webnovel

2. Kau tahu namaku, kan?

-AUTHOR POV-

Keesokan paginya, Daehyun pergi keluar untuk mencari sarapan. Di kulkas memang banyak makanan, tapi makanan mentah yang harus melalui proses yang cukup ribet (tidak pandai memasak). Stok Sereal habis dia sikat tadi malam sedangkan telur ternyata telah busuk.

"Kenapa tidak ada restoran yang terbuka?"

Daehyun berkeliling menggunakan sepedanya untuk mencari restoran. Ia telah mengayuh sepedanya selama 30 menit untuk mencari restoran, tapi ia berakhir di minimarket dekat rumahnya.

"Ramyun adalah pilihan terakhir jika tidak ada makanan. Aku ingin makan makanan panas dan berkuah."

Daehyun baru saja ingin meraih bungkus ramyun di rak, tapi tiba-tiba tangannya ditahan oleh seorang pria berkemeja biru dan berjas dokter.

"E~i, bukankah baru berselang 2 bulan saat pihak rumah sakit mengadakan seminar tentang bahaya makanan instan di sekolahmu, Daehyun?" tanya pria itu dengan senyum ceria.

"Oh! Dokter Jung, apa yang kau lakukan disini?"

"Tentu saja belanja. Dan juga, bukankah aku telah memberitahumu untuk tidak memanggilku Dokter Jung, Daehyun? Kau masih ingat namaku, kan?"

"Tentu saja aku mengingatnya, Dokter Jung Hoseok."

"Panggil aku seperti yang kuminta. Kau telah berjanji denganku dulu."

Hoseok semakin merajuk.

"Baiklah... Hoseok Hyung."

Mata Hoseok langsung berbinar-binar saat mendengarnya dan membuat Daehyun berpikir, apa Hyung didepannya itu adalah seorang Dokter sungguhan?

Hoseok menarik tangan Daehyun menuju meja yang berada di luar minimarket dan menyuruhnya untuk duduk sementara Hoseok pergi mengambil sesuatu di mobilnya. Berselang beberapa detik, Hoseok kembali dengan kotak bekal ditangannya.

"Aku punya bekal dan menurutku ini sangat banyak." Hoseok membuka bekalnya dan itu membuat Daehyun menelan air liurnya melihat lauk yang Hoseok miliki.

"Ada telur gulung, sup rumput laut, dan bulgogi."

"Woa~h, Hyung, ini sangat banyak dan kelihatannya... sangat enak."

"Tentu saja. Ini sumpit dan nasimu. Makanlah yang banyak, Daehyun."

Daehyun menerimanya dan langsung makan dengan lahap. Di sisi lain, Hoseok menatapnya dengan sangat senang.

"Hyung, apa kau yang memasaknya?"

"Bukan, teman serumah yang membuatkannya."

"Kalau begitu tolong katakan kepadanya, terima kasih atas makanannya, ini sangat lezat."

Hoseok tersenyum lalu mengusap rambut Daehyun dengan lembut.

"Aku akan menyampaikannya."

Mereka makan sampai tidak ada yang tersisa.

"Hyung, ada yang ingin kutanyakan."

"Apa itu?"

"Eem... apa yang membawamu kesini, Hyung?"

"Beli jus apel."

"Jus? Kenapa kau pergi jauh-jauh hanya untuk beli jus dari rumah sakit ke minimarket ini? Jaraknya lumayan jauh, kau seperti membuang tenagamu, Hyung. Tapi jika kau tidak kesini itu berarti aku tidak akan memakan makanan lezat ini."

Hoseok terkejut saat mendengarnya.

"Dari mana kau tahu kalau aku dari rumah sakit? Aku memang memakai jasku tapi itu tidak tentu aku dari sana."

"Kau bau obat dan lihat bajumu, ada noda darah. Apa pasienmu baik-baik saja?"

Daehyun menunjuk letak darah itu, di pergelangan sebelah kanan dan di daerah perut. Hosoek tidak menyadarinya karena warna kemejanya yang gelap dan pergelangan tangannya tertutup oleh jas yang ia kenakan, tapi jika diperhatikan dengan baik, bercak darah terlihat jelas.

"Ya, dia baik-baik saja, tapi bisa saja ini darah kemarin."

"Aku mengetahuinya karena warna noda darah itu. Jika itu darah kemarin pasti warnanya akan lebih gelap, bukan cerah. Dan juga, jasmu memang salah satu sumber bau obat".

"Salah satu sumber?"

"Ya, dan sumber lainnya adalah ini." Daehyun mengangkat tangannya dan menunjuk pergelangan tangannya yang Hoseok cengkram tadi.

"Walau sudah ada bau sabun yang tercampur, tapi tetap saja bau obatnya masih terasa. Sepertinya kau menyentuh berbagai macam obat dari baunya yang tercampur aduk."

Hoseok terdiam, ia tertengun mendengar jawaban dari Daehyun yang sepenuhnya benar. Darah di bajunya memang ia dapatkan sejam sebelumnya dari salah satu pasiennya yang mimisan dan menggunakan berbagai macam obat-obatan untuk pasien-pasien lainnya. Ia hanya mengganti jasnya dengan yang baru, karena lumayan banyak darah yang mengenai jas sebelumnya.

"Kau memiliki pengataman yang sangat jeli, Daehyun. Itu sangat mengesankan."

"Terima kasih, Hyung. Kalau begitu aku masuk kembali untuk membeli makanan ringan dan sereal."

"Makan ringan yang sehat, jangan keripik kentang!"

"Baik, Dokter Jung."

"Daehyun!"

"Aku hanya bercanda, Hyung." Lalu meninggalkan Hoseok sendiri diluar.

Drrt...

Drtt..

Ponsel Hoseok berdering sesaat pintu minimarket tertutup kembali.

"Ha-"

"Hyung! Itu sangat tidak adil! Pantas saja tadi pagi kau tidak sarapan dan keluar dengan wajah ceria! Eh? Kau selalu ceria... ah! Intinya kau sangat curang!" seru pria bersuara bariton.

"Dan juga ini yang ketiga kalinya kau bertemu bahkan bercanda gurau dengannya! Ini sangat tidak adi- Hyung! Kenapa kau merebutnya!" seru pria yang bertugas menggenggam ponsel, tapi sudah direbut oleh pemiliknya.

"Apa maksdumu merebutnya?! Ini ponselku dan kalian berdua lah yang merebutnya dariku!" seru sang pemilik. Ia cukup heran kenapa dua bocah bongsor itu ada diruangannya.

Hoseok hanya menjauhkan ponselnya dari telinganya dan menunggu orang yang namanya tertera di ponselnya tadi untuk bicara dengannya.

"Maaf, Hoseok. Taehyung dan Jungkook berhasil menerobos pintu ruang kerjaku dan melihat semuanya dari monitor CCTV , hal hasil mereka merebut ponselku saat aku berusaha menelponmu."

"Tidak apa-apa. Aku tahu itu pasti akan terjadi, Seokjin Hyung."

"Jadi, bagaimana keadaanya? Apa dia menyukai makanannya?"

"Tentu saja dia menyukainya. Dia bahkan menitipkan pesan kepadaku untuk sang koki."

"Katakan."

"Terima kasih atas makanannya, ini sangat lezat. Itu yang ia katakan."

Seokjin tersenyum mendengarnya, dan itu membuat Taehyung dan Jungkook yang sedang ditahan oleh bawahan Seokjin kembali ribut.

"Terima kasih dan maaf membuatmu repot, Hoseok."

"Repot? Sama sekali tidak. Aku bersyukur dapat berbicara dengannya lagi. Bukan hanya kau yang sangat merindukannya, Hyung. Sampai jumpa, Daehyun telah kembali."

Tuut...

Daehyun keluar dari minimarket dengan dua kantong penuh di kedua tangannya.

"Kau belanja cukup banyak. Apa kau ingin pergi berwisata, Daehyun?"

"Tidak, Hyung. Ini semua untuk stok di rumah. Aku terlalu malas untuk pergi keluar lagi."

"Hm~ kelihatannya kau tidak bisa membawanya menggunakan sepedamu. Sini aku bantu."

Hoseok mengambil salah satu kantong makanan Daehyun dan membawanya ke mobilnya. Di bangku penumpang.

"Hyung, rumahku sangat dekat."

"Naik mobil lebih cepat."

"Bagaimana dengan sepedaku? Aku tidak bisa meninggalkannya, Hyung."

"Sepedamu itu sepeda lipat, pasti cukup. Darimana semua alasan itu muncul?"

"Dari pikiranku."

Ia sekali lagi mencoba untuk menolak. "Itu... baiklah, aku akan melipatnya." Tapi langsung mengubah niatnya saat Hoseok memberikannya aura yang tidak cocok dengan senyuman yang terpampang di wajahnya.

Daehyun pasrah dan ikut menaruh kantong makanannya di mobil Hoseok. Saat Daehyun melipat sepedanya, Hoseok diam-diam mengambil struk belanjaan Daehyun.

"Bagus," gumamnya lega saat tidak menemukan makanan instan mau pun keripiki-keripik yang tidak menyehatkan.

"Hyung, di mana aku menaruhnya?" tanya Daehyun sambil mengangkat sepedanya.

"Sini, biar Hyung yang melakukannya."

Hoseok membuka bagasi mobilnya dan menaruh sepeda disana.

"Masalah selesai~ sekarang naiklah, Daehyun."

Daehyun mengangguk lalu duduk di kursi samping supir dan mengenakan sabuk pengaman. Hoseok naik setelah menutup bagasi mobilnya.

"Baik~ ayo kita berangkat."

Hoseok mengendarai mobilnya dengan sangat mulus, hingga membuat Daehyun sedikit terkantuk mengingat dia hanya tidur selama 4 jam tadi malam karena terlalu asyik bermain komputer dan terbangun karena lapar.

***

Daehyun langsung terbangun dan melihat bahwa mereka telah sampai. Ia tidak menyangka akan tertidur.

"Maaf, aku tertidur. Kenapa Hyung tidak membangunkanku?"

"Kita baru sampai."

"Bohong. Tadi kita berangkat dari minimarket jam 8.45 dan sekarang sudah jam 9.30. Tidak mungkin jarak rumahku dengan minimarket sejauh ini."

"Wah~ aku tertangkap. Langipula, kau tertidur begitu nyenyak. Apa kau begadang?"

"Uuh... ya."

Hoseok segera menyentil dahi Daehyun.

"Kenapa Hyung menyentilku?!" seru Daehyun kesal.

"Karena kau begadang. Kenapa kau begadang?!" seru Hoseok tidak kalah kesal.

"Aku hanya bermain komputer dan setelah itu aku tidur."

"Jam berapa?"

"... Aku tidak melihat jam." Daehyun memalingkan pandangannya, tapi segera kembali menatap Hoseok kesal.

"Itu sakit!" seru Daehyun kembali saat Hoseok mencubit hidungnya.

"Itu sebagai peringatan agar kau tidak begadang. Itu bisa mengganggu sistem pencernaanmu, apa kau mau minum obat?"

Mendengar kata obat, Daehyun langsung menutup mulutnya. Mengingat betapa pahitnya obat itu.

"Terima kasih telah mengantarku, Hyung," kata Daehyun sebelum Hoseok kembali melontarkannya pertanyaan.

"Sama-sama. Aku yang akan menurunkan sepedamu, kau turunkan kantong makananmu itu."

Mereka turun dari mobil. Daehyun mengambil dua kantong makanannya dan Hoseok menurunkan sepedanya lalu membuka lipatannya.

"Apa Ahjumma yang pernah kau katakan ada didalam?"

"Tidak, Hyung. Hanya ada aku di rumah sekarang, dia sedang pergi, mereka semua."

"Kau sendiri? Apa kau tidak takut?"

"Tidak, aku sudah terbiasa."

"Apa kau tidak takut dengan ha-"

"Hentikan! Cukup, tidak perlu dilanjutkan. Tidurku hampir tidak nyenyak gara-gara Hyung."

"Begitu yaa," sahut Hoseok lalu menjeda perkataannya, "Ini mungkin terdengar terlalu lancang, tapi apa kau mau tinggal bersamaku? Masih ada kamar kosong. Di rumah memang sedikit ribut karena aku tinggal dengan enam pria."

"Terima kasih, tapi maaf aku tidak bisa menerimanya. Aku masih memiliki tempat untuk pulang."

Hoseok tersenyum lalu mengusap kepala Daehyun.

"Makan dan tidurlah dengan teratur. Jangan lupa kunci semua pintu dan jendela."

"Aku akan mengingatnya, Hyung."

"Masuklah, cuaca hari ini cukup dingin."

Daehyun mengangguk dan segera masuk kedalam rumahnya setelah mengatakan terima kasih kepada Hoseok sekali lagi. Tapi ia langsung teringat satu hal...

Darimana Hoseok mengetahui rumahnya? Ia tadi langsung tertidur tanpa mengatakan alamatnya.

"Mungkin ia membacanya di daftar peserta seminar waktu itu. Ingatannya sangat bagus," gumam Daehyun tanpa ada rasa curiga sekalipun di benaknya.

TBC:)

ตอนถัดไป