webnovel

Sadewa (Chapter 2)

Belle terus menatap Dewa yang sedang sibuk belajar. Ia tidak tahu, kenapa pemuda ini jarang sekali mengajaknya bicara? Padahal, selama puluhan tahun tinggal di rumah itu, Belle tidak pernah bisa berbicara. Karena, kebanyakan orang tidak bisa melihat dirinya. Kalaupun bisa, sudah pasti orang itu lari terbirit-birit. Tapi, begitu bertemu dengan Dewa yang tidak takut ketika melihatnya, Belle justru seringkali diabaikan.

"Serius sekali belajarnya? Sampai-sampai kamu tidak mau mengobrol denganku. Aku kan jadi kesepian," ucap Belle. Namun, laki-laki itu justru menatap Belle dengan tatapan yang menyebalkan.

"Bisa nggak jangan ngajak ngomong pas gue lagi konsentrasi belajar?" tanya Dewa dengan tatapan dingin. Belle cemberut, ia pun menjawab.

"Aku kan cuma butuh temen mengobrol, tidak lebih," sahut Belle. Dewa pun menarik napas panjang, sampai kapan dirinya harus menjalani takdir seperti ini? Ia pun menatap Belle dengan malas.

"Gue tuh pelajar, tugasnya ya harus belajar, bukannya main," ujar Dewa. Ia pun berkata kepada Belle.

"Udah, jangan ganggu gue dulu. Keluar dari kamar gue," usir Dewa dengan tatapannya yang tajam. Belle pun terpaksa menuruti permintaan Dewa. Belle tidak pernah bisa menolak jika Dewa mengusirnya. Itu karena Dewa selalu menggunakan tatapan menyebalkan itu untuk mengusir dirinya.

*****

Dewa terlihat sedang berangkat sekolah sendirian. Ia terpaksa berangkat sendiri dengan motor bebeknya.

Ketika di tengah jalan, ia melihat ada sebuah kecelakaan mobil dengan mobil. Di tengah banyak orang yang mengerumuni, di sana juga ada Amor. Namun, Dewa tak terlalu memedulikan keberadaan Amor. Ia lebih memilih untuk tetap menghampiri korban kecelakaan itu.

Dewa melihat bahwa semua korban itu telah meninggal. Semua orang tak ada yang berani menghampiri korban. Amora sangat terkejut melihat kedatangan Dewa yang tak ia sangka-sangka.

"Itu kan cowok yang kemarin?"

Itulah yang dikatakan Amora dalam hati. Dewa menyentuh mobil yang sudah rusak parah itu. Mobil yang posisinya terbalik itu terlihat sangat memprihatinkan. Dewa memejamkan matanya untuk melihat 'sesuatu' yang terjadi sebenarnya di balik kecelakaan itu, Amor pun menghampiri Dewa. Gadis itu sangat penasaran melihat apa yang sedang dilakukan laki-laki itu. Baginya, Dewa adalah sosok yang begitu misterius.

Beberapa saat kemudian, Dewa terlihat begitu emosional. Laki-laki itu napasnya tersengal-sengal. Ia melihat, kecelakaan itu bukanlah sesuatu yang tidak disengaja, kecelakaan itu merupakan suatu kesengajaan.

Namun, ia lebih memilih untuk tak terlibat lebih jauh lagi. Ia meraih ponselnya dan menelepon polisi.

"Pak polisi, saya ingin melaporkan sesuatu. Ada kecelakaan mobil di jalan kepiting," ucap Dewa. Amor terus memerhatikan laki-laki itu dengan seksama. Laki-laki itu tampan, tapi sangat misterius.

Selesai melaporkan kecelakaan itu, Dewa menjadi lega. Setidaknya, ia sudah berbuat sesuatu untuk kedua korban itu. Tidak seperti orang lain yang hanya bisa diam, dan tidak berbuat apa-apa. Amor terus memerhatikan Dewa tanpa henti, hingga Dewa menghindari kerumunan itu. Laki-laki itu terlihat memiliki hidung yang sangat mancung, serta bentuk mata yang menarik, dan warna rambutnya yang mencolok. Selain penampilan Dewa yang tampan namun amburadul itu, anting Dewa membuat penampilan Dewa menjadi semakin cetar.

"Cowok kok pakai anting sih?"

"Emang kenapa kalau cowok pakai anting? Emang cuma cewek gitu yang boleh pakai?" tanya Dewa sembari menatap Amor dengan tajam.

"Eh?" tentu saja gadis itu sangat kaget, bagaimana mungkin Dewa bisa mengetahui jalan pikirannya? Gadis itu terus mengekor pada Dewa hingga sampai di tempat Dewa memarkirkan motor. Dewa menjadi sangat risih, pasti gadis itu akan menanyai macam-macam.

"Ngapain sih ngikutin terus?" tanya Dewa dengan menunjukkan raut wajahnya yang terlihat kesal. Tatapan mata Dewa seolah-olah mengintimidasi dirinya. Hal itu membuat Amor menjadi gugup.

"E-eh? Gue cuma ... gue mau ngucapin makasih kok," Amor jadi tergagap karena tatapan mematikan itu.

"Okay," sahut Dewa dengan singkat. Ia pun mengenakan helm teropongnya.

"Eh, nama lo siapa?" tanya Amor. Dewa mengembuskan napas panjang. Baginya, gadis ini terlalu banyak bertanya.

"Dewa," sahut Dewa, ia pun menatap gadis itu, sepertinya gadis itu masih ingin bertanya sesuatu padanya.

"Lo mau tanya apa'an lagi?" tanya Dewa dengan tatapan datar.

"Hah? Oh, sebagai ucapan terima kasih, gue mau traktir lo. Mau nggak?" tanya Amor. Gadis itu ingin mengetahui banyak hal lagi tentang Dewa. Sedangkan terlihat sedang berpikir.

"Ok, gue mau. Asalkan ..." ucapan Dewa terhenti karena gadis aneh di hadapannya itu tak henti-hentinya menatap dirinya.

"Asal apa?" tanya Amor. Dewa pun menjawab.

"Asalkan lo nggak kebanyakan tanya kayak sekarang," sahut Dewa. Ia pun segera menyalakan motornya, dan meninggalkan Amor di tempat itu. Gadis itu jadi sedikit jengkel. Karena, ia sangat ingin bertanya berbagai macam hal. Namun, karena ia sudah terlanjur mengajak Dewa, mau tidak mau ia harus menuruti permintaan Dewa.

***** TBC *****

ตอนถัดไป