Aodan benar-benar membuktikan tekadnya, ia menjadi suami yang siaga yang bersiap untuk menyambut datangnya buah hati, ia mengatur waktunya agar tidak terlalu lama ada di kebun jeruk dan lebih banyak menghabiskan waktunya di sisi Luna.
Aodan menjadi sangat lengket yang mengikuti istrinya ke mana-mana.
Luna tidak mempermasalahkannya, lagipula ia selalu mual dan susah untuk makan, Aodan selalu membujuknya dengan kata-kata yang lembut dan memenuhi apa pun yang Luna inginkan.
Tentunya dengan beberapa syarat tertentu.
"Aodan, aku ingin makan buah persik." Luna yang baru saja bangun mencubit hidung suaminya, Aodan mengerang pelan dan bangkit.
"Apa itu sejenis permen yang ada di minimarket?"
"Bukan," bantah Luna sambil bersandar di kepala ranjang, ia menarik selimutnya sampai ke dada. "Tiba-tiba saja aku teringat peternakaan yang ada di pinggir kota, di sana ada pohon persik."
Support your favorite authors and translators in webnovel.com