyutan Bryna. Batin Blenda.
Setelah bergulat dengan pemikirannya Blenda pun menatap semua anak yang tadinya diam doang sekarang masuk ke dalam kelasnya. Apa lagi di susul Mozza dan juga guru entah siapa namanya Blenda tidak tau, karena memang dia baru dua hari di sini sebagai Bryna.
"Selamat siang." Sapa salah satu di antara lima orang.
"Siang." Sapa semua anak.
"Begini team basket putra akan tanding dengan SMA Garuda, kita butuh dukungan kalian. Jadi kita menawarkan tiket masuk seharga 20ribu, ada yang mau. Soalnya nanti kalau sudah di area harga tiket 50rb."
Semua anak berbisik, dan langsung mengangkat tangannya semua. Jika mereka membeli tiket pertandingan itu. Hingga semua anggota osis berjalan ke aah anak yang membeli tiket itu.
"Gak mau nonton gue." Bisik Mozza yang entah sejak kapan di samping Blenda.
Blenda terkejut dan menoleh ke arah belakang, dia pun tersenyum dan mengangguk.
Sedangkan Mozza dia langsung menyobek satu tiket untuk Blenda. Tapi saat Blenda ingin membayarnya yang ada Mozza malah pergi begitu saja.
"Gratis buat lo." Katanya tanpa suara, hanya ada gerakan bibir.
Blenda tersenyum dan menatap tiket gratis di hadapannya saat ini, dan menyimpannya di dalam tasnya.
"Weh dapat tiket gratis dari ketos. Kayaknya bakalan tumbuh benih-benih kecambah." kekeh Alexa.
"Ciie ciie, bakalan adem ayem di sekolah kalau lo sampai akur beneran sama dia." tambah Rachel.
"Apaan sih gausah ngegoda deh, lagian ya ini kan cuma tiket, kan sayang kalau di buang." Jawab Blenda membela.
"Sayang orangnya apa sayang tiketnya, Bry?" kata Rachel menarik turunkan alisnya.
"Dih udah ah, sayang tiket nya." jawab Blenda sebal campur malu.
"Orangnya juga boleh, biar sekolah kita adem." Kekeh Alexa dan membuat Blenda diam.
*******
"Hahahahahaha"
Tawa Bryna menggelegar di koridor sekolah ini saat menatap seorang cowok yang terjatuh karena kelereng nya.
Apa lagi semua anak melongo menatap ini semua. Hanzel berdiri dari jatuhnya dan menatap Bryna tajam.
"Mata elang lo gak bakal bisa bikin gue takut sedikit pun." ketus Bryna.
"Sialan, kalau andaikan lo bukan cewek gue hajar lo di sini."
"Eh nantangin lo, ayo."
Tanpa basa basi Bryna malah lebih dulu menonjok Hanzel. Dan akhirnya terjadilah baku hantam antara Hanzel dan juga Bryna di koridor sekolah.
Kaki mereka tidak bergerak dari tempatnya, mereka saling tatap melemparkan tatapan tajam, tapi tangannya terus meninju ke arah sembarangan dan satunya hanya bisa menepis tinjauan itu agar tidak mengenai wajah dan bagian tubuh lainnya.
"Zel udah
kali, gausah berantem sama Blenda " Teriak entah siapa dan membuat aksi mereka berhenti.
"Apaan sih lo gangu aja kenal kagak ngrecokin iya, bikin mood gue ilang aja lo." Jawab Bryna sebal.
Sedangkan cowok itu hanya mendeliki sempurna dengan ucapan Bryna.
"Blenda lo lupa sama gue?" Katanya kaget.
"Siapa lo, kenal aja kagak, lupa."
"Ehh kok begini ya. Sakit nih Blen hati gue lu lupain gue." katanya drama.
Dahi Bryna mengeryit ini bocah siapa sih, begini amat anak siapa juga lebay banget.
Kebanyakan nonton drama kali ya jadi begini.
"Namanya orang stress lo tanya, nama dia aja dia gatau apa lagi kita." jawab Hanzel dan membuat Bryna semakin kesal.
Bryna mengepalkan tangannya ingin meninju Hanzel lagi. Tapi lengannya di tahan oleh Flo dan membuat Bryna menghentakkan kakinya masiluk ke dalam kelasnya.
"Lo maa nyebelin." ucap Bryna kesal.
"Kan gue udah bilang gausah berantem sama Hanzel, malah mau tonjok-tonjokkan. Dan lagi sejak kapan lo bisa nonjok? Siapa yang ajarin?"
"Eh ban*sat dia itu udah nyiksa gue selama ini, dan ini waktunya gue balas dendam gak malah lo hentian begini."
"Blen pleas jangan ngumpat telinga gue gak suci." jawab Daisy menutup kedua telinganya.
Bryna pun tertawa dan menarik tangan Daisy, dan mengumpat di telinga Daisy dengan berbisik.
"Blenda.." teriak Daisy kencang dan membuat Bryna tertawa kencang.
"Udah ah bosen gue mau bolos, lo pada ngikut kagak."
"Eh Blen kok bolos nanti Pak Fairus nyariin lo." Kata Flora.
"Sekali doang, ayo lo pada belom pernah bolos kan sekali ini aja lo rasain gimana bolos nya. Pasti ketagihan." ucap Bryna udah kayak setan ngajakin buka puasa.
"Tapi----"
"Sekali doang lo jadi anak nakal, abis ini gak. Setelah ini lo gak bakal ngrasain anak sekolahan lagi kalau udah kuliah, kerja, nikah punya anak. Jadi ntar lo punya cerita deh buat anak cucu lo waktu lo sekolah. Karena sekolah sama kuliah itu rasanya beda, beda jauh malahan." Jelas Bryna panjang lebar berharap dua curut lugu ini mau ikut dengan dirinya untuk membolos.
Sedangkan Flora dan juga Daisy pun berfikir. selama ini mereka memang tidak pernah bolos sekalipun kecuali sakit dan memakai surat, tapi ini tidak bolos di jam pelajaran. Bagaimana kalau guru tau saat ini dan menghukum mereka??
"Yaudah deh gue ngikut. Tapi nanti kalau di hukum gimana?" tanya Daisy takut.
"Ya kan tinggal di kerjain aja, kalau guru gaada kabur lah." jawab Bryna enteng.
"Gue juga ah ngikut." Kata Flora mantap.
"Yaudah ayo."
Dan akhirnya suara bel berbunyi bersamaan dengan itu tiga cewek baru saja keluar dari kelasnya dan menuju tangga lantai dua. Tentu saja hanya untuk berkeliling dan juga turun kembali menuju tangga kecil dekat gudang yang di yakini tangga menuju rooftop.
*******