Luna tahu jika Istvan selalu punya cara ekstrim untuk menekan seseorang sampai ke titik terendah, ia menahan napas dan berusaha bertingkah kalau apa yang ia lihat sekarang hanyalah sebuah akting yang dilakuan oleh istvan.
Tapi mata dan wajah Istvan menunjukkan keseriusan, tangannya yang memegang bilah es itu seakan siap kapan saja menusuk leher Ellen.
Jika itu dulu, Luna mungkin akan menangis tersedu-sedu sambil memanggil nama Aodan untuk menyelamatkan dirinya dari ancaman Istvan. Untungnya sekarang ia sudah mengenal Istvan luar dan dalam, ia tidak khawatir dan ketakutan lagi.
"Mana yang kau pilih?" tanya Istvan sekali lagi dengan dingin.
"Pilih? Aku ... aku ... pilih ...."
Ellen menelan ludah, hampir tidak bisa bernapas dengan benar hanya karena istvan, ia mengajak otaknya untuk berpikir keras saat ini, pilihan mana yang harus ia pertimbangkan?
Ia suka menggoda Liu, walau baru beberapa hari bertemu. Laki-laki itu tidak pemarah walau sering menggerutu.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com