Keesokan harinya, Aodan benar-benar menghilang.
Tidak ada surat, tidak ada perpisahan, menghilang tiba-tiba.
Luna termenung di depan televisi yang menyala, berpikir apakah keputusannya kemarin benar-benar keputusan terbaik untuk dirinya?
Wanita itu menghela napas, merasa rumahnya menjadi lebih dingin karena kepergian Aodan, Luna melirik bantal yang menumpuk di ujung sofa, bantal yang biasa dipakai si kadal untuk tidur.
Ia memang kejam, tapi ia ingin hidup dan Aodan seharusnya mengerti tentang itu.
Luna menggelengkan kepalanya, ini adalah keputusan terbaik, ia harus menata hidupnya dengan damai. Wanita itu kemudian berdiri dan beranjak keluar menuju butiknya.
Beberapa jam kemudian, suasana butik menjadi ramai kembali, Luna akhirnya melihat Jennie dan Istvan yang datang berkunjung.
"Astaga Luna!" Jennie berteriak tanpa sadar di ambang pintu. "Apa yang terjadi padamu?!"
Support your favorite authors and translators in webnovel.com